Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Presiden Kemarin dan Sekarang

Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
05/11/2021 05:00
Presiden Kemarin dan Sekarang
Saur M Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MEMBANDINGKAN apel dengan apel perkara masuk akal. Membandingkan apel dengan jeruk urusan tak bernalar. Termasuk perbandingan yang manakah ketika sekjen sebuah partai besar membandingkan SBY dan Jokowi?

Pertanyaan itu dapat diberi bingkai lebih besar, membandingkan presiden 'sekarang' dengan presiden 'kemarin'. Ketika Pak Harto menjadi presiden 'sekarang', Bung Karno ialah presiden 'kemarin'. Pertanyaannya, apakah apel dengan apel membandingkan Bung Karno dengan Pak Harto bahkan dengan presiden yang mana pun?

Kiranya perjalanan panjang perjuangan Bung Karno sebelum kemerdekaan hingga proklamasi kemerdekaan menjadikan dirinya sebagai satu-satunya tokoh yang memiliki 'anteseden sejarah' dengan 'konsekuensi sejarah' bahwa dirinyalah yang menjadi presiden pertama. Hemat saya, presiden selanjutnya tak punya 'anteseden sejarah' untuk berbuah ‘konsekuensi sejarah’ menjadi presiden.

Pak Harto muncul dari 'keretakan sejarah' akibat kegagalan Bung Karno mengelola kekuatan PKI versus Angkatan Darat. Di keretakan itu yang diperhitungkan ialah Jenderal AH Nasution yang selain tentara, juga memiliki 'hasrat berpolitik praktis' sebagaimana dibuktikan dengan dirinya mendirikan partai politik IPKI.

Mayor Jenderal Soeharto tak pernah 'direken' sebagai pemimpin, baik oleh Bung Karno maupun oleh PKI. Terlebih dirinya tak 'direken' berkemampuan 'mengisolasikan' Bung Karno, 'menghabisi' PKI, bahkan menjadi presiden 32 tahun. Sejarah membuktikan sebaliknya. Sejarah 'memihak' Pak Harto, bukan Pak Nas.

Pak Harto jelas punya keunggulan dan jelas pula punya kelemahan seperti juga Bung Karno punya keunggulan dan kelemahan. Sudah tentu Gus Dur dan Ibu Megawati tak dapat diperbandingkan, apalagi keduanya memimpin negeri ini masing-masing kurang lebih berbagi setengah perjalanan. Inilah contoh membandingkan apel dengan jeruk, bukan apel dengan apel.

Yang paling sering diperbandingkan dewasa ini ialah SBY dan Jokowi. SBY telah menunaikan tugas 10 tahun menjadi presiden, sedangkan Jokowi belum. Dari sisi purnawaktu sebetulnya belum terjadi apel dengan apel.

Tentu ada yang berpandangan apa yang dilakukan Jokowi selama tujuh tahun telah memperlihatkan banyak hal yang dapat diperbandingkan dengan apa yang dilakukan SBY selama 10 tahun. Sebuah pandangan yang mengandung 'ketergesaan' dan 'kesombongan' seakan tahu pasti apa yang bakal terjadi tiga tahun ke depan. Bukankah hujan tiga hari dapat menghapus kemarau tiga minggu dan sebaliknya? Baiklah kita berbuat, berharap, dan berdoa negara ini aman sentosa dipimpin Jokowi seperti sebelumnya dipimpin SBY.

Pengertian itu tak bermaksud mengabaikan sejumlah parameter yang dapat ditegakkan atau disandingkan dalam komparasi ataupun dalam kontras. Kearifan lama mengatakan tiap zaman punya tantangan sendiri, jawaban sendiri, dan pemimpin sendiri. Yang klise ini pun perlu kembali diucapkan disertai pengakuan, 'apel' pada 2004-2014 'rasanya' berbeda dengan 'apel' pada 2014-2024. Kenapa? 'Iklimnya', 'cuacanya' berbeda.

Rakyat memilih langsung SBY dua kali menjadi presiden. Rakyat memercayainya. Semoga beliau cepat sembuh. Jokowi pun dipilih langsung oleh rakyat dua kali. Rakyat memercayainya. Sejarah SBY sebagai presiden boleh dikata 'selesai', sedangkan sejarah Jokowi sebagai presiden 'menuju selesai'. Semoga Jokowi sehat selalu.

Tulisan ini memang bertendensi agar elite partai tidak 'menggoreng' isu keberhasilan atau kegagalan presiden kemarin dan presiden sekarang sebagai komoditas politik. Itu isu menarik, tapi maaf, saat ini kalah penting.

Hal lebih penting ialah kita sedang menghadapi masalah aktual, faktual, esensial pandemi korona. Siapa pun presiden 'kemarin' yang masih hidup kiranya dapat membantu presiden sekarang, pemerintahan sekarang dengan kekuatan dan kontribusi masing-masing agar anak bangsa ini dapat hidup normal bersama korona yang tak bakal lenyap sama sekali.

Pandemi korona ajang hidup atau mati. Yang menang pilpres, pendukung presiden kemarin ataupun presiden sekarang, bahkan presiden mendatang semuanya sama saja bagi covid-19. Semuanya dapat dibuatnya berhenti bernapas.



Berita Lainnya
  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.