Terowongan Silaturahim

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
28/10/2021 05:00
Terowongan Silaturahim
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

“BARANG siapa membangun tembok, dia sendiri akan terkurung di dalam tembok itu. Barang siapa membangun jembatan, membuka jalan untuk sebuah perjalanan panjang.”

Kalimat di atas diucapkan Paus Fransiskus ketika bercakap-cakap dengan para wartawan di dalam pesawat setelah kunjungannya ke Maroko pada Maret 2019. Kalimat Paus Fransiskus itu dikutip Markus Solo Kewuta dalam wawancaranya dengan majalah Hidup.

Markus Solo dari Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama mengirimkan kepada saya hasil wawancaranya itu. Ia diwawancara terkait dengan terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang telah rampung dibangun.

Pembangunan terowongan dimulai pada 15 Desember 2020 dan rampung pada 20 September 2021 dengan anggaran Rp37,3 miliar. "Saya sudah menyetujui usulan dibuatnya terowongan dari Masjid Istiqlal menuju Gereja Katedral. Ini menjadi sebuah terowongan silaturahim, terowongan bawah tanah," kata Presiden Jokowi saat meninjau proses renovasi Masjid Istiqlal pada 7 Februari 2020.

Terowongan silaturahim ialah narasi makna atas jalan bawah tanah yang sesungguhnya berfungsi melancarkan mobilisasi orang dari Istiqlal ke Katedral atau sebaliknya. Mobilitas bakal lancar karena jalan raya di kawasan itu padat dan sering macet.

Makna silaturahim itulah yang ditekankan Pastor Markus Solo atas terowongan itu. Kata dia, terowongan tidak lain dan tidak bukan, ialah sebuah jalan. Jalan membuka kesempatan untuk pertemuan timbal balik dan memudahkan dialog.

Dengan membangun terowongan itu, kata dia, kedua belah pihak ingin mengintensifkan relasi timbal balik antara keduanya, membuka lebih banyak kemungkinan untuk saling berjumpa dan berdialog.

Jakarta sesungguhnya membutuhkan jauh lebih banyak lagi terowongan silaturahim. Menurut survei Setara Institute sejak 2018 sampai 2021, Jakarta masuk ke dalam kota dengan tingkat toleransi rendah.

Temuan Setara Institute itu berkorelasi dengan hasil survei Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta yang dirilis pada Maret 2021. Toleransi beragama satu dari tiga mahasiswa rendah. Disebutkan bahwa 69,83% memiliki sikap toleransi beragama yang tergolong tinggi, sedangkan 30,16% lainnya memiliki sikap toleransi yang rendah.

 

Harus jujur diakui memang ada masalah terkait dengan toleransi di negeri ini. Kiranya baik membangun simbol-simbol toleransi seperti terowongan dari Masjid Istiqlal menuju Gereja Katedral. Akan tetapi, jauh lebih baik lagi jika pemerintah mulai menyentuh substansi persoalan toleransi.

Sejak 2012 Kementerian Agama secara rutin melakukan Survei Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB). Survei itu bertujuan mengukur tingkat kerukunan umat masyarakat dalam beragama di Indonesia. Tiga dimensi Indeks KUB 2020 mencakup toleransi, kesetaraan, dan kerja sama.

Jika mencermati Indeks KUB selama kurun enam tahun terakhir, yang tampak memang indeks masih dalam kategori positif, yakni kerukunan yang tinggi. Akan tetapi, perlu diwaspadai karena angka KUB cenderung menurun. Pada 2015, angka KUB 75,36, 2016 (75,47), 2017 (72,27), 2018 (70,90), 2019 (73,83), dan 2020 (67,46).

Hasil survei itu bisa diunduh di Simlitbangdiklat.kemenag.go.id. Terkait dengan toleransi disebutkan masih perlu dipupuk. Banyak berita mewartakan penolakan warga terhadap pembangunan tempat ibadah dan ritual agama tertentu.

Sebanyak 38% masyarakat Indonesia keberatan jika penganut agama lain membangun rumah ibadah di daerah sekitarnya dan 37% keberatan pada bupati/wali kota yang berasal dari agama lain.

Kerja sama antarumat beragama juga perlu menjadi perhatian. Hasil survei itu menunjukkan ada 36% warga tidak mau bergotong royong untuk menyelenggarakan acara keagamaan yang berbeda (muslim membantu perayaan Natal, Galungan, Waisak; nonmuslim membantu perayaan Idul Fitri atau Idul Adha).

Ditemukan juga 15% masyarakat tidak bersedia mengunjungi rumah ibadah penganut agama lain dan terlibat usaha dengan rekan beda agama. Lebih dari 50% masyarakat Indonesia tidak pernah melakukan kontak secara langsung dengan orang yang berbeda agama. Sebanyak 83,1% masyarakat berpendapat bahwa pada umumnya kita harus sangat berhati-hati terhadap orang lain.

Bangsa ini terlalu memberi ruang yang lebar untuk perdebatan-perdebatan yang tidak produktif sehingga lupa membuat narasi-narasi yang membangun toleransi.

Membangun toleransi bisa merujuk kepada Dokumen Abu Dhabi yang diteken Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb pada 4 Februari 2019.

Disebutkan dalam dokumen itu bahwa dialog antarumat beragama berarti berkumpul bersama dalam ruang luas nilai-nilai rohani, manusiawi, dan sosial bersama serta dari sini, meneruskan keutamaan-keutamaan moral tertinggi yang dituju oleh agama-agama. Hal ini juga berarti menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak produktif.

Dialog hendaknya dilakukan dalam kerendahan hati dan penuh kasih sebab hanya kasih yang mematahkan belenggu yang membuat satu sama lain terasing dan terpisah. Kiranya terowongan silaturahim dibangun di seluruh negeri ini sambil merobohkan tembok-tembok pemisah dan terus menabur benih toleransi.



Berita Lainnya
  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.