Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Smelter Kemandirian

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
13/10/2021 05:00
Smelter Kemandirian
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

HILIRISASI itu keniscayaan. Ia elemen penting penanda kemandirian ekonomi bangsa. Bagi Indonesia, keberhasilan hilirisasi akan menjadi sejarah yang dipahat hari ini untuk perjalanan bangsa ke depan. Ia serupa pemutus mata rantai kelas bangsa ini yang berabad-abad jadi pemamah, konsumen, dan penonton.

Sejarah itu telah dimulai, kemarin, di Gresik, Jawa Timur. Ditandai dengan groundbreaking pabrik pemurnian tambang (smelter) PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Port Estate (KEK JIIPE) Gresik, Jawa Timur, oleh Presiden Jokowi. Bukan sembarang tempat pemurnian tambang. Jika sudah tuntas, tempat tersebut bakal menjadi smelter terbesar di dunia. Smelter Gresik mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat dan akan memproduksi 600 ribu ton tembaga (copper) per tahun.

Program hilirisasi produk tambang melalui smelter ini juga digadang-gadang melahirkan efek berganda bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat. Ia diproyeksikan menyerap 40 ribu tenaga kerja baru. Keberadaan smelter juga bisa menumbuhkan usaha rantai pasok. Misalnya, tumbuhnya industri terkait di hilir, peningkatan keterampilan sumber daya manusia, dan alih teknologi dalam negeri.

Paling lambat tiga tahun ke depan, smelter di Gresik sudah bisa beroperasi. Dengan membenamkan uang US$3 miliar (sekitar Rp42 triliun) untuk membangun smelter ini, investor digaransi tidak akan merugi. Malah bisa untung berlipat dalam tempo singkat.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menggaransi itu. Kata dia, dari nilai produksi tembaga (copper) saja, investor bisa mendulang hingga US$5,4 miliar (Rp76,7 triliun) karena harga copper sedang tinggi, US$9 ribu lebih per ton. Itu artinya investasi Rp42 triliun digaransi minimal meraih Rp76,7 triliun. Bila ditambah dengan hasil dari produksi konsentrat, jelas fulus bakal mengalir deras.

Yang paling untung tentu saja Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Itu karena lebih dari separuh (51%) saham PT Freeport Indonesia dimiliki BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia. Induk Freeport, yakni Freeport-McMoran, pernah menyampaikan keberatannya bila harus membangun smelter baru. CEO Freeport-McMoran Richard Adkerson membeberkan kalau pihaknya membangun fasilitas peleburan atau smelter baru di Indonesia, hitung-hitungannya akan berat secara keuangan perusahaan.

Namun, pemerintah jalan terus. Apalagi, selama 40 tahun terakhir, keuntungan dari produksi yang dihasilkan smelter Freeport lari ke luar negeri. Rata-rata US$2 miliar per tahun. Uangnya, 70% berlabuh ke Spanyol, juga Jepang. Pembangunan smelter di Gresik bakal menahan uang itu dari kebiasaan selama 40 tahun 'piknik' ke luar negeri.

Presiden Jokowi pun tidak mau kehilangan momentum. Kepala Negara ingin dengan dibangunnya smelter Freeport di Gresik ini bisa menjadi daya tarik bagi industri lain untuk masuk berinvestasi ke KEK Gresik, khususnya industri turunan tembaga. “Pemerintah akan memberi dukungan penuh agar iklim investasi kita semakin membaik, infrastruktur akan terus kita dukung. Kemudahan dan kepastian usaha kita dukung, ketersediaan SDM sesuai kebutuhan industri juga ikut mendukung agar KEK Gresik semakin maju dan Indonesia semakin diminati sebagai tujuan investasi,” kata Jokowi.

Indonesia memiliki potensi yang besar yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dengan menciptakan usaha ekonomis setinggi-tingginya. “Jangan sampai kita punya tambang konsentrat, tapi hilirisasinya di luar negeri, di Spanyol, di Jepang. Agar komoditas kita lebih tinggi nilainya dan tidak kirim mentahan, kirim raw material agar memberi nilai tambah bagi negara. Artinya, memberikan income lebih tinggi kepada negara,” kata Jokowi lagi.

Bangsa yang kuat dan besar memang harus dimulai dari keteguhan hati untuk bisa mandiri. Keteguhan hati mesti dimulai dari pemimpin negeri. Kalau pemimpinnya minim tekad, apalagi lembek terhadap tekanan kanan kiri, ya, otomatis sekujur negeri bakal lembek. Kelas sebagai bangsa epigon, negeri medioker, akan terus melekat.

Padahal, sejarah bangsa ini ialah sejarah bangsa besar, bangsa kuat, bangsa pemenang. Bung Karno mengibaratkan Indonesia itu bukan bangsa Utara Kuru sebagaimana ditulis dalam epos Mahabarata. Utara Kuru ialah bangsa yang kelewat tenang, tidak ada panas yang terlalu, dingin yang terlalu. Akan tetapi, kata Bung Karno, kita ialah bangsa yang kuat dan besar karena digembleng oleh proses sejarah jatuh bangun, up and down.

Mentalitas itulah yang kini diwarisi saat sejarah pembangunan smelter Freeport di Gresik dimulai. Pintu menuju kemandirian sudah dibuka. Tekad menjadi bangsa maju juga sudah dipancangkan. Selanjutnya, tinggal konsistensi, sebuah penyakit kronis yang kerap menyembul di tengah jalan, entah karena hasrat politik, semangat meraih cuan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, atau sekadar ego ingin menggeser kebijakan pendahulunya. Semoga itu tidak terjadi.



Berita Lainnya
  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.