Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Pesan Genting Saung Mang Udjo

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
22/9/2021 05:00
Pesan Genting Saung Mang Udjo
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA miris mendengar kabar Saung Angklung Mang Udjo bakal tutup permanen. Mudah-mudahan kabar itu salah. Semoga sebelum penutupan permanen itu terjadi, telah turun tangan-tangan penyelamat rumah kebudayaan yang menjadi ikon Jawa Barat, bahkan ikon Indonesia itu.

Saya miris karena tak berbilang kelembutan manusia terbentuk dari saung yang mempekerjakan hampir 1.000 orang itu. Lewat keindahan seni bambu, Saung Angklung Udjo (SAU) menyebarkan energi kelembutan itu ke seantero jagat. Para turis yang datang ke Saung Mang Udjo pasti paham, bagaimana dari rakitan bambu itu muncul 'suara magis' yang menyulut energi positif hingga ke relung paling dalam.

Sejak 1990, Saung Angklung Mang Udjo telah ramai didatangi wisatawan mancanegara. Tidak mengherankan jika Saung Angklung Udjo menjadi salah satu penggerak wisata budaya di Indonesia. Tidak hanya menonton pertunjukan seni angklung, mereka yang datang bisa belajar angklung, mengikuti workshop angklung, bermalam di guest house bernuansa Sunda, dan membeli cendera mata khas Saung Angklung Udjo sebagai dukungan bagi ekonomi kreatif di Indonesia.

Salah satu kreativitas yang ditunjukkan Saung Angklung Udjo dalam menggaet wisatawan ialah cara mereka mengajarkan bermain angklung. Wisatawan yang sama sekali tidak mengenal nada angklung, seolah dengan mudah bisa bermain angklung hanya dengan sedikit instruksi dari instrukturnya. Tak hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan mancanegara pun ketagihan bermain angklung.

Dilihat dari sisi sejarah, perjalanan Saung Angklung Udjo tidaklah mudah. Seperti namanya, Saung Angklung Udjo didirikan Udjo Ngalagena bersama istrinya, Uum Sumiati. Mang Udjo, begitu sapaan akrabnya, merupakan murid dari Daeng Soetigna, seorang seniman angklung asal Pameungpeuk, Garut, yang pernah pentas dalam acara Konferensi Asia Afrika 1955. Jejak membidik dunia sudah dimulai sejak itu.

Namun, mulai awal tahun ini, pandemi covid-19 telah memukul hampir seluruh sendi kehidupan, terutama sektor wisata seperti Saung Mang Udjo tersebut. Direktur Utama PT Saung Angklung Udjo Taufik Hidayat mengisahkan, sebelum pandemi, Saung Mang Udjo dikunjungi sekitar 2.000 orang. Begitu korona melanda, SAU pun tutup. Bahkan, saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), SAU tutup total.

SAU memiliki nyaris 1.000 karyawan. Mereka terdiri atas 400 pemain musik, 200 pekerja di bagian produksi, dan sisanya para perajin. Ada lebih dari 600 orang yang bekerja langsung di SAU setiap harinya, bila ditambah dengan supplier dan pekerja acara, jumlah melonjak menjadi sekitar 1.000.

Para pekerja SAU itu saat ini sebagian besar dirumahkan, sisanya memilih mundur, dan hanya beberapa yang bertahan dengan gaji kurang dari setengah dari semula. Pemotongan gaji dilakukan sejak April tahun lalu. Jika pandemi tak kunjung terkendali, bila aturan tak jua dilonggarkan, bila bantuan pemerintah tak datang-datang, tutup permanen kiranya bakal jadi jalan keluar betulan.

Jika langkah terakhir itu yang terjadi, alangkah malunya negeri ini. Malu karena tak sanggup menyelamatkan warisan penting masa lalu sekaligus aset berharga masa depan. Kalau saat krisis lembaga keuangan terjadi, lalu pemerintah mengambil langkah bailout dengan mengucurkan dana talangan, apa iya untuk urusan penyelamatan aset kebudayaan hal yang kurang lebih sama tidak sanggup dilakukan?

Ketika sejarah kehidupan manusia kian dipenuhi prahara, menjadi naif kalau kita tidak mau turun tangan memperbaikinya lewat pendidikan dan kebudayaan. Saung Mang Udjo itu salah satu sumber pendidikan dan penanda peradaban. Kalau ia mati, berarti mati pula salah satu sumbu peradaban. Itu bakal membuat prahara memenangi perlombaan.

Seabad yang silam, sejarawan sekaligus penulis fiksi ilmiah asal Inggris, Herbert George Wells, telah 'menujum' munculnya pertarungan dalam sejarah manusia. Lewat buku The Outline of History, ia menulis kalimat masyhur: Human history becomes more and more a race between education and catastrophe (sejarah manusia kian menjadi ajang perlombaan antara pendidikan dan prahara).

Orang-orang yang waras mustahil membiarkan malapetaka menguasai, bahkan memenangi ajang perlombaan. Kumpulan orang waras pasti akan membuat gerakan penyelamatan agar pendidikan dan kebudayaan berjaya di arena. Ancaman penutupan Saung Mang Udjo bakal membuktikan apakah masih banyak kumpulan orang waras di negeri ini.



Berita Lainnya
  • Mengakhiri Anomali

    19/8/2025 05:00

    BANGSA Indonesia baru saja merayakan 80 tahun usia kemerdekaan.

  • Topeng Arogansi Bopeng Kewarasan

    18/8/2025 05:00

    ADA persoalan serius, sangat serius, yang melilit sebagian kepala daerah. Persoalan yang dimaksud ialah topeng arogansi kekuasaan dipakai untuk menutupi buruknya akal sehat.

  • Ibadah bukan Ladang Rasuah

    16/8/2025 05:00

    LADANG ibadah malah dijadikan ladang korupsi.

  • Maaf

    14/8/2025 05:00

    KATA maaf jadi jualan dalam beberapa waktu belakangan. Ia diucapkan banyak pejabat dan bekas pejabat dengan beragam alasan dan tujuan.

  • Maksud Baik untuk Siapa?

    13/8/2025 05:00

    ADA pejabat yang meremehkan komunikasi. Karena itu, tindakan komunikasinya pun sembarangan, bahkan ada yang menganggap asal niatnya baik, hasilnya akan baik.

  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.