Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
NAMANYA Paulina. Umurnya 15 tahun. Ia memaksa dirinya turun dari pembaringan. Ia melepas ventilator, berjalan mengelilingi tempat tidurnya. Itu terjadi setelah 10 hari ia dirawat di ICU di Broward Health Medical Center, Florida, AS.
Melihat Paulina melepas ventilator, berkeras hati 'belajar' berjalan, membuat ibunya, Agnes Velasques, yang selama ini menemaninya di ICU, meneteskan air mata. Paulina belum divaksinasi. Agnes telah divaksinasi, sempat demam, kiranya tertular korona dari Paulina. Cerita itu diangkat CNN Amerika, 11 Agustus lalu. Stasiun TV itu mewawancarai ibu dan anak itu, melalui video call.
Paulina mengikuti nasihat physical therapist yang membantunya berjalan. Pada mulanya ia menggunakan walker, alat bantu jalan, mengelilingi tempat tidur tiga kali. Namun, kemudian ia seperti tak ingin berhenti berjalan.
"Saya merasa seperti ada batu besar yang baru saja lepas dari dadaku," kata sang ibu yang tiap hari selalu bilang kepada putrinya, to fight for your life.
'Berjuang untuk hidup' ialah obat yang tidak tersedia di instalasi farmasi rumah sakit. Spirit itu bersemayam di dalam diri Paulina, juga di dalam diri om dan tante saya, yang terinfeksi korona dan dirawat sekamar, di sebuah rumah sakit, di Jakarta Selatan. Suatu saat datanglah perawat ke kamar mereka, meminta nama dan alamat keluarga yang dapat dihubungi. Tante dan om tersentak.
Mereka bangkit. Turun dari tempat tidur. Melalui telepon genggam, mereka memutar lagu-lagu kesayangan mereka. Berdua bernyanyi, berjingkrak, sepuasnya. "Kami tak mau mati," kata tante, memberi kesaksian di dalam pertemuan zooming keluarga besar kami.
Hobi kiranya dapat membakar orang bergairah untuk tetap hidup. Ketagihan menonton sepak bola siaran langsung di televisi, bisa bikin orang memberontak melawan penyakit. Itulah yang dilakukan saudara saya yang lain. Ia berumur hampir 70 tahun, komorbid jantung, telah divaksinasi.
Dirawat di ruang sal di rumah sakit kelas 1, di bilangan Jatinegara, Jakarta, ia berkeras hati untuk menonton final Euro 2020. Panas badannya 38 derajat celsius lebih. "Dari tempat tidur saya gembira dapat memaksa diri menonton sepak bola level dunia." Besoknya panas badannya turun menjadi 36 derajat lebih.
Saya mendengarkan cerita itu dengan sebuah kepercayaan bahwa hati yang gembira ialah obat. Sebagai penggemar sepak bola, dini hari itu pun saya melawan kantuk untuk dapat mengikuti jalannya final Euro 2020.
Pertandingan final Inggris versus Italia itu diperpanjang. Skor tak berubah. Pertandingan berakhir adu tendangan penalti. Ini urusan menegangkan. Mata tak berkedip. Italia juara di kandang lawan.
Gara-gara pandemi setahun lebih kompetisi sepak bola tanpa penonton. Hati ikut kering. Hati kembali mekar menyaksikan riuh-rendahnya kehadiran ribuan orang di stadion terkemuka Wembley, London.
Pertandingan final itu usai di kala subuh datang menjelang. Diri pun tertidur nyenyak. "Sejak itu panas badan saya normal," katanya. Setelah 18 hari dirawat di rumah sakit, dia pulang ke rumah, bukan 'berpulang'.
Semua kisah itu moralnya serupa, 'kami tak mau mati'. Spirit yang kiranya perlu direproduksi dan ditiru pasien korona, di mana pun berada.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved