Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Jokowi, Erdogan, Palestina

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
18/5/2021 05:00
Jokowi, Erdogan, Palestina
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PRESIDEN Turki Recep Tayyip Erdogan doyan tampil paling depan dan paling pertama bila terjadi serangan Israel terhadap Palestina. Ketika terjadi serangan Israel terhadap Palestina di penghujung Ramadan, Erdogan kontan mengajak seluruh dunia, terutama negara-negara muslim, untuk bertindak tegas kepada Israel.

Dalam hal ajakannya kepada negara-negara muslim, Erdogan kiranya hendak tampil sebagai pemimpin dunia Islam. Erdogan seolah ingin menghidupkan kembali kekhalifahan Utsmani ketika Turki memimpin dunia Islam.

Padahal, selama ini Turki TTM alias teman tapi mesra Israel. Turki memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sejak masa Mustafa Kemal Ataturk. Kedua negara punya kerja sama bilateral di bidang kepolisian, intelijen, pertanian, dan kebudayaan.

Hubungan dagang Turki dengan Israel bahkan lebih mesra jika dibandingkan hubungan dagangnya dengan negara-negara muslim. Nilai perdagangan Turki-Israel jauh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai perdagangan Turki dengan seluruh negara muslim.

Bandingkan dengan Indonesia yang sejak Soekarno dulu hingga Jokowi kini tak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Pun Indonesia tak memiliki hubungan dagang resmi dengan Israel.

Jokowi juga mengecam agresi Israel terhadap Palestina. Jokowi juga membahas nasib Palestina bersama pemimpin sejumlah negara, yakni Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Afghanistan, termasuk Turki.

Dengan melihat Turki yang sesungguhnya berhubungan akrab dengan Israel, pengamat Timur Tengah calon dubes di Arab Saudi, Zuhairi Misrawi, menilai Jokowi lebih genuine, lebih asli, lebih autentik, jika dibandingkan dengan Erdogan. Itu artinya Erdogan palsu, topeng, dan pencitraan.

Celakanya, banyak di antara kita di dalam negeri terharu dengan Erdogan. Kita di sini menyanjung Erdogan melebihi langit ketujuh. Dikatakan menyanjung melebihi langit ketujuh karena Erdogan dengan segala pernyataannya seolah bisa menghentikan agresi Israel atas Palestina, seakan bisa mengalahkan Israel.

Kita terharu dengan Erdogan kiranya karena dia membawabawa sentimen agama dalam konflik Israel-Palestina. Agama memang bikin kita terpesona. Erdogan, misalnya, mengatakan serangan Israel atas Palestina juga serangan terhadap Islam. Dia menyebut Israel Zionis-teroris. Erdogan serupa mengajak kita menjadikan perang Palestina-Israel sebagai perang agama, perang bintang daud dan bulan bintang, perang Yahudi dan Islam.

Negara Palestina berpenduduk sebagian besar muslim, sekitar 20% Kristen, dan minoritas Druze. Negara Palestina terdiri atas banyak faksi. Faksi-faksi itu antara lain Fatah (Islam dan kadang diidentifikasi sekuler), Hamas (Islam), Democratic Front for the Liberation of Palestine/DFLP (Kristen Ortodoks), Palestinan People’s Party (komunis).

Organisasi Pembebasan Rakyat Palestina yang mewakili perjuangan rakyat Palestina terdiri atas banyak faksi dengan faksi terbesarnya Fatah. Pemimpin PLO yang kemudian menjadi Presiden Palestina Yasser Arafat memiliki Menteri Luar Negeri Hanan Ashrawi yang beragama Kristen.

Komposisi negara Palestina itu menunjukkan Palestina bukan negara Islam. Perang atau serangan terhadapnya bukan perang agama, bukan serangan terhadap agama. Perang Palestina-Israel ialah perang memperebutkan wilayah. Perang kedua negara bukan perang memperebutkan supremasi agama.

Menyebut perang Palestina-Israel serupa menyodorkan kamufl ase dan kepalsuan. Erdogan tidak autentik dan sekadar pencitraan bila dia mengarahkan perang Palestina-Israel sebagai perang agama.

Indonesia, sejak Soekarno sampai Jokowi, menyokong kedaulatan Palestina bukan atas nama agama, melainkan atas nama hak asasi manusia, atas nama kemanusiaan. Konstitusi kita menegaskan kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Dukungan Indonesia terhadap kedaulatan Palestina autentik, tidak diragukan.

Dengan menyebut perang Palestina-Israel sebagai perang agama, Erdogan seolah mengajak negara-negara muslim memerangi negara Yahudi. Tidakkah kita belajar dari sejarah ketika Israel memenangi perang Arab-Israel kendati dikeroyok negara-negara Arab?

Menyebut perang Palestina-Israel sebagai perang agama hanya memantik ‘perang’ atas nama agama di berbagai belahan dunia. Berapa banyak terorisme atas nama agama sebagai balasan atas serangan Israel terhadap Palestina terjadi?

Perang tidak menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Diplomasi dan solusi dua negara, yakni diakuinya negara Israel dan negara Palestina, yang kita butuhkan. Indonesia mendukung solusi dua negara. Indonesia akan mengakui Israel jika Israel mengakui Palestina. Ini jauh lebih autentik.



Berita Lainnya
  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.