Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Ingatan Pendek Bahaya Bencana

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
07/4/2021 05:00
Ingatan Pendek Bahaya Bencana
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

"ADONARA mata wajar yang melahap Sorga yang terapung antara Sohor dan Lomblen. ketika hari berangsur malam ketika suara-suara mulai membisu di ujung Pulau Suluh di pucuk-pucuk layar samudra yang galau Menjelma liang pencahaya"

Itulah potongan bait puisi berjudul Sajak dari Sudut Kampung karya Kae Sances, sastrawan asal Adonara, Nusa Tenggara Timur. Dari bait sajak tersebut, kita bisa berimajinasi betapa moleknya tempat di paling ujung Pulau Flores, NTT, itu.

Namun, petaka menyergap tanpa permisi pada Minggu (4/4) dini hari itu. Banjir bandang dan longsor membuyarkan gambaran keindahan Adonara dan sekitarnya di Flores Timur, sebagaimana dilukiskan Kay, lalu berganti kegetiran.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, hingga Selasa siang (6/4), sebanyak 128 orang meninggal dunia dan lebih dari 70 orang masih hilang akibat banjir dan longsor tersebut. Sebanyak 8.424 orang dari 2.019 keluarga mengungsi. Selain itu, ada 1.962 unit rumah rebah, 119 unit rumah di antaranya rusak berat. Deretan angka-angka kerugian masih panjang karena upaya pencarian korban masih dilakukan.

Kita amat prihatin, saban bencana datang, korban dalam jumlah besar berjatuhan. Lalu, kita menyesali mengapa memori kolektif kita tentang mitigasi bencana teramat pendek. Padahal, bencana sangat dekat dengan keseharian kita, akan datang sepanjang masa.

Hasil survei Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) menunjukkan, untuk potensi bencana tsunami, misalnya, Indonesia menempati peringkat satu dari 265 negara. Mereka menghitung ada 5,4 juta orang di Indonesia yang berpotensi terkena dampak tsunami. Belum lagi banjir dan tanah longsor serta bencana lainnya.

Dalam periode 1 Januari hingga 21 Maret 2021 saja, BNPB mencatat ada 873 bencana alam terjadi di Indonesia. Selama periode tersebut, ada 16 kejadian gempa bumi, 80 kejadian kebakaran hutan dan lahan, 369 banjir, 175 tanah longsor, 220 peristiwa puting beliung, serta 12 gelombang pasang dan abrasi. Sejumlah bencana alam tersebut setidaknya menyebabkan lebih dari 4,1 juta orang menjadi korban dan mengungsi.

Maka, mitigasi mestinya muncul tiap hari. Tugas mitigasi bencana salah satunya ada di pundak BNPB. Cuma, selama ini BNPB tidak mendapatkan suntikan dana yang cukup (kecuali untuk pandemi covid-19). Bahkan, dari tahun 2016 hingga 2019, bujetnya melorot. Pada 2016, awalnya APBN mengalokasikan anggaran BNPB Rp1,6 triliun. Namun, di tengah jalan anggaran dipangkas menjadi Rp1,46 triliun. Begitu juga 2017, semula Rp839,74 miliar, di tengah jalan turun menjadi Rp749,38 miliar. Pada 2019, anggaran BNPB tak sampai Rp700 miliar.

Sejauh ini, APBN kita baru mampu mengalokasikan anggaran untuk penanggulangan bencana rata-rata Rp5 triliun per tahun atau baru sekitar 0,25% dari total belanja APBN. Padahal, berdasarkan kajian sejumlah lembaga, anggaran penanggulangan bencana idealnya mencapai Rp15 triliun per tahun. Contoh ideal ialah Jepang yang sangat protektif sehingga jumlah korban bisa ditekan karena persiapan menghadapi bencana amat matang.

Mitigasi bencana bukan hanya soal pengadaan alat pendeteksi atau alat evakuasi. Yang tidak kalah penting ialah meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi risiko bencana. Selama ini, sosialisasi dan pendidikan mitigasi bencana ke masyarakat masih rendah. Penyebabnya, lagi-lagi dana yang minim. Secara umum, anggaran di daerah pun sedikit. Rata-rata hanya 0,002% dari APBD.

Padahal, jika upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi risiko bencana berhasil, dampak bencana bisa ditekan. Sudah seyogianya legislatif bergegas merampungkan revisi UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Salah satu poin yang direvisi dalam UU tersebut terkait alokasi anggaran untuk mitigasi dan penanggulangan bencana.

Usulan sejumlah wakil rakyat agar APBN dan APBD mengalokasikan 2% belanja anggaran untuk mitigasi bencana perlu dipertimbangkan masuk ke poin revisi atau besaran alokasi berbasis peta rawan bencana. Kian rawan, kian besar alokasi anggarannya.

Dengan karakteristik Indonesia yang rawan bencana, peningkatan anggaran ialah keniscayaan. Itu juga sesuai dengan rencana pembentukan pooling fund yang digagas pemerintah. Dengan tambahan alokasi anggaran dan pooling fund, diharapkan proses pemulihan bencana lebih optimal dan lebih cepat. Semoga ingatan kolektif kita akan bahaya bencana tidak lagi pendek.



Berita Lainnya
  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.