Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Terawang Terawan

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
01/10/2020 05:00
Terawang Terawan
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

MENTERI Kesehatan Terawan Agus Putranto menjadi trending topic di Twitter awal pekan ini. Ia disorot karena menghilang dari ruang publik pada masa pandemi covid-19, lebih tepatnya karena pers tidak mampu mewawancarainya.

Mestikah seorang Terawan selalu tampil di depan publik? Jawaban atas pertanyaan ini harus dilacak dalam konstruksi konstitusi. Sebab, sesungguhnya, Presiden yang memegang kekuasaan pemerintahan menurut undangundang dasar.

Presiden dalam menjalankan tugasnya, sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ia dibantu oleh menteri-menteri yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan.

Urusan pemerintahan di bidang kesehatan ialah Kementerian Kesehatan. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan menyebutkan Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.

Dengan demikian, tanggung jawab atas urusan kesehatan di Republik ini tetap berada di tangan Presiden. Harus jujur diakui bahwa Presiden Joko Widodo bertanggung jawab dan tidak pernah cuci tangan atas persoalan darurat kesehatan.

Status darurat kesehatan ditetapkan pada 31 Maret dengan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020. Hanya 18 hari sebelum penetapan darurat kesehatan, tepatnya 13 Maret, Presiden Jokowi membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Penetapan gugus tugas itu memperlihatkan bahwa sejak awal Jokowi menginginkan penanganan covid-19 tidak diserahkan kepada Kementerian Kesehatan, tapi oleh lembaga khusus untuk itu.

Dalam sebuah wawancara khusus yang ditayangkan di televisi pada 22 April, Jokowi mengatakan banyak masalah kesehatan di luar kasus covid-19 yang terjadi saat ini juga perlu mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan. Jokowi menyebut Terawan sudah bekerja sangat keras.

Kerja keras Terawan terkait covid-19 memang tidak tampak lagi di hadapan publik. Sebab, Terawan bekerja dalam senyap publikasi. Meski demikian, dalam konferensi video pada 28 September, Jokowi menginstruksikan agar pengobatan covid-19 harus mengacu pada standar Kementerian Kesehatan. Hal itu memperlihatkan kerja dalam senyap Terawan diakui hasilnya.

Mengapa Terawan memilih bekerja dalam senyap tanpa publikasi? Sepertinya ia sangat mematuhi protokol komunikasi publik penanganan covid-19. Protokol itulah yang membatasi dirinya untuk berbicara soal covid-19 di hadapan publik.

Protokol komunikasi publik disusun berdasarkan pemikiran Anthony de Mello. Dalam penanganan wabah penyakit di dunia, kata Mello, jumlah korban bisa menjadi lima kali lipat kalau terjadi ketakutan di saat terjadi wabah penyakit. Seribu orang menjadi korban karena sakit, 4.000 orang menjadi korban karena panik.

Atas dasar pertimbangan itulah pemerintah menunjuk juru bicara resmi untuk covid-19. Seluruh informasi covid-19 keluar lewat satu pintu. Posisi ini kali pertama dipegang Achmad Yurianto sejak ia dilantik Presiden pada 9 Maret.

Sejak ada juru bicara resmi covid-19, Terawan praktis tidak pernah lagi tampil di hadapan publik. Tidak tampil di hadapan publik bukan berarti Terawan tidak bekerja. Pada 24 September, misalnya, Terawan berkunjung ke Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, untuk meninjau kesiapan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan dalam menangani pandemi covid-19.

Terawan kian menjauhi publik karena penanganan covid-19 kini diambil alih Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sesuai Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020. Lembaga baru itu dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan posisi ketua pelaksana dipegang Menteri BUMN Erick Thohir. Dua menteri itulah yang hampir setiap hari muncul di layar kaca.

Terus terang, jika menerawang alasan memilih Terawan sebagai menteri kesehatan, Presiden Jokowi sejak awal mempersiapkannya untuk dua persoalan kesehatan, yaitu manajemen dan preventif.

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan pada 24 Oktober 2019, Jokowi mengatakan, “Menteri ini (Terawan) titik beratnya lebih pada pengelolaan, lebih kepada manajemen.”

Alasan kedua memilih Terawan, kata Jokowi, karena Indonesia berada dalam posisi bencana dan ancaman endemik.

“Saya lihat waktu beberapa kali saya undang, orientasinya ialah preventif. Itu yang akan lebih dititikberatkan. Artinya, yang berkaitan dengan pola hidup sehat, pola makan yang sehat, olahraga yang sehat, bukan titik beratnya pada mengurusi yang telah sakit,” kata Jokowi.

Salah besar jika orang berharap Terawan tampil di publik untuk urusan covid-19, sebab sejak awal Presiden Jokowi mempersiapkan dia untuk persoalan manajemen dan preventif, bukan tindakan kesehatan. Dia bekerja dalam senyap covid-19.



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik