Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
AHOK tidak berubah barang seinci pun. Kebiasaannya menohok apa saja yang ia anggap melenceng tidak benar-benar berhenti. Padahal, ia pernah berjanji untuk lebih 'santun' mengkritik setelah tersandung akibat semburan kata beberapa kali.
Para kolega kerap menasihatinya untuk lebih lembut bertutur kata dengan anjuran menuruti kalimat bijak 'mulutmu harimaumu'. Ahok pun sempat mengikutinya dengan 'berhijrah' dalam panggilan nama. Katanya, "Jangan panggil aku Ahok. Panggil aku BTP, Basuki Tjahaja Purnama."
Gaya bertutur lembut Ahok ternyata berdurasi pendek, tak lebih dari tujuh purnama. Setelah berpuasa kata-kata pedas dalam beberapa waktu, ia kembali bersuara keras dengan mengusulkan agar Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibubarkan saja.
"Kementerian BUMN harusnya sudah dibubarkan sebelum Pak Jokowi selesai. Kita sudah ada semacam Indonesia Incorporation, semacam Temasek (super holding BUMN Singapura). Persoalannya Presiden tidak bisa mengontrol manajemen BUMN. Kita enggak ada orang," tutur Ahok dalam sebuah unggahan video di Youtube dengan nama akun Poin.
Ahok tak segan-segan pula 'mengumbar aib' PT Pertamina, rumahnya sendiri, tempat ia menjabat komisaris utama. Ia menyebut gaji mantan pejabat di anak perusahaan masih tetap sama, bahkan ketika orang itu sudah tidak lagi di posisi pimpinan.
"Alasannya karena ia orang lama," Ahok membeberkan.
Ahok pun dengan gamblang menyebutkan pergantian posisi direksi di perseroan bisa terjadi karena adanya lobi-lobi. Bahkan, dia menyebut lobi-lobi itu pun langsung dilakukan ke menteri, tanpa ia diberi tahu kendati sebagai komut.
Ahok mungkin benar saat melancarkan kritikan pedasnya. Namun, ia seolah lupa di mana posisinya kini dan bagaimana cara mengkritik institusinya itu secara 'baik dan benar'. Maka, 'mulutmu harimaumu' pun terjadi lagi.
Lihatlah bagaimana reaksi tak kalah sengit dari Kementerian BUMN. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut Ahok tak paham undang-undang (UU). Kementerian BUMN, kata Arya, dibentuk berdasarkan UU sehingga bila ingin membubarkannya pun harus mengganti UU.
Lalu, salahkah sepenuhnya jika Ahok bermimpi bangsa ini punya super holding BUMN sekelas Temasek Singapura? Jelas sah-sah saja. Apalagi jika ia ingin melihat Indonesia menjadi benar-benar bangsa besar lewat kekuatan Indonesia Incorporation melalui super holding BUMN.
Siapa tahu, Ahok mungkin terinspirasi pernyataan Presiden Pertama RI Soekarno. Bung Karno sering mengajukan pertanyaan yang ia pinjam dari sejarawan Inggris, HG Wells, "Apa yang menentukan besar kecilnya suatu bangsa?" Lantas ia jawab sendiri, bahwa yang menentukan besar kecilnya suatu bangsa bukanlah seberapa luas wilayahnya dan seberapa banyak penduduknya, melainkan tergantung pada kekuatan tekad sebagai pancaran karakternya.
Ahok mungkin gemas melihat Singapura yang penduduknya cuma 5,8 juta jiwa (separuh penduduk Jakarta) mampu menghasilkan produk domestik bruto US$380 miliar atau lebih dari sepertiga PDB Indonesia yang berpenduduk 268 juta jiwa. Sepertiga PDB Singapura itu disumbang Temasek, sedangkan kontribusi BUMN kita terhadap PDB baru sekitar 17,4%.
Mimpi Ahok soal super holding BUMN sebenarnya bukanlah barang baru. Presiden Ketiga RI BJ Habibie pernah meminta adanya pengkajian soal itu. Bahkan, pada era Menteri BUMN Rini Soemarno, jalan menuju super holding sudah mulai dirintis dengan membentuk holding BUMN yang jumlahnya lebih dari 100 itu. Namun, jalan menuju ke sana masih terjal dan berliku.
Wajar kalau banyak yang silau melihat kiprah Temasek. Kinerjanya selalu kinclong. Induknya induk BUMN Singapura itu mampu menempatkan 26% investasinya di Tiongkok, 13% di Amerika Serikat, 9% di Eropa, dan sisanya 27% di Singapura. Nilai aset bersihnya mencapai S$308 miliar atau sekitar Rp3.202 triliun. Pada 2017, pendapatannya mencapai S$107 miliar atau sekitar Rp1.112 triliun.
BUMN kita sejatinya tidak buruk-buruk amat. Pada 2018, total asetnya mencapai Rp8.092 triliun. Kontribusinya terhadap APBN mencapai lebih dari Rp400 triliun. Dalam empat tahun terakhir, kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara tumbuh rata-rata 11,68%. Hanya, dalam soal investasi dan kelincahan, BUMN kita memang tak segesit Temasek.
Banyak hal mesti diselesaikan jika Ahok ingin mendapati mimpinya soal super holding BUMN menjadi nyata. Tentang fungsi tanggung jawab sosial yang harus diemban BUMN buah dari amanat sebagai 'cabang-cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak', mesti di-clear kan dulu, juga perbaikan tata kelola yang tengah diupayakan Menteri Erick Thohir mesti dilihat sejauh mana hasilnya.
Ahok mesti lebih sabar mengurai benang itu. Ia juga mesti mengurai dengan cara yang pas, agar benang itu tidak tambah ruwet atau malah putus. Kementerian BUMN juga tak usah teramat defensif menyikapi tohokan Ahok itu. Kuping boleh merah, hati boleh panas, tetapi kepala tetap dingin.
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved