Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Jurus Kungfu Boy

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
16/9/2020 05:00
Jurus Kungfu Boy
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Dok.MI/Ebet)

PARA penggemar komik silat banyak yang sudah mafhum dengan Kungfu Boy. Serial manga karangan Takeshi Maekawa itu membawa imajinasi yang melekat di benak pembacanya akan sebuah jurus paripurna milik pendekar Tekken Chinmi. Jurus mematikan itu bernama 'Kungfu Peremuk Tulang'. Dikatakan jurus paripurna karena ia mampu memungkasi peperangan dengan kemenangan gilang-gemilang atas rupa-rupa musuhnya.

Dalam filosofi Tekken Chinmi atau Kungfu Boy, menguasai satu jurus, tetapi mematikan jauh lebih berharga ketimbang menggenggam seratus jurus, tetapi setengah-setengah. Itu artinya, kemenangan dalam peperangan amat mungkin diraih dengan fokus dan konsistensi tinggi.

Sayangnya, perjalanan menemukan jurus sakti untuk menyudahi peperangan dengan kemenangan itu sangat terjal. Butuh stamina prima, perlu daya tahan ekstra. Singkatnya, harus punya stok endurance berlimpah.

Seperti itu pula gambaran ikhtiar kita memenangi peperangan melawan pandemi covid-19. Sampai saat ini, upaya mendapatkan jurus pamungkas tersebut belum sepenuhnya gol. Pada saat yang bersamaan, sang musuh, korona, terus melipatgandakan 'kekuatan' dengan cara bermutasi.

Saat ikhtiar memperoleh vaksin masih memasuki uji klinis tahap III (bahkan vaksin Merah Putih usaha anak bangsa baru akan masuk fase uji praklinis terhadap mamalia), kita dihadapkan pada kurva positif kasus covid-19 yang terus mendaki. Dalam satu setengah bulan terakhir, angka positivity rate kita naik dari 11% ke 14%. Saat pekan-pekan sebelumnya penambahan kasus positif masih di zona 2.000-an, dalam dua pekan terakhir naik ke level 3.000-an.

Tingkat kematian (fatality rate) juga masih tinggi, yakni 4,08%, lebih tinggi daripada rata-rata dunia yang sebesar 3,24%. Banyak orang kehilangan sanak saudara tercinta, bahkan dunia telah kehilangan sejumlah tokoh, pemikir besar, para dokter dan pejuang garda depan yang tidak mudah digantikan.

Kabar baiknya, penanganan kesehatan yang tecermin dari tren tingkat penyembuhan covid-19 di Indonesia lumayan baik. Persentasenya bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata negara berpenduduk besar di dunia. Bahkan Indonesia lebih baik ketimbang AS dengan rasio kesembuhan 71,19% berbanding 58,72%.

Di tengah kurva mendaki covid-19 tersebut, kita juga dihadapkan pada ancaman resesi ekonomi. Resesi atau kemerosotan ekonomi terjadi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi, seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.

Kini, banyak yang mulai khawatir, kita bakal masuk pintu pertama resesi. Setelah ekonomi tumbuh positif 2,9% di kuartal pertama, lalu tumbuh negatif 5,2% di kuartal kedua, banyak analis memprediksi pertumbuhan ekonomi kita bakal kembali negatif di kuartal ketiga yang hanya menyisakan dua pekan lagi. Mulai muncul pula imajinasi sejumlah orang jika resesi berlanjut, bakal muncul depresi ekonomi.

Kolomnis Sidney J Harris membedakan istilah-istilah di atas dengan cara ini, "Sebuah resesi ialah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan, depresi ialah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan."

Memang, tidak seperti Singapura yang mengandalkan perekonomian negerinya dari perdagangan dan ekspor, Indonesia boleh 'bernapas lega' karena geliat perekonomiannya ditopang sektor konsumsi. Angkanya cukup besar: 58%. Namun, kemampuan daya beli ada batasnya. Saat tabungan terus terkuras pada titik tertentu akan terjadi sesak napas.

Belum lagi ditambah dengan postur tenaga kerja kita yang didominasi pekerja informal. Mereka yang setengah bekerja dan setengah menganggur ini, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS 2019), jumlahnya 72 juta orang dari total 126,5 juta pekerja di Indonesia. Para pekerja informal yang bekerja hari ini untuk makan hari ini tersebut punya dua risiko yang sama berat: terpapar (covid-19) atau terkapar.

Itulah yang memunculkan dilema saban pemerintah memutuskan langkah mengatasi pandemi korona. Tidak mengherankan jika selalu muncul frasa 'tetap injak rem atau mulai ngegas' dalam sejumlah keputusan yang diambil.

Merujuk pada tren penambahan kasus positif covid-19, tancap gas jelas bukan langkah yang bijak. Kebijakan menyeimbangkan rem dan gas, sama juga dengan menggenggam seratus jurus, tetapi setengah-setengah. Maka yang harus diprioritaskan ialah taklukkan dulu musuh utama secara fokus dan konsisten.

Apa yang dikatakan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir bahwa penanganan kesehatan harus diutamakan ketimbang ekonomi sudah tepat. Tinggal merapikan semua pasukan dalam orkestrasi yang sama dengan pernyataan Erick saat memberikan orasi ilmiah dalam Dies Natalis ke-63 Unpad, Jumat, (11/9).

Boleh jadi, dengan fokus tinggi dan konsistensi tiada henti, jurus Kungfu Peremuk Tulang bakal dikuasai.



Berita Lainnya
  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.