Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Siapa Sudi Menolong Negara.

Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group
02/5/2020 05:30
 Siapa Sudi Menolong Negara.
Usman Kansong, Dewan Redaksi Media Group(MI/EBET)

RICHARD Nixon keok di tangan John F Kennedy pada Pemilu Presiden 1960 di Amerika Serikat. Kepada ajudannya Pete Hannigan, Nixon berkata, “Pete, ada satu hal penting yang memuaskan kita. Kampanye pilpres mengubur selamanya isu agama kandidat. Buruk untukku, tetapi baik bagi Amerika.

” Masyarakat Amerika yang mayoritas Protestan sempat menggunakan isu agama untuk menyerang Kennedy yang minoritas Katolik. Akan tetapi, serupa perkataannya kepada sang ajudan, Nixon enggan menggunakan itu dalam kampanye. Nixon tidak menggunakan isu agama demi kebaikan negaranya.

Padahal, serupa satu kandidat di Pilkada DKI 2017, tidak ada halangan bagi Nixon untuk menyerang Kennedy dengan isu agama jika ia ingin memenangkan ego politiknya. Namun, penggunaan isu agama di masyarakat membuat Kennedy hanya menang tipis.

Selisih perolehan suara Kennedy dengan pesaingnya merupakan yang terkecil dalam sejarah pilpres Amerika. Akan tetapi, margin perolehan suara terkecil itu melahirkan salah satu pidato terhebat sepanjang sejarah dunia. Dalam pidato pelantikannya, Kennedy berucap, “And so, my fellow Americans: ask not what your country can do for you ask what you can do for your country.

” Nixon dan Kennedy rupanya tak hanya berkompetisi memperoleh suara terbanyak dalam pilpres, tetapi juga berlomba berbuat baik kepada negaranya. Mereka berlomba-lomba di jalan kebaikan buat negara. Semangat berbuat baik kepada negara ada dalam lagu Padamu Negeri. ‘Padamu Negeri kami berjanji…Padamu Negeri  kami berbakti….Padamu Negeri kami mengabdi… Bagimu Negeri jiwa raga kami…’

Di masa pandemi covid-19 ini, kita menuntut negara melakukan banyak hal buat kita. Tuntutan itu biasanya kemudian beranak pinak. Ketika satu tuntutan dipenuhi, lahir tuntutan berikutnya. Seorang teman tetap menuntut pemerintah melakukan lockdown kendati pemerintah sudah memutuskan pembatasan sosial berskala besar.

Saya sampaikan pemerintah telah memutuskan PSBB. “Anda mulai saja dari diri sendiri mematuhi PSBB,” kata saya. Dengan mematuhi PSBB dia sebetulnya sudah berbuat baik buat negara. Namun, dia langsung menutup percakapan.

Ketika untuk memenuhi tuntutan masyarakat, pemerintah memutuskan PSBB, bukan lockdown, dan itu menyebabkan industri mandek, lahir tuntutan kepada pemerintah untuk memberikan insentif kepada perusahaan dan bantuan sosial kepada pekerja yang terkena PHK.

Namun, APBN 2020 tidak menyediakan anggaran untuk penanggulangan pandemi covid-19. Maka, negara melakukan realokasi dan refocusing anggaran. Untuk itu, pemerintah memerlukan payung hukum berupa peraturan pemerintah pengganti undang-undang.

Celakanya, sejumlah kalangan ‘menuntut’ melalui Mahkamah Konstitusi supaya perppu itu dibatalkan. Rakyat tentu berhak bahkan berkewajiban menuntut negara melakukan berbagai hal untuk menanggulangi pandemi covid-19 dan dampaknya. Pemerintah dengan berbagai pertimbangan berkewajiban sedapat mungkin memenuhi tuntutan tersebut di tengah keterbatasan.

Akan tetapi, kita berharap tuntutan yang beranak pinak itu tak memantik kegaduhan karena kegaduhan itu bisa membuat imunitas kita berkurang, yang menyebabkan tubuh rentan terjangkit covid-19. Oleh karena itu, kita mestinya mengakhiri tuntutan yang memantik kegaduhan. Pun, bikin gaduh tak menolong negara mengatasi pandemi covid- 19 dan dampaknya.

Bencana seperti covid-19 ini sudah selayaknya mempersatukan kita, bukan ‘menggaduhkan’ kita. Bencana tsunami Aceh pada 2004 mempersatukan masyarakat Aceh, mempersatukan Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Bersatu berarti berbuat sesuatu untuk negara.

Alangkah adilnya bila kita juga berbuat sesuatu buat negara, menolong negara. Mematuhi PSBB, beribadah di rumah, bekerja dari rumah, dan belajar dari rumah, tidak mudik, cuci tangan pakai sabun, dan menjaga daya tahan tubuh merupakan langkah-langkah menolong negara memutus rantai covid-19.

Mereka yang bergotong royong menyumbangkan perlengkapan dan akomodasi buat tenaga medis atau bantuan sosial telah menolong negara mengurangi dampak sosial ekonomi pandemi covid-19. Mereka tidak bertanya apa yang negara berikan untuk mereka, tetapi bertanya apa yang mereka berikan untuk negara.

Mereka bermental ‘padamu negeri’. Tukang cukur asal Garut, Jawa Barat, yang berkreasi dengan melayani pangkas ke rumah-rumah, telah berbuat kebaikan buat negara, tidak melulu menuntut negara berbuat untuk mereka. Tukang cukur kreatif ini juga bermental ‘padamu negeri’. Orang Indonesia, katanya, kreatif kalau kepepet. Orang memang biasanya berubah dalam keadaan genting.

Gotong royong dan kreativitas seperti itu tidak dimiliki negara lain dalam upaya penanggulangan covid-19. Kita berharap jumlah mereka yang ikhlas bergotong royong serta kreatif semakin banyak jika dibandingkan dengan yang cuma doyan menuntut negara berbuat untuk mereka. Kita boleh optimistis Indonesia lekas keluar dari cengkeraman pandemi covid-19.

 

 

 



Berita Lainnya
  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.