Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
HAMPIR dua bulan kita dihantui wabah virus korona. Sepanjang dua bulan ini pemberitaan di berbagai platform lebih diwarnai hal-hal yang membuat kecil hati. Semua langkah yang dilakukan nyaris selalu dicela. Padahal dengan segala daya semua upaya terbaik sudah coba dilakukan.
Banyak di antara kita masih berpikir dengan cara pandang yang ideal. Seakan pilihan yang dihadapi ialah antara baik dan buruk. Ketika yang dihadapi jelas antara hitam dan putih, tentu pilihan mudah untuk diambil. Namun, kondisi yang kita hadapi sekarang bukanlah pilihan antara baik dan buruk, melainkan antara yang buruk dan kurang buruk, antara evil dan less evil.
Kita tidak bisa menyalahkan bahwa begitu sulitnya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya virus korona. Dengan pendidikan rata-rata hanya sekolah menengah pertama ke bawah, memang sulit untuk mengajak berpikir ilmiah. Apalagi kita tidak pernah menanamkan pentingnya disiplin kepada bangsa ini.
Bayang-bayang akan banyak orang terpapar dan harus dirawat di rumah sakit membuat banyak orang mengkritik kemampuan penanganan kesehatan bangsa ini. Kita memang tidak memiliki kemewahan dalam masalah kesehatan. Penyebabnya bukan hanya anggaran yang rendah, tetapi kita juga tidak pernah mempersiapkan tenaga kedokteran yang memadai.
Berulang kali di kolom ini kita mengingatkan pentingnya menata pendidikan di negeri ini. Jangan hanya ilmu hukum dan agama yang diperbanyak. Kita pun harus mendorong lebih banyak anak muda menguasai bidang teknik dan sains.
Bayangkan negara dengan penduduk 260 juta, jumlah dokter spesial paru-paru jumlahnya tak sampai 2.000 orang. Jumlah total dokter yang ada di Indonesia hanya sekitar 200 ribu orang. Sekarang baru kita rasakan betapa terbatasnya jumlah dokter dan perawat yang kita miliki.
Pandemi covid-19 yang dialami dunia ibarat api yang sedang membakar rumah kita. Sekarang yang dibutuhkan bukan hanya berteriak-teriak ada api, melainkan bagaimana memadamkannya. Ironis ketika bangsa ini sedang berjuang keras melawan covid-19 masih banyak yang hanya menjadi komentator. Bahkan, ada lembaga think-tank yang masih membuat survei-survei.
Betul di era demokrasi semua orang berhak untuk bersuara. Kita juga tidak ingin menghalangi kebebasan berekspresi. Akan tetapi, sekarang ini negara membutuhkan bantuan semua warga untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini dari ancaman covid-19.
Dengan hampir 3 juta penduduk dunia terpapar covid-19 dan lebih 200 ribu orang meninggal dunia, tidak ada satu pun negara siap menghadapi ancaman virus ini. Bahkan, sekarang ini dunia bukan lagi hanya harus dihadapkan pada krisis kesehatan, tetapi juga krisis ekonomi dan sosial yang ada di depan mata.
Daripada sekadar menyalahkan, lebih baik kita berbuat untuk menghindari krisis lebih buruk. Paling tidak kita membantu orang-orang di sekitar lingkungan rumah kita agar mereka tidak sampai mengalami kondisi lebih parah.
Kalau lebih banyak orang berusaha melakukan kebaikan, kita bisa terhindar dari kondisi lebih buruk. Kita pantas bersyukur kultur ‘keluarga besar atau extended family’ masih kuat pada bangsa kita. Tanpa melihat latar belakang, mereka mau menolong sesama.
Charities Aid Foundation menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa paling ringan tangan membantu sesama. Sebanyak 53% orang Indonesia siap menjadi sukarelawan, 78% mau memberikan sumbangan uang, dan 46% mau menolong orang yang tidak dikenal sekalipun.
Bangsa Indonesia sama dengan bangsa Australia dalam hal kemurahan hati. Seorang warga negara Australia, Shane Preuss, dalam tulisannya di majalah The Diplomat menyebutkan sikap gotong royong yang melekat kuat pada bangsa Indonesia yang akan menjadi kunci bangsa ini keluar dari impitan covid-19. Kebersamaan itu sudah diperlihatkan dalam berbagai peristiwa yang harus dialami bangsa Indonesia.
Inilah yang seharusnya menjadi modal sosial bangsa ini untuk menghadapi setiap tantangan. Yang terpenting menjadi kesadaran kita, dalam kondisi seperti sekarang ini tidak pernah ada pilihan ideal. Kita harus sama-sama berupaya menemukan pilihan yang terbaik.
Kita pantas bersyukur bahwa dengan kekurangan yang masih dimiliki, jumlah penambahan orang terpapar covid-19 mulai menurun. Apabila kita mampu untuk selalu mengingatkan dalam menjaga disiplin diri ataupun disiplin kolektif, diharapkan kita bisa melewati wabah virus korona dan kembali menata kehidupan ini. Pilar kekuatan kita bukan ada pada sisi medis, melainkan pada sisi psikologis sebagai sebuah bangsa.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved