Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Narasi Baru

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media group
20/4/2020 05:30
Narasi Baru
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media group(MI/Ebet)

BENIH korupsi disemai sejak di sekolah. Pendidikan menihilkan proses justru menghasilkan manusia yang lapar akan hasil akhir. Rasa lapar itu menjadikan ia bagai serigala memangsa sesamanya.

Rasa lapar dibawa ke tengah masyarakat selepas sekolah. Mata silau kemewahan, ia tanpa malu menggunakan kekuasaan untuk mencuri uang rakyat. Sejauh ini, pencuri uang rakyat paling banyak berpendidikan tinggi.

Pencuri uang rakyat berasal dari legislatif, eksekutif, yudikatif, dan swasta. Mereka punya kuasa membuat diskriminasi sebutan mencuri. Kalau rakyat biasa mencuri disebut pencuri. Kalau pencuri kakap berdasi pula disemat nama keren koruptor.

Sebutan koruptor terasa keren sehingga mereka masih bisa mengumbar senyum ketika ditangkap. Pada saat berstatus terdakwa di pengadilan, badan dibalut jas dan leher diikat dasi erat-erat. Tampil perlente dan tetap ceria di depan kamera.

Sebut saja pelaku korupsi itu dengan pencuri kelas berat. Perbuatannya merupakan pelanggaran atas hak sosial dan hak ekonomi rakyat sehingga digolongkan sebagai penjahat luar biasa.

Pelanggaran atas hak sosial itulah maka korupsi dikategorikan sebagai perbuatan antisosial. Perilaku korupsi itu mengingkari jati diri manusia sebagai makhluk sosial. Aristoteles menyebutnya sebagai zoon politicon yang secara harfiah berarti hewan yang bermasyarakat.

Ketika tidak lagi bermasyarakat alias antisosial, yang ada di dalam diri pencuri uang rakyat ialah tabiat hewan. Ia menjadi serigala bagi sesamanya, Homo homini lupus est, kata Hobbes.

Monster bertopeng manusia itulah yang mendasari hukum formal membolehkan dicabut nyawa pencuri uang rakyat. Ancaman hukuman mati itu tertera dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pasal 2 ayat (2) UU 31/1999 menyebutkan hukuman mati dapat dijatuhkan bila negara dalam keadaan bahaya, bencana nasional, krisis ekonomi, dan moneter, maupun pengulangan tindak pidana korupsi.

Sudah 21 tahun lamanya ancaman hukuman mati itu mati suri sebagai teks. Tidak pernah dipakai di pengadilan. Pencuri kelas berat itu sesungguhnya tidak takut mati, ia takut hidup miskin.

Karena itu, penjara seumur hidup dan dimiskinkan ialah hukuman yang paling berat di tengah meluasnya penolakan terhadap hukuman mati. Biarkan mencabut nyawa itu hak prerogatif Yang Mahakuasa, bukan hak orang berkuasa.

Belum ada data dan bukti empiris adanya korelasi antara hukuman mati dan korupsi. Korupsi malah tumbuh subur di negara yang menerapkan hukuman mati, termasuk Indonesia.

Ada olok-olok tentang korupsi di Indonesia. Di zaman Orde Lama, korupsi masih di bawah meja karena masih malu-malu. Di zaman Orde Baru, terjadi di atas meja, terang-terangan tanpa malu. Dan, korupsi di zaman reformasi sekarang ini, pada saat ada ancaman hukuman mati, mejanya pun dibawa dan malu-maluin.

Korupsi tumbuh subur karena narasi yang dipakai sudah usang. Miskin imajinasi. Yang dinarasikan selalu ancaman hukuman mati. Perlu dibangun narasi baru melawan korupsi, jangan lagi menggaungkan narasi usang. Narasi baru itu, misalnya, pencuri kelas berat diancam hukuman seumur hidup dan dimiskinkan. Cara lainnya ialah dipermalukan.

Sorotan tajam warganet atas seorang Staf Khusus Presiden ialah contoh nyata membangun budaya malu itu. Ia dipermalukan karena diduga menyalahgunakan jabatan dengan mengirimkan surat berkop Sekretariat Kabinet kepada camat seluruh Indonesia. Staf Khusus Presiden itu sudah meminta maaf dan mencabut surat tersebut.

Narasi saja tidak cukup. Kiranya korupsi dibenahi dari akarnya. Jack Bologne yang dikenal dengan teori GONE menyebutkan faktor penyebab korupsi ialah greed, opportunity, need, dan exposes (keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan pengungkapan).

Studi tentang teori GONE pernah dilakukan Jaka Isgiyataa dan kawan-kawan yang dipublikasikan di Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis pada 2018. Kesimpulan penelitian itu menyebutkan tingkat hukuman yang rendah dan kurangnya idealisme pimpinan akan meningkatkan potensi kecurangan pengadaan barang/jasa.

Idealisme itu yang perlu disemai mulai di bangku sekolah. Murid diajak menjelajah imajinasi manusia bermain sehingga kelak ia menjadi teman bagi sesamanya, Homo homini socius.

 



Berita Lainnya
  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.