Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Sikut-sikutan

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
14/3/2020 05:10
Sikut-sikutan
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI)

MENTERI Keuangan Sri Mul­yani dan mantan Wapres Jusuf Kalla sikut-sikutan. Jangan salah sangka, keduanya tidak sedang saling menjatuhkan. Sikut-sikutan salah satu bentuk ‘salam korona’ dengan mempertemukan siku satu orang dan siku orang lain.

Model salam korona lainnya, sebut saja, tangkup-tangkupan, supaya senada dan seirama dengan sikut-sikutan. Salam korona tangkup-tangkupan ini ialah dengan menangkupkan kedua telapak tangan tanpa menyentuh telapak tangan orang lain. Presiden Jokowi dan Wapres KH Ma’ruf Amin melakukan salam korona model tangkup-tangkupan ini.

Tujuan sikut-sikutan dan tangkup-tangkupan ini tiada lain untuk mencegah penyebaran virus korona. World Health Organisation merekomendasi kita untuk mengurangi kontak fisik demi menghadang penyebaran korona.

Langkah ekstrem serupa ‘sikut-sikutan’ itu kadang perlu dilakukan supaya terhindar dari pandemi korona. Sikut-sikutan disebut langkah ekstrem karena dua hal. Pertama, kita bisa saja dianggap tidak sopan ketika melakukannya karena sebelumnya kita saling menyentuh dan menggenggam tangan saat bersalaman. Kedua, ya itu tadi, bisa disalahsangkakan saling menjatuhkan.

Langkah ekstrem lainnya dilakukan pemerintah Singapura yang melarang salat Jumat kemarin. Kalau di Indonesia, jangan-jangan kebijakan itu dituduh menistakan agama. Itu serupa dengan kebijakan Arab Saudi yang meniadakan umrah untuk sementara waktu yang dikomentari satu gubernur di sini, “Kok orang mau ibadah dilarang?”

Padahal Singapura dan Saudi mengambil kebijakan itu sudah barang tentu melalui kajian mendalam untuk mencegah penyebaran korona.

Kemarin pagi, sejumlah grup pertukaran pesan yang saya ikuti ramai menampilkan dan mendiskusikan berita Presiden Filipina Rodrigo Duterte me-lockdown, mengunci, atau menutup Metro Manila untuk menghadang penyebaran korona. Dalam diskusi itu, ada nada kegemasan kepada pemerintah yang tak juga mengambil langkah ekstrem serupa yang diambil Duterte.

Di grup pertukaran pesan lainnya, satu peserta mengunggah media sosial berisi pernyataan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. PM Lee antara lain memperkirakan korona berlangsung sampai tahun depan. Ada decak kagum dalam unggahan itu sampai seperti terbit harapan Jokowi menyatakan hal serupa yang dinyatakan PM Lee.

Apa hebatnya pernyataan PM Lee sampai muncul kegemasan mengapa Jokowi tidak menyatakan hal serupa? Presiden Jokowi pernah mengatakan dampak ekonomi virus korona sampai 2021. Badan Intelijen Negara juga memprediksi puncak korona terjadi pada Ramadan. Apa perbedaan substansial pernyataan PM Lee, Presiden Jokowi, dan BIN? Bukankah semuanya memprediksikan pandemi virus korona?

Begitulah, kita sering kali terharu dengan apa yang dilakukan tetangga. Benarlah pepatah yang menyebutkan rumput tetangga sering kali lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri.

Banyak keputusan kita ambil karena tetangga melakukan hal serupa. Kita memutuskan membeli furnitur baru, misalnya, karena tetangga sebelah sebelumnya membeli furnitur baru juga. Padahal, kita sebetulnya tak membutuhkan furnitur baru.

Kita sering kali mengambil keputusan berdasarkan keputusan orang lain yang serupa. Mereka yang gemas dengan pemerintah itu seolah ingin mendorong Presiden Jokowi melockdown Ibu Kota Jakarta karena Presiden Duterte me-lockdown Metro Manila, bukan karena Indonesia perlu atau butuh melakukannya.

Kita menginginkan bila kelak Presiden Jokowi memutuskan melockdown Jakarta atau apa pun, itu karena Indonesia memang perlu mengambil langkah tersebut, bukan karena kepala negara tetangga memutuskan hal serupa, bukan karena ikut-ikutan.

Tentu saja kita bisa belajar dari negara lain dalam menghadang penyebaran virus korona. Belajar bukan meniru begitu saja, melainkan sungguh-sungguh mengkaji apakah kita betul-betul perlu mengambil langkah serupa yang dilakukan negara lain.

Boleh jadi dari hasil belajar itu kita justru harus mengambil langkah berbeda. Setiap negara punya kebijakan sendiri yang disesuaikan sesuai dengan situasi dan kondisi.

Kalau meniru bulat-bulat, itu namanya ikut-ikutan. Bila kita ikut-ikutan negara lain begitu saja, kita serupa berkompetisi, berlomba, sikut-sikutan, dengan negara lain tersebut dalam menangani korona. Berawal ikut-ikutan, berujung sikut-sikutan.



Berita Lainnya
  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik