Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Komnas Disabilitas

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
17/2/2020 05:10
Komnas Disabilitas
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SEBUAH video perundungan mengarah penganiayaan seorang siswi penyandang disabilitas viral pekan lalu. Video berdurasi 30 detik itu berisi tindakan kekerasan tiga siswa laki-laki.

Mereka memukul siswi itu dengan menggunakan tangan pada bagian kepala kemudian secara bergantian ketiga pelaku menendang hingga memukul menggunakan gagang sapu. Siswi disabilitas itu hanya bisa terdiam dan tertunduk sambil menutup wajahnya.

Video perundungan di sebuah SMP di Purworejo, Jawa Tengah, itu hanyalah sebuah contoh. Masih banyak kaum disabilitas lainnya yang mengalami kekerasan dan bentuk diskriminasi lainnya, padahal sudah ada undang-undang perlindungan disabilitas.

Teks undang-undang memang indah, tapi implementasinya belum sempurna, termasuk soal pembentukan komisi nasional (komnas) disabilitas yang tak kunjung terwujud. Mestinya, komnas disabilitas dibentuk paling lambat 15 April 2019 sesuai dengan perintah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

Perintah Pasal 149 UU 8/2016 sangat tegas, komnas disabilitas harus sudah dibentuk paling lama tiga tahun terhitung sejak undang-undang itu diundangkan. Undang-undang itu diundangkan pada 15 April 2016.

Komnas disabilitas merupakan lembaga nonstruktural yang bersifat independen, mempunyai tugas melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan advokasi pelaksanaan penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas. Hasil pemantauan itu dilaporkan kepada presiden sesuai dengan ketentuan Pasal 132.

Ketentuan mengenai organisasi dan tata kerja serta keanggotaan komnas disabilitas diatur dengan peraturan presiden. Dengan demikian, penyusunan peraturan presiden itu harus tunduk kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 5 UU 12/2011 itu menyatakan penyusunan peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan yang baik, yang meliputi antara lain kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat dan keterbukaan.

Dua syarat soal pejabat pembentuk yang tepat dan keterbukaan itulah yang menjadi pangkal soal tak kunjung terbentuk komnas disabilitas selama ini.

Rancangan Perpres Komnas Disabilitas diinisiasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi. Rancangan itu ditolak masyarakat penyandang disabilitas yang diwakili Koalisi Nasional Pokja Implementasi UU Penyandang Disabilitas. Ditolak  karena pembahasannya tidak transparan dan tidak partisipatif.

Terkait dengan substansi, ada poin yang ditolak. Poin itu ialah menempatkan komnas disabilitas melekat secara keuangan kepada Kementerian Sosial, menempatkan sekretariat komnas setara dengan eselon III, dan membagi kategori pengisian jabatan pimpinan komnas antara disabilitas dan nondisabilitas.

Persoalan lain yang belum ada titik temunya ialah apakah komnas disabilitas berada dalam regulasi Kementerian Sosial atau Kementerian Hukum dan HAM seperti yang diinginkan kalangan sipil.

Idealnya, komnas disabilitas berada dalam regulasi Kementerian Hukum dan HAM, bukan Kementerian Sosial. Dari lima tujuan UU Penyandang Disabilitas yang disebutkan dalam Pasal 3, keseluruhannya dirumuskan dengan melihat disabilitas sebagai isu hak asasi manusia, bukan sekadar sebagai isu kesejahteraan atau perlindungan sosial. Atas dasar itulah, komnas itu mestinya berada di lingkungan regulasi Kementerian Hukum dan HAM.

Janganlah berlama-lama membentuk komnas disabilitas yang sudah melewati tenggat. Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia berjanji untuk mendorong pembentukan komnas pada tahun ini.

Harus tegas dikatakan bahwa penyusunan peraturan presiden soal pembentukan komnas disabilitas harus mematuhi ketentuan Pasal 180 Peraturan Pemerintah  Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang mengatur bahwa instansi pemrakarsa pembentuk perpres wajib menyebarluaskan rancangan perpres kepada publik.

Masyarakat penyandang disabilitas harus dilibatkan dalam pembahasan perpres itu agar aspirasi mereka bisa ditampung. Jangan mengulangi lagi kesalahan saat pembuatan perpres yang diinisiasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi.

Penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas merupakan kewajiban negara. Komitmen pemerintah tidak perlu diragukan lagi setelah pengesahan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada 10 November 2011.

Komitmen saja belumlah cukup. Paling penting ialah tindakan nyata untuk menghormati hak penyandang disabilitas. Tepat waktu membentuk komnas disabilitas ialah salah satu bentuk tindakan nyata memenuhi hak-hak konstitusional kaum disabilitas.

 

 

 



Berita Lainnya
  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.