Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Hoaks Atas Nama Tuhan

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
05/2/2020 05:10
Hoaks Atas Nama Tuhan
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

'DALAM setiap bencana kita membutuhkan orang yang disalahkan selain Tuhan' tulis jurnalis Eric Weiner dalam buku The Geography of Bliss.

Eric benar. Meski orang beragama percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta, termasuk bencana, terjadi atas kehendak-Nya, mana berani kita menyalahkan Tuhan. Bisa didemo bertubi-tubi oleh para pembela Tuhan, meski, kata Gus Dur, kok repot-repot membela Tuhan.

Virus korona yang hingga kemarin menewaskan 400 orang lebih itu termasuk bencana. Dalam istilah Presiden Jokowi, virus korona bencana nonalam. Virus korona boleh disebut bencana kesehatan.

Dalam bencana virus korona yang berjangkit di Wuhan, Tiongkok, kita pun membutuhkan orang untuk disalahkan selain Tuhan. Orang untuk disalahkan selain Tuhan dalam pandemi virus Korona ialah orang Tiongkok.

Seseorang berkomentar di media sosial bahwa virus korona merupakan hukuman dari langit buat orang-orang Tiongkok atas kesalahan pemerintah Tiongkok memperlakukan muslim Uighur. Yang mengatakan ini jelas menggunakan ilmu langitan atau ilmu hukum karma.

Istri seorang penyanyi lagu-lagu religi mengunggah soal korona di akun Instagram-nya. Dalam unggahannya ia menarik garis merah pada sejumlah kata, yakni qorona, khalaqo, zamana, dan kadzaba dari buku Iqra. Bila diartikan, keempat kata itu secara berturut-turut bermakna 'korona tercipta pada zaman penuh dusta'. Dia menambahi unggahannya dengan komentar yang maknanya kira-kira 'korona merupakan hukuman Tuhan'.

Iqra bukan Alquran, melainkan buku pelajaran membaca Alquran. Iqra serupa buku pelajaran membaca bahasa Indonesia yang saya pelajari di kelas satu SD dulu yang di dalamnya ada kalimat 'ini Budi', 'ini ibu Budi', 'ini bapak Budi'. Sang istri penyanyi lagu-lagu religi itu rupanya menggunakan ilmu 'pokoknya cocok' alias 'cocokologi'.

Orang-orang Tiongkok pun mati bergelimpangan karena terjangkit virus korona yang diturunkan Tuhan, seperti dalam foto yang diunggah di media sosial oleh seorang yang katanya pendakwah. Belakangan terungkap itu bukan foto korban virus korona, melainkan aksi teatrikal untuk mengenang 528 korban pembantaian Nazi di Jerman.

Tiga unggahan di media sosial itu gampangnya disebut hoaks atau sekurang-kurangnya disinformasi. Kementerian Komunikasi dan Informatika hingga Senin, 3 Februari 2020, menemukan 54 hoaks yang tersebar melalui media sosial.

Hoaks atau disinformasi ialah informasi sesat. Celakanya, serupa di ketiga unggahan tadi, Tuhan terbawa-bawa dalam sebagian informasi sesat itu. Mereka, para pengunggah itu, membawa-bawa Tuhan, mengatasnamakan Tuhan, dalam informasi sesat yang mereka sebarkan itu. Bayangkan, mereka takut menyalahkan Tuhan, tetapi nekat membawa-bawa Tuhan dalam informasi sesat tentang bencana virus korona. Lalu, siapakah yang lebih pantas disebut penista?

Menyalahkan orang Tiongkok sembari membawa-bawa Tuhan serupa menyoraki, mensyukuri, penderitaan dan kesengsaraan orang lain. Orang-orang Tiongkok atau siapa pun yang terjangkit virus korona sesungguhnya korban bencana. Mereka yang menyalahkan korban serupa menghakimi korban sebagai pelaku.

Di mana letak rasa kemanusiaan mereka? Di mana empati mereka? Tidak ada di mana-mana karena yang ada ialah kebencian, dan virus kebencian lebih berbahaya daripada virus korona. Disebut lebih berbahaya karena, bila virus korona menyerang tubuh, virus kebencian akan menyerang akal sehat dan kewarasan kita.

Bila dikatakan virus korona diturunkan Tuhan untuk menghukum orang-orang Tiongkok, bolehkah kita mengatakan orang-orang penyebar hoaks dengan membawa-bawa nama-Nya itu diturunkan Tuhan untuk menguji kesabaran dan kewarasan kita?

Setoplah menyebut virus korona hukuman Tuhan karena Tuhan maha pengasih dan maha penyayang. Berhentilah menyebar informasi sesat, apalagi yang membawa-bawa Tuhan segala karena Tuhan maha mencerahkan, bukan maha menyesatkan.

 

 

 



Berita Lainnya
  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik