Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Besar atau Kecil

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
06/12/2019 05:10
Besar atau Kecil
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DENGAN produk domestik bruto di atas US$1 triliun, Indonesia diketahui berada di urutan ke-16 negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Hanya, sering juga kita bertanya mengapa Indonesia tidak kunjung menjadi tujuan utama investasi dunia? Apa yang harus kita tunjukkan agar kita dianggap sebagai negara anggota G-20?

Chairman PT Barito Pacific Tbk Prajogo Pangestu berpandangan bahwa kita harus mempunyai perusahaan yang masuk kelompok 100 perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia. Syaratnya, Indonesia harus mempunyai perusahaan yang kapitalisasi pasarnya mencapai US$100 miliar dan keuntungannya di atas US$10 miliar.

Mengapa harus seperti itu? Karena Tiongkok juga pernah mengalami kondisi seperti kita sekarang. Mereka tetap dipandang sebelah mata meski cadangan devisanya sudah mencapai US$2 triliun. Tiongkok baru mulai diperhitungkan ketika banyak perusahaan mereka berkapitalisasi pasar menembus angka US$100 miliar.

Dalam kelompok 10 besar perusahaan dunia, bahkan ada dua perusahaan Tiongkok yang berada bersama Microsoft dan Apple, yaitu Ali Baba Group dan Tencent. Tidak hanya perusahaan berbasis teknologi, perusahaan energi seperti Petrochina atau perbankan seperti ICBC juga mampu menembus kelompok 100 besar dunia.

Mereka mampu menggeser perusahaan-perusahaan negara maju yang pernah disegani. Sekarang justru negara-negara Eropa seperti Jerman, Prancis, dan Inggris yang hanya mampu menempatkan satu-dua perusahaannya di kelompok 100 besar dunia. Demikian pula negara-negara Asia lainnya seperti Jepang dan Korea Selatan.

Bagaimana dengan perusahaan Indonesia? Perusahaan dengan kapitalisasi terbesar kita sekarang ialah Bank Central Asia. Nilai kapitalisasi pasar mereka tercatat Rp783 triliun. Kalau dikonversikan, nilainya sekitar US$55 miliar.

Apakah kita bisa dorong perusahaan itu untuk dapat menembus kapitalisasi pasar US$100 miliar? Tentu saja bisa, tetapi pasti membutuhkan waktu. Dalam kasus BCA, bukan hanya direksinya yang harus lebih profesional, pengusaha Indonesia pun harus lebih ekspansif dan konsumennya lebih bullish. Hanya dengan itu fungsi intermediasi BCA akan lebih optimal.

Bahkan, bukan hanya pasar dalam negeri yang harus bertumbuh pesat, BCA pun harus berani ekspansif keluar. Hanya dengan bermain di pasar yang lebih besar, BCA menjadi perusahaan raksasa.

Adakah cara lain untuk mempercepat munculnya perusahaan dengan skala raksasa di Indonesia? Ada, yakni melalui merger atau penggabungan perusahaan. Atau satu langkah lain ialah membentuk perusahaan induk atau holding company.

Ali Baba bisa menembus kelompok 10 besar dunia karena mereka berada dalam satu payung Ali Baba Group. Google juga bisa masuk kelompok elite dunia karena menggunakan bendera Alphabet.

Kita punya potensi masuk kelompok elite kalau empat bank BUMN digabung di bawah satu payung. Itulah yang dulu sebenarnya pernah dipikirkan Presiden Joko Widodo. Kita membangun perusahaan induk agar lebih cepat perusahaan Indonesia naik pentas.

Bahkan, saat debat Presiden April lalu, Jokowi pernah melontarkan ide pembentukan super-holding. Presiden berulang kali menyebutkan tidak ada yang namanya visi menteri, yang ada hanya visi presiden. Pembentukan perusahaan induk merupakan ide besar dari presiden.

Kalau sekarang Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan tidak akan melanjutkan pembentukan perusahaan induk, itu tentunya merupakan bagian dari visi baru presiden. Kita memilih jalan untuk mempertahankan BUMN yang ada dan mendorong mereka untuk fokus pada bidang usahanya. Tidak boleh lagi ada anak-anak usaha baru.

Sekali lagi langkah itu merupakan hal yang sah-sah saja. Kita memang mempunyai pilihan untuk memiliki satu yang besar atau banyak perusahaan yang kecil-kecil. Semua pilihan itu ada harganya ketika kita bicara dalam perspektif global.

Seperti Arab Saudi memilih jalan untuk memiliki satu yang besar. Pangeran Mohammad bin Salman ingin menjadikan Aramco sebagai perusahaan raksasa dunia yang bisa menyerap dana global sampai US$2 triliun. Bangsa yang besar memang dituntut untuk berani think big, act big.



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.