Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

IPB

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group
09/10/2019 05:30
IPB
Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group(MI)

SEORANG teman menumpahkan kemarahan di laman Facebook atas sebutan bahwa IPB singkatan dari 'institut pembuat bom' atau 'institut perakit bom'. Menurutnya, itu satu penghinaan yang menyakitkan bagi anak-anak yang sedang menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia itu. Menurut teman yang alumnus IPB itu, sebutan itu juga melukai alumni IPB.

Sebutan 'institut pembuat bom' atau 'institut perakit bom' kabarnya menjadi trending topic di media sosial. Kita semua tahu sebutan itu berawal dari tertangkapnya dosen IPB atas sangkaan membuat dan menyimpan bom molotov. Bom itu rencananya dipakai untuk mengacaukan Ibu Kota.

Institut Pertanian Bogor yang disingkat IPB barangkali merupakan perguruan tinggi yang paling sering dipelesetkan kepanjangannya. Kepanjangan IPB pernah dipelesetkan menjadi 'institut publisistik Bogor'. Gara-garanya, banyak alumnusnya yang menjadi wartawan.

Namun, sebutan 'institut publisistik Bogor' tidak sampai membuat berang mahasiswa, dosen, atau alumni, termasuk teman yang menumpahkan kemarahannya di media sosial tadi.

Kata si teman, pelesetan 'institut publisistik Bogor' sesuai dengan kenyataan bahwa banyak alumnus IPB menjadi jurnalis. Apalagi, katanya, IPB kini punya jurusan komunikasi. Namun, alumni IPB yang menjadi wartawan kebanyakan tidak mengambil jurusan komunikasi, bukan alumni komunikasi.

Kepanjangan IPB pernah juga dipelesetkan menjadi 'institut perbankan Bogor' lantaran banyak alumnusnya yang bekerja di bank. Si teman menyampaikan pelesetan itu pun tak mengapa karena begitulah adanya plus ada jurusan ekonomi di IPB.

Mendengar pelesetan 'institut publisistik Bogor' dan 'institut perbankan Bogor', Rektor IPB sebelumnya, Herry Suhardiyanto, pernah berkata enteng, "Itu artinya lulusan IPB diterima di mana-mana."

Intinya, sebutan 'institut publisistik Bogor' dan 'institut perbankan Bogor' tak menjadi perkara karena banyak alumnusnya yang bekerja di media dan bank, serta IPB mengajarkan komunikasi dan ekonomi.

Akan tetapi, IPB tidak mengajarkan merakit bom, cuma mengajarkan ilmu kimia, dan yang menjadi tersangka perakit bom cuma seorang sehingga pelesetan 'institut perakit bom' tidak pada tempatnya dan mesti dipersoalkan.

Mengapa tersangka pelakunya cuma seorang, tetapi keseluruhan IPB seperti menanggung akibatnya? Ini yang disebut karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Ini memang sulit dihindari.

Sama sulitnya bagi media menghindar menulis berita 'Dosen IPB Tersangka Pembuat Bom' meski dia bertindak atas nama pribadi, bukan sebagai dosen IPB. Di zaman dahulu, media menyebut 'oknum dosen IPB' untuk menghindari generalisasi. Oknum artinya bertindak atas nama perseorangan.

Akan tetapi, 'oknum' dianggap eufimisme, pelembutan. Agak-agak haram bagi media menggunakan pelembutan. Sulit, bila tidak boleh dikatakan tidak mungkin, menghindar menghubungkan posisi seseorang di masyarakat dengan perbuatan yang dilakukannya, baik perbuatan buruk maupun baik.

Kita sering kali tidak fair. Ketika seseorang berbuat baik, kita menginginkan nama institusi disebut meski itu perbuatan pribadi. Akan tetapi, ketika orang itu berbuat jahat, kita menghendaki nama institusi disembunyikan dengan alasan bahwa itu perbuatan individu.

Pak dosen diberitakan mengundurkan diri dari posisi dosen IPB. Tujuannya supaya IPB tidak terbawa-bawa lagi. Mudah-mudahan tidak ada yang menyebut 'mantan dosen IPB'.

Dalam pelesetan kadang terkandung kritik. Dalam pelesetan 'institut publisistik Bogor' atau 'institut perbankan Bogor' mungkin terkandung kritik bahwa 'semestinya alumni IPB menjadi petani, bukan wartawan atau bankir supaya kita swasembada pangan'.

Dalam pelesetan 'institut perakit bom' atau 'institut pembuat bom' mungkin terkandung kritik bahwa radikalisme sudah menjalar ke kampus merasuki kalangan intelektual.

Pelesetan, bila di dalamnya terkandung kritik, ia dibawakan dengan gurauan. Tujuannya supaya sasaran tidak marah dikritik.

Daripada ngomel-ngomel, apalagi bila sampai menuduh polisi merekayasa kasus bom molotov itu, lebih baik kita jawab kritik dalam pelesetan itu. Misalnya, dengan upaya meredam radikalisme di kampus.
 



Berita Lainnya
  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.