Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Destruktif Vs Konstruktif

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
27/9/2019 05:30
Destruktif Vs Konstruktif
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet )

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati merasa sedih melihat perusakan terhadap fasilitas umum yang dilakukan mahasiswa dan pelajar dalam unjuk rasa beberapa hari terakhir ini.

Pasalnya, fasilitas umum itu dibangun dengan susah payah dari setiap rupiah pajak yang dikumpulkan dari masyarakat. Akan tetapi, hanya cukup waktu sedetik untuk menghancurkannya.

Demokrasi yang kita pilih memang memberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat. Namun, demokrasi mengharuskan kita meninggalkan cara-cara kekerasan dalam menggunakan hak.

Sistem demokrasi memberikan banyak jalan untuk memperjuangkan hak masyarakat. Terhadap keberatan kita kepada Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi, misalnya, kita mempunyai hak untuk mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Konstitusi.

Kalau kita menggunakan cara-cara destruktif, sebenarnya kita tidak sedang membangun demokrasi. Kita sedang melakukan anarkisme. Kalau sikap ini terus kita lanjutkan, negara ini tidak pernah akan maju sebagai negara sejahtera, malah sebaliknya mundur ke belakang.

Tepat waktu apabila kita kutip kembali ceramah yang disampaikan Sri Mulyani saat menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia. Dalam ceramahnya di depan mahasiswa Universitas Indonesia pada 2016, Sri Mulyani mengangkat topik Yang Muda yang Beraksi: Peranan Pemuda dalam Menyukseskan Pembangunan Berkelanjutan yang Inklusif.

Sri Mulyani sangat menaruh harapan kepada anak-anak muda Indonesia. Dengan jumlah lebih dari 65 juta orang, generasi muda Indonesia bisa menjadi motor pembangunan yang dahsyat.

Namun, untuk menjadi anak muda berprestasi dibutuhkan kerja keras. Anak-anak muda harus menjadi pribadi penuh percaya diri, memiliki visi luas, serta ambisi dan kreativitas kuat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan guna menciptakan kemakmuran, kemajuan peradaban, dan keadilan sosial.

Mengapa? Karena di satu sisi kita menghadapi globalisasi, tetapi pada saat bersamaan perekonomian dunia sedang mengalami apa yang disebut sebagai perfect storm, yakni melemahnya ekonomi dan perdagangan serta perlambatan dan perubahan struktural ekonomi. Populisme seperti dicerminkan oleh Brexit sedang menjadi mode.

Di sisi lain, menurut Sri Mulyani, kita menghadapi masalah struktural. Sepertiga dari ketimpangan di Indonesia disebabkan oleh empat faktor pada saat seseorang lahir, yakni di provinsi mana mereka lahir, apakah tempat lahir itu desa atau kota, apakah kepala rumah tangga perempuan, dan seberapa tinggi tingkat pendidikan orangtua.

Seseorang yang lahir di desa yang tertinggal besar kemungkinan rendah tingkat kesehatannya dan berpotensi anak-anak yang dilahirkan mengalami stunting. Kalaupun tidak stunting, belum tentu bisa mengecap pendidikan yang berkualitas. Apalagi jika gendernya perempuan, maka peuangnya untuk bisa menjadi pribadi mandiri akan semakin berat.

Untuk itulah generasi muda yang lebih beruntung diminta Sri Mulyani untuk lebih mempunyai empati. Kita harus terus berupaya membangun jembatan antarperbedaan pandangan apabila kita ingin mempertahankan kebinekaan Indonesia. Harus mau untuk mendengar dan memahami mereka yang tidak sependapat dengan kita.

Janganlah kita seperti para populis yang sering bersuara lebih keras, dengan pandangan hitam putih, dan memanfaatkan ketakutan serta kekhawatiran masyarakat. Mereka sering menawarkan solusi magis dan mudah untuk berbagai masalah yang teramat kompleks. Mereka banyak yang menjual ilusi yang sering laku dibeli masyarakat yang haus solusi cepat.

Dari pengalamannya menjadi pejabat publik, baik di dalam maupun luar negeri, Sri Mulyani sering dihadapkan pada pilihan sulit untuk mengambil keputusan. Pilihan yang tersedia sering kali tidak populer, yang bahkan bukan alternatif terbaik.

Setelah keputusan dibuat pun tidak semua orang akan mengapresiasi. Bisa jadi malah ada orang yang salah paham terhadap tindakan kita. Namun, sering kali pengakuan terhadap keberhasilan itu datang lama setelah kita meninggalkan jabatan kita.

Untuk itu, generasi muda tidak boleh berkecil hati. Tuntutlah ilmu dan kuasai kemampuan teknis terbaik. Jangan pernah berhenti belajar. Kita harus mampu menjadi bagian masyarakat yang selalu berpikir konstruktif, melakukan yang terbaik untuk negeri agar tercipta pembangunan inklusif dan bermanfaat bagi seluruh bangsa.


 



Berita Lainnya
  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.