Ketemuan, Yuk! (2)

Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group
15/7/2019 05:10
Ketemuan, Yuk! (2)
Saur Hutabarat Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

AKHIRNYA Jokowi dan Prabowo ketemuan dalam suasana take it easy, be happy. Bertemu dengan sukacita (ketemuan, yuk), bukan dengan keruwetan (rekonsiliasi).

Dalam ‘ketemuan, yuk’ itu tidak ada ego, gengsi, formalitas. Yang ada ialah orang yang merdeka batinnya, yang saling menghargai, lalu memberi salam kehangatan.

Semua pandangan itu saya ambil dari tulisan saya sebelumnya di forum ini pekan lalu (8/7). Itulah sebabnya tulisan ini diberi judul ‘Ketemuan, Yuk! (2)’ atau ‘Ketemuan Jilid 2’.

Bertemu di kereta api, lalu bersantap di restoran, gamblang mengekspresikan suasana kebatinan yang rileks. Lihatlah kostum yang mereka kenakan, sama-sama berkemeja putih. Seperti biasa Jokowi berlengan panjang, Prabowo berlengan pendek. Bukan batik, bukan pula jas.

Gaya kasual kedua pemimpin pun terekspresikan di sepatu. Jokowi dan Prabowo tidak bersepatu pantofel, sepatu formal. Sepatu Jokowi tampak nyata sepatu kets anak milenial. Nyatalah bahwa suasana setelah pilpres bisa dipandang ruwet, bisa pula sederhana. Yang memandang ruwet menawarkan solusi yang juga ruwet, yaitu rekonsiliasi. Kenapa ruwet? Karena mengira di tubuh bangsa dan negara terjadi keretakan di tingkat warga, di tingkat akar rumput. Indonesia kiamat kalau Jokowi dan Prabowo tidak bertemu dalam makna rekonsiliasi.

Yang memandang suasana setelah pilpres sederhana berangkat dari pemahaman bahwa dalam sebuah pertandingan ada yang menang, ada yang kalah. Sebuah kewajaran belaka. Dalam pandangan itu rekonsiliasi perkara yang dibesar-besarkan. Cukup dengan ajakan “Ketemuan, yuk!” Tidak ada yang ruwet. Waktu ketemuan disetujui Sabtu (13/7), akhir pekan.

Tempat ketemuan pun disepakati di kereta api, dilanjutkan bersantap bareng di restoran. Ternyata Jokowi dan Prabowo bisa saling bilang ‘ketemuan, yuk’, dan dalam bahasa anak milenial menutup ajakan itu dengan kalimat superpendek, “C u...” (See you, sampai jumpa). Keduanya tidak memandang dunia ini dengan ruwet, tapi rileks.

Anak bangsa seyogianya bersukacita Jokowi dan Prabowo bisa ‘ketemuan, yuk’ dalam suasana kebatinan yang membawa kita berpikir positif ke depan. Kita tidak perlu menutup mata di media sosial ada warga yang ‘mencak-mencak’ menghakimi pertemuan itu sebagai pengkhianatan. Terhadap penghakiman itu, bukan saja biarlah anjing menggonggong kafilah berlalu, tetapi juga berilah waktu buat mereka ‘move on’.

Ada yang menyoal kepada saya, bukankah tidak ada makan siang gratis? Prabowo minta apa, Jokowi kasih apa? Saya jawab jangan rendahkan pemimpin yang satu sebagai peminta-minta dan pemimpin yang satu lagi ditinggikan sebagai penderma. Jangan, sekali lagi jangan! 

‘Ketemuan, yuk’ itu kiranya bermakna Prabowo tetap oposisi yang terhormat, yang mengontrol kekuasaan Jokowi yang harus dijalankan juga dengan rasa hormat kepada rakyat yang memberi mandat. Titik berdiri berbeda, sudut pandang berbeda, pertemuan itu kiranya saling memperkaya demi Indonesia.

Yang menang itu demokrasi, bukan 01 atau 02 yang sudah selesai, sudah tutup buku.



Berita Lainnya
  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.