Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
RAPAT Umum Pemegang Saham Garuda Indonesia memantik kontroversi. Opini berbeda yang disampaikan dua komisaris yang mewakili kepentingan pemegang saham minoritas perusahaan penerbangan nasional itu memunculkan banyak spekulasi. Garuda disorot tidak menerapkan kaidah akuntansi yang benar.
Di tengah tingginya distrust di tengah masyarakat, isu sekecil apa pun bisa menjadi persoalan besar. Apalagi, jika spekulasi itu dibiarkan bergerak liar, membuat setiap orang kemudian membuat persepsi sendiri-sendiri.
Di sinilah pentingnya direksi Garuda segera menjelaskan duduk perkara. Apakah pembukuan piutang ke dalam neraca memang merupakan sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.
Sebagai perusahaan publik, Garuda berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan. Pekan depan OJK menjadwalkan untuk memanggil direksi Garuda guna memperoleh penjelasan persoalan yang sekarang sedang ramai menjadi pembicaraan itu.
Kita menilai klarifikasi semua persoalan ini penting agar direksi Garuda bisa tenang bekerja. Direksi baru yang ditetapkan dalam RUPS 24 April lalu membutuhkan kesempatan untuk bisa membuktikan bahwa mereka mampu membuat kinerja Garuda lebih baik.
Sebagai badan usaha milik negara, kita semua berkepentingan agar perusahaan-perusahaan milik seluruh rakyat ini dikelola secara profesional. Kita semua mendambakan hadirnya BUMN yang berhasil agar bisa menjadi motor pembangunan ekonomi.
BUMN yang sehat bukan hanya mampu memberikan dividen maupun pajak yang besar kepada negara, melainkan juga sekaligus memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk bisa ikut bekerja di dalamnya. Aneh jika ada di antara kita justru bertepuk tangan ketika BUMN itu tidak berkembang dan kemudian merugi.
Sekarang ini BUMN justru didorong untuk berlomba-lomba menjadi semakin besar dan memberikan kontribusi kepada negara. Kita pasti senang ketika mendengar kontribusi Pertamina kepada negara bisa lebih dari Rp120 triliun tahun lalu atau laba Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia tumbuh di atas 10% pada kuartal I 2019 ini.
Semangat yang sama pasti terpatri pada diri seluruh karyawan Garuda. Mereka tentu tidak mau terus menjadi perusahaan yang merugi. Setelah 2017 membukukan kerugian sekitar Rp3 triliun, mereka berupaya untuk bisa melakukan turnaround.
Kita harus menjaga agar transformasi ini terus berlanjut. Kita meminta seluruh direksi Garuda menjawab berbagai kritikan terhadap rekayasa keuangan yang mereka lakukan, dengan kinerja yang lebih baik. Tahun ini mereka harus membuktikan bahwa keuntungan yang mereka bukukan tahun lalu bukanlah kosmetik keuangan.
Pembuktian itulah yang pantas kita tunggu. Waktulah yang akan membuktikan, apakah direksi baru Garuda memang bertangan dingin dan pantas diandalkan atau tidak. Sekali lagi harapan kita, direksi baru ini bisa berhasil membawa Garuda terbang lebih tinggi.
BUMN yang sehat bisa menjadi pemacu kalangan swasta untuk berbuat yang sama. Perekonomian negara ini sangat mengandalkan kontribusi dari keduanya. Bahkan, peran swasta jauh lebih besar karena jumlah pelakunya ribuan kali lebih banyak.
Negara ini membutuhkan lahirnya entrepreneur dalam jumlah yang mencukupi. Kita tidak harus mendikotomikan di antara BUMN dan swasta, tetapi justru harus menyinergikannya. Baik BUMN maupun swasta harus saling komplementer.
Mengutip apa yang pernah dikatakan Pemimpin Tiongkok Deng Xiaoping, “Tidak peduli kucing itu warnanya hitam atau putih, yang penting bisa menangkap tikus.” Kita pun tidak perlu mempersoalkan BUMN atau swasta sepanjang bisa dikelola secara profesional, menciptakan produktivitas dan nilai tambah, serta memberikan kontribusi yang positif bagi kehidupan masyarakat.
Pahlawan di era sekarang ini bukan lagi yang mengangkat senjata. Pada era di mana semua negara berlomba menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya, pahlawan itu ialah mereka yang mau mempertaruhkan modalnya untuk membuka lapangan kerja, menghasilkan produk, dan menghasilkan devisa untuk negara.
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved