Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Mining for Life

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
23/1/2019 05:30
Mining for Life
()

APA yang tebersit pada kita waktu mendengar kata pertambangan? Pasti yang langsung muncul ialah penggalian-penggalian yang merusak lingkungan. Atau, pertambangan merupakan bisnis pemodal besar dan asing, yang hanya mengeruk Tanah Air untuk keuntungan mereka.
     
Kita tidak bisa menyalahkan pandangan seperti itu, karena memang pemahaman kita yang terbatas. Kegiatan pertambangan biasanya dilakukan di daerah-daerah terpencil. Para pelaku pertambangan di Indonesia jumlahnya ribuan, tetapi hanya beberapa yang melaksanakan penambangan secara bertanggung jawab (responsible mining).
     
Bisnis pertambangan sebenarnya merupakan bisnis yang penuh risiko. Tingkat keberhasilan untuk bisa menemukan deposit tidak lebih dari 3%. Padahal untuk melakukan eksplorasi modalnya tidak sedikit. Namun, kalau bisa menemukan deposit yang besar, investor ibarat mendapatkan jackpot.
     
Penambangan Freeport merupakan salah satu contohnya. Eksplorasi yang dilakukan peneliti Belanda pada 1939 menemukan ada potensi emas dan tembaga di wilayah Ertsberg. Namun, ketika hendak dieksploitasi, Freeport McMoRan memerlukan waktu dari 1967 hingga 1974 sebelum bisa beroperasi. Ternyata ketika ditambang, potensi Ertsberg tidak cukup besar. Beruntung kemudian Freeport menemukan Grasberg yang kandungannya lebih besar.
     
Keberhasilan seperti Freeport itu yang membuat banyak orang mau mencoba peruntungan. Sayangnya, banyak potensinya tidak sesuai dengan investasinya, sehingga banyak pelaku pertambangan yang membiarkan begitu saja wilayah tambangnya setelah beroperasi. Inilah yang menimbulkan citra buruk terhadap dunia pertambangan.
     
Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin berencana membangun Mining Institute bekerja sama dengan Massachusetts Institute of Technology, Boston, agar kita memiliki jumlah pelaku pertambangan yang berwawasan benar dalam jumlah yang mencukupi. Bahkan ia mengusulkan agar aturan izin pertambangan bisa mengacu kepada negara-negara yang lebih maju seperti Australia atau Kanada.
     
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sukmandaru Prihatmoko melihat, investasi pertambangan dalam beberapa tahun terakhir cenderung menurun. Investor melihat aturan yang ada tidak menarik dan tidak sesuai dengan risiko yang harus ditanggung terutama bagi mereka yang menetapkan responsible mining.
     
Kita memang sering mencampuradukkan antara usaha pertambangan dan industri pengolahan hasil tambang. Padahal, itu merupakan bisnis yang berbeda, baik dalam tingkat keahlian maupun besaran investasinya. Apalagi aturan perundangan pertambangan yang baru hanya membatasi waktu pengelolaan selama 40 tahun, sedangkan untuk industri tingkat kelayakannya membutuhkan waktu lebih lama dari itu.
     
Untuk itulah perlu dibangun pemahaman yang sama dan lebih benar. Bahwa produk-produk pertambangan merupakan sesuatu yang dibutuhkan kehidupan kita. Tidak ada produk yang kita pergunakan setiap hari yang bukan berasal dari hasil tambang. Mulai sendok, panci, pisau, kaca, hingga yang lebih modern seperti televisi, telepon, kabel, mobil, semuanya berkaitan dengan hasil pertambangan.
     
Tidak semua produk tambang itu ada di permukaan tanah. Sebagian besar justru ada di dalam perut Bumi karena berasal dari proses pembentukan Bumi dan berbagai fenomena alam lainnya. Untuk itu dibutuhkan keahlian khusus untuk bisa mengangkatnya dan bisa dimanfaatkan.
     
Perencanaan penambangan pun harus disesuaikan dengan rencana pembangunan wilayah ke depan. Wilayah bekas pertambangan bisa dipergunakan sebagai kawasan wisata alam. Di Kuala Lumpur, Malaysia, bekas tambang timah dibangun menjadi kota baru lengkap dengan fasilitas rekreasi air.
     
Budi Sadikin merasa yakin apabila usaha pertambangan dirancang dengan rencana pembangunan yang lebih luas, akan bisa memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan negara. Apabila usaha pertambangan tidak hanya dilihat dari sisi negatif dan diberi ruang gerak untuk dikelola dengan lebih tenang, pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan mudah bisa melesat menjadi 9%.
     
Dirut Inalum memberi contoh harga jual bauksit untuk menghasilkan 1 ton alumina hanya sekitar US$100, sedangkan produk aluminanya bisa dijual sampai US$300. Harga jual alumina untuk menghasilkan 1 ton almunium hanya US$1.000, sedangkan harga almuniumnya bisa mencapai US$2.000.
     
Kita memang harus mau berubah karena masa depan penggunaan metal dan bahan mineral lain juga akan berubah. Batu bara, misalnya, tidak akan lagi hanya digunakan sebagai komoditas, tetapi diolah menjadi gas untuk dijadikan pengganti elpiji.
     
Mining for life bukanlah cerita kosong. Bahkan dari usaha pertambangan bisa dibangun peradaban. Daerah-daerah yang dulunya hutan belantara berubah menjadi kota dengan segala kehidupannya. Kita bisa lihat kota-kota seperti Sawahlunto, Soroako, dan Timika yang kini menjadi harapan banyak warga.

 



Berita Lainnya
  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik