Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PENYELENGGARAAN Pemilu sering disertai dengan membanjirnya berita hoaks di media digital. Berbagai pihak yang konsen dalam penyelenggaraan Pemilu pun memperkirakan, berita hoaks juga akan membanjiri ranah digital jelang Pilkada 2024, tetapi dengan tema yang berbeda-beda di masing-masing darah.
Deputi Sekretaris Eksekutif CfDS, Iradat Wirid menekankan fenomena mass misinformation yang paling disorot sepanjang sejarah pemilu jatuh pada Pemilu 2019. Saat itu, hoaks atau kabar bohong merajalela di internet, dan dampaknya terlihat dari munculnya fenomena voter suppression.
Hal ini menyebabkan penyelenggara pemilu dan organisasi masyarakat sipil menjadi kerepotan dalam menanggulanginya.
Baca juga : LKPP Turut Sukseskan Pilkada 2024 melalui Pengadaan Barang dan Jasa
“(Dalam mass misinformasi itu) terdapat tekanan terhadap para pemilih yang bersifat mengintimidasi secara langsung, terjadi penyebaran disinformasi untuk mengelabui pemilih, adanya gangguan jalur komunikasi lawan sehingga sulit berkomunikasi dengan pemilih, dan hak seseorang untuk memilih diusik,” kata dia dalam diskusi bertajuk Gotong Royong Lawan Disinformasi Pemilu: Upaya Multipihak di Indonesia di Fisipol UGM, Kamis (29/8).
Peneliti Perludem, Heroik Pratama mengatakan, jika mengacu pada riset 2021, ruang kontestasi dalam Pemilu tidak tidak hanya terjadi pada di dunia riil, tetapi juga di dunia digital. Kontestasi di dunia digital banyak memunculkan hoaks yang membuat terjadinya gangguan-penggunaan hak pilih, proses pemilu, dan legitimasi terhadap hasil pemilu.
Ia mencontohkan informasi hoaks yang sering muncul, dalam Pemilu selalu muncul meme ODGJ yang memilih. Padahal, ODGJ memang diperbolehkan untuk menggunakan hak pilihnya.
Baca juga : Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana Pastikan Persiapan Pilkada 2024 di Wilayahnya Berjalan Lancar
Kemudian muncul informasi hoaks terkait pemilih tinggal datang ke TPS lokasi memilih walau dia tidak terdaftar di TPS tersebut. Lalu, ada pula yang membuat narasi terkait data Sirekap yang dimanipulasi. Padahal, penghitungan suara dalam Pemilu dilakukan secara manual dan berjenjang.
Menjelang Pemilu pada 2024 lalu, media sosial Indonesia, seperti TikTok dan X dibanjiri oleh disinformasi politik, yang mana ditemukan hingga 1.292 kasus disinformasi politik. Selain dapat memicu kekerasan, disinformasi politik dapat menyebabkan masalah lain dalam pemilu. Dampak tersebut termasuk mendelegitimasi proses dan hasil pemilu, mengacaukan informasi pemilu, mengganggu hak pilih, dan memanipulasi informasi untuk kepentingan kandidat tertentu.
“Isu-isu di dunia digital seperti di Pemilu akan tetap muncul, tetapi berbeda di situasinya di Pilkada,” kata dia.
Baca juga : Pakar Sebut Putusan MK Bisa Saja Baru Berlaku di Pilkada 2029
Ia memperkirakan, salah satu isu yang pasti akan muncul adalah terkait politik identitas. Serangan di dunia digital tidak hanya menyasar Paslon, tetapi juga penyelenggara, hingga tahapan pemilu.
Sementara itu, Ketua Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mengatakan, mulai 2019, haoks di dunia digital luar biasa saat masa-masa Pemilu. Banyak isu sara bertebaran di sana.
“Saat itu, kami sadar tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri untuk melawannya, butuh semakin intensif sehingga dibentuklah Koalisi Masyarakat Sipil Lawan Disinformasi Pemilu,” terang dia.
Baca juga : Golkar Sebut KIM Solid Meskipun Peta Politik Bakal Berubah
Koalisi ini melakukan Langkah-langkah edukasi, vaksinasi informasi, penanganan konten hoaks, hingga melaporkan informasi hoaks itu dari koalisi.
“Dengan laporan dari koalisi, dalam hitungan hari bisa ditangani YouTube,” terang dia.
Keberadaan koalisi ini juga menjaga agar konten ditangani dengan tetap berpedoman pada kebebasan berpendapat.
Anggota Bawaslu DIY, Umi Illiayani mengatakan, pelaksanaan Pemilu paling banyak mendapat serangan informasi hoaks terkait proses. “Serangannya mengikuti tren nasional. Paling banyak pemerintah yang diserang. Pemilu sudah grand design,” terang dia.
Bahkan, pihaknya pun merekrut influencer untuk melawan black campaign dan hoaks di media sosial. Para influencer tersebut bertugas untuk melakukan sosialisasi terkait berita benar. (Z-9)
Akankah keduanya bakal memenangi pertandingan? Seberapa besar faktor Anies dan Jokowi dalam ikut menentukan sang kampiun?
Siapa sebenarnya yang menelikung Anies? Seperti apa takdir politik Anies selanjutnya?
Kasus pencatutan KTP dalam Pilkada Jakarta kali ini ialah perkara serius, amat serius.
Partai Golkar Alihkan Dukungan ke Airin-Ade
Rekomendasi Bakal Calon Kepala Daerah PDIP
Masih cukup banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkab Cianjur ke depan
Semua daerah didorong untuk berkoalisi dengan parpol lain karena membangun daerah harus dilakukan bersama-sama
Pasangan Asep Nandang dan Caca Mardiana dinyatakan memenuhi syarat dukungan bakal calon perseorangan yakni 35.423 dukungan.
Kepastian untuk mengusung calon dari petahana muncul seusai pimpinan dan para pengurus dari kedua partai politik melakukan pertemuan lanjutan di kantor DPC Partai Gerindra Kabupaten Karawang
Demokrat menjadi kekuatan yang kokoh ketika menjadi satu koalisi dengan PKB dan NasDem.
Acep dinilai memiliki rekam jejak yang bersih, mempunyai pengalaman teruji, berdedikasi tinggi terhadap kemajuan masyarakat serta visinya jelas untuk masa depan Kabupaten Tasikmalaya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved