Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Guru Besar dan Olahraga Berdampak: Dari Riset Strategis dan Sinergi Akademik di Era Transformasi Pendidikan

Prof Komarudin Ketua Umum Hispisi dan Rektor UNJ
23/6/2025 05:05
Guru Besar dan Olahraga Berdampak: Dari Riset Strategis dan Sinergi Akademik di Era Transformasi Pendidikan
(MI/Duta)

BELUM lama ini, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong sinergi antara dunia akademik dan gaya hidup sehat melalui penyelenggaraan Kejuaraan Tenis Profesor Nasional 2025. Acara bergengsi itu resmi dibuka pada Kamis, 19 Juni 2025, di Aula Lantai 3 Gelanggang Olahraga Kampus B UNJ. Dari 19 hingga 22 Juni 2025, para guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia berkompetisi dalam atmosfer sportivitas, kebersamaan, dan semangat kolaboratif yang tinggi.

Penyelenggaraan kegiatan ini semakin mengukuhkan UNJ sebagai salah satu kampus yang berkomitmen pada integrasi pendidikan, olahraga, dan karakter. Sebagai LPTK unggulan, UNJ memperlihatkan bahwa olahraga bukan sekadar aktivitas tambahan, melainkan juga merupakan bagian penting dari strategi pembangunan manusia unggul.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa keterlibatan dalam aktivitas fisik, seperti olahraga tenis, memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental, bahkan dalam kalangan akademisi yang umumnya memiliki gaya hidup sedentari (kurang aktivitas fisik) (Wang & Li, 2021). Dalam konteks ini, kejuaraan tenis antarprofesor menjadi lebih dari sekadar ajang kompetisi--ia menjadi media transformasi relasi sosial dan profesional antar perguruan tinggi.

Selanjutnya, studi Collins dan Kay (2014) mencatat bahwa olahraga memiliki potensi sosial yang besar karena mampu menciptakan ruang untuk kolaborasi lintas institusi dan memperkuat identitas kolektif. Hal ini sejalan dengan semangat Asosiasi Tenis Profesor Indonesia (ATPI) yang menjadi penyelenggara kegiatan dengan tujuan mempererat jejaring akademisi, menumbuhkan kebugaran jasmani, serta mengukuhkan budaya kolaborasi lintas keilmuan.

Riset Akademik dalam Olahraga Prestasi Studi yang dilakukan Reilly, Bangsbo, dan Franks (2000) mencatat bahwa olahraga prestasi tidak lagi sekadar ajang unjuk kekuatan fisik dan bakat alami. Lebih dari itu, di era modern, prestasi olahraga internasional ditentukan oleh sinergi antara kemampuan atlet, kecanggihan teknologi, dan hasil riset akademik yang terintegrasi. Negara-negara yang unggul dalam ajang olahraga internasional seperti olimpiade atau kejuaraan dunia ialah mereka yang tidak hanya berinvestasi pada pelatihan, tetapi juga pada riset ilmiah yang mendukung pengembangan atlet secara holistik. Riset akademik ini terbukti memainkan peran krusial dalam memetakan kebutuhan atlet secara presisi.

Demikian pula kemajuan teknologi juga menjadi turunan langsung dari riset akademik. Negara seperti Australia, Inggris, dan Jepang telah menjadikan sport technology sebagai bagian integral dari pengembangan atlet nasional (Bishop, 2008). Di Indonesia, peluang ini semakin terbuka lebar seiring berkembangnya laboratorium olahraga di beberapa universitas. Namun, diperlukan investasi dan perhatian lebih agar teknologi tersebut dapat dimanfaatkan secara luas dan merata.

Riset akademik juga memiliki kontribusi dalam mendorong lahirnya kebijakan olahraga berbasis bukti (evidence-based policy). Misalnya, hasil kajian tentang pembinaan usia dini, manajemen event olahraga, atau pengaruh pendidikan karakter dalam tim olahraga dapat menjadi dasar perumusan kebijakan pemerintah melalui Kemenpora atau KONI. Dalam konteks ini, peran universitas bukan hanya sebagai produsen pengetahuan, melainkan juga menjadi mitra strategis dalam menyusun regulasi yang mendukung pembangunan olahraga nasional (Darnell et al, 2019).

 

SPORTIVITAS, KOLABORASI, DAN DIPLOMASI

Perhelatan olahraga, dalam konteks kejuaraan tenis profesor nasional 2025, juga berfungsi sebagai media diplomasi akademik. Interaksi yang tercipta di lapangan tenis memungkinkan terjadinya pertukaran gagasan, pengembangan kerja sama lintas universitas, serta membuka peluang untuk kolaborasi riset dan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan seperti kejuaraan tenis profesor ini merepresentasikan pendekatan soft collaboration yang sangat dibutuhkan di tengah tantangan dunia pendidikan tinggi hari ini.

Keikutsertaan para guru besar dalam ajang kejuaraan tenis profesor nasional 2025 bukan sekadar aktivitas fisik, melainkan juga merupakan representasi dari pergeseran paradigma etos akademik yang lebih holistik. Guru besar, yang selama ini dikenal melalui pencapaian ilmiah dan kepakaran intelektual, kini juga diharapkan menjadi teladan dalam menjalani gaya hidup sehat, seimbang, dan berkelanjutan.

Studi yang dilakukan oleh Kinman dan Wray (2013) mencatat bahwa akademisi cenderung mengalami gaya hidup sedentari akibat tekanan kerja administratif, kewajiban penelitian, dan pengajaran yang intensif. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti hipertensi, diabetes, stres kronis, dan kelelahan mental. Dalam konteks tersebut, gaya hidup aktif perlu diintegrasikan ke dalam pola kerja dan budaya akademik sebagai bentuk pencegahan sekaligus pemeliharaan kesehatan jangka panjang.

Sebagai figur tertinggi dalam tatanan akademik, guru besar memainkan peran simbolik dan strategis dalam membentuk nilai, norma, dan praktik di komunitas kampus. Dalam kerangka transformative leadership, guru besar tidak hanya dituntut untuk unggul secara ilmiah, tetapi juga berperan sebagai agen perubahan budaya--termasuk budaya hidup sehat, sportivitas, dan keseimbangan hidup (Gordon, 2018). Dengan berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga, para guru besar juga memecah stereotip lama bahwa akademisi hidup dalam ruang pikir yang statis, menjauh dari aktivitas fisik. Sebaliknya, mereka menunjukkan bahwa intelektualitas dan vitalitas dapat berjalan seiring, memperkuat konsep mens sana in corpore sano--jiwa yang sehat di dalam tubuh yang sehat.

Akhirnya, kehadiran dan partisipasi aktif para guru besar dalam Kejuaraan Tenis Profesor Nasional 2025 mencerminkan babak baru dalam dunia pendidikan tinggi. Guru besar tidak hanya berkutat pada jurnal dan konferensi, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam gaya hidup sehat, kerja sama lintas institusi, dan diplomasi akademik. Kita berharap dari langkah kecil UNJ ini menjadi momentum penting untuk memulai guru besar dan olahraga berdampak. Semoga.

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya