Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DEMAM berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering muncul saat periode musim hujan dan pancaroba di Indonesia. Musim hujan umumnya terjadi pada Oktober sampai April sedangkan musim pancaroba terjadi pada Maret sampai Mei dan September sampai November.
Pada periode ini, curah hujan dan suhu yang hangat menjadi kondisi ideal bagi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus untuk berkembang biak. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang dibawa dan ditularkan oleh kedua jenis nyamuk tersebut. Virus dengue memiliki 4 serotipeyaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Infeksi salah satu serotipe tidak menjamin kekebalan terhadap serotipe lainnya, bahkan berpotensi meningkatkan keparahan penyakit pada infeksi selanjutnya (infeksi sekunder).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sekitar 390 juta infeksi dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan dari jumlah tersebut, sekitar 96 juta kasus menunjukkan gejala klinis demam berdarah dengan kematian berkisar 2,4%.Asia Tenggara menjadi wilayah dengan endemisitas tertinggi, diikuti Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Afrika.
Baca juga : Beda dengan Sri Lanka, Penyebaran Nyamuk Wolbachia di Indonesia Lebih Efektif dan Aman
Di Indonesia sendiri kasus DBD terus meningkat, pada tahun 2021 terdapat sebanyak 73.518 kasus dengan angka kematian 705 orang. Tahun 2022 terjadi sebanyak 131.265 kasus DBD dengan angka kematian 1.183 orang. Pada periode Januari sampai Juli 2023, sebanyak 42.690 orang terinfeksi DBD dan 317 orang meninggal.
Gejala demam berdarah biasanya muncul 4 sampai 10 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi virus dengue. Gejala-gejala tersebut meliputi demam tinggi hingga 40°C,sakit kepala, nyeri otot dan sendi, mual dan muntah, ruam kulit yang muncul pada hari ke 3 sampai 4 demam, serta pendarahan ringan, seperti mimisan, gusi berdarah, atau bintik-bintik merah pada kulit.Pada kasus yang berat, demam berdarah dapat berkembang menjadi DSS yang ditandai dengan gejala penurunan drastis tekanan darah, kebocoran plasma darah, gagal ginjal dan syok, serta dapat berakhir dengan kematian.
Pencegahan demam berdarah terbaik adalah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Cara pencegahan yang sangat terkenal adalah dengan tindakan 3M Plus yang meliputi menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan air, serta tindakan plusnya dengan penggunaan kelambu, larvasida, dan repellent.
Baca juga : Meski Ditegaskan Aman, Bali Tetap Minta Penyebaran Nyamuk Wolbachia Ditunda
Tindakan pendukung lainnya dengan menanam tanaman pengusir nyamuk seperti lavender, serai, dan zodia. Memakai pakaian yang menutupi tubuh terutama saat beraktivitas di luar ruangan dan menggunakan obat anti nyamuk saat beraktivitas di luar ruangan.
Pengobatan demam berdarah berfokus pada tindakan konvensional meredakan gejala dan mencegah komplikasi seperti istirahat yang cukup, mencukupi kebutuhan cairan tubuh dan perawatan di pusat kesehatan. Perawatan intensif di rumah sakit pada kasus-kasus berat meliputi pemberian cairan intravena (IV) untuk mencegah dehidrasi dan menjaga keseimbangan elektrolit, pemberian transfusi darah jika terjadi pendarahan yang parah, pemberian obat-obatan dan alat bantu napas bila penderita mengalami kesulitan bernapas.
Saat ini, cara preventif paling mutakhir yang sedang populer adalah vaksin dengue. Vaksin dengue merupakan vaksin tetravalen (memberikan proteksi terhadap keempat serotipe virus dengue). Efektivitas vaksin ini bervariasi tergantung usia, riwayat infeksi dengue sebelumnya, dan faktor lainnya.Penggunaan vaksin denguediharapkan dapat menurunkan risiko infeksi DBD, meminimalisasi keparahan penyakit DBD dan mengurangi angka kematian akibat DBD.
Walaupun demikian, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan dalam penggunaan vaksin dengue. Vaksin ini idealnya diberikan pada anak usia 9-16 tahun yang tinggal di daerah endemis DBD sebanyak 3 kali dengan jarak pemberian setiap dosis 6 bulan.
Vaksin ini tidak disarankan untuk orang yang belum pernah terinfeksi virusdengue sebelumnya dan harus berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan vaksinasi, terutama jika memiliki kondisi kesehatan tertentu. Oleh sebab itu, meskipun vaksin dengue menawarkan perlindungan, program 3M Plus dan menjaga kebersihan lingkungan tetap menjadi hal yang krusial. Vaksinasi harus dilakukan bersamaan dengan upaya pengendalian nyamuk untuk mencapai efektivitas maksimal dalam melawan DBD.(H-1)
Perubahan kelembapan udara selama masa pancaroba dapat meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit.
DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.
Jangan meninggalkan sampah di dalam dan luar rumah karena bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan telur
Kota Bandung masih menjadi penyumbang kasus terbesar dengan jumlah 1.021 kejadian.
STOK darah yang ada di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bandung Jawa Barat (Jabar) menipis. Jika biasanya persediaan mencapai 500 labu/ hari, sekarang hanya tersedia setengahnya.
Dengan banyaknya kasus DBD, warga diminta waspada dan meningkatkan kembali kebersihan lingkungan sekitar rumah.
Memasuki musim pancaroba, daya tahan tubuh anak kerap menurun. Hal ini perlu diwaspadai karena pancaroba identik dengan penyakit demam berdarah.
Diketahui pada 2022, kasus demam berdarah dengue di Indonesia mencapai 125 ribu orang, atau naik dari periode 2021 sebanyak 73 ribu orang.
Dokter spesialis anak Mulya Rahma Karyanti menjelaskan terdapat beberapa tindakan atau langkah yang bisa dilakukan masyarakat atau orang tua jika anak terindikasi mengalami demam tinggi.
MENTERI Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memulai program pencegahan demam berdarah (DBD) melalui teknologi Wolbachia di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved