Headline

Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.

Orang Dewasa dengan Komorbid Lebih Parah saat Kena DBD, Benarkah?

Indriyani Astuti
11/8/2025 18:08
Orang Dewasa dengan Komorbid Lebih Parah saat Kena DBD, Benarkah?
Ilustrasi.(freepik)

DOKTER Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Alergi Imunologi Klinik   dr. Sukamto, SpPD, K-AI, FINASIM, mengatakan orang dewasa yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid, punya risiko keparahan yang lebih tinggi jika terkena demam berdarah dengue atau DBD. Ia mencontohkan, hipertensi 2-3 kali lipat; obesitas 1,5-2 kali lipat; penyakit ginjal 7 kali lipat; diabetes melitus 3-5 kali lipat; dan penyakit paru-paru 2-12 kali lipat.

“Karena itu, penting bagi setiap keluarga untuk memahami bahwa pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh, melalui kebiasaan menjaga lingkungan dengan 3M Plus, penggunaan pelindung diri, dan mempertimbangkan penggunaan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksinasi, yang telah direkomendasikan oleh asosiasi medis bagi anak maupun dewasa,” ujar dia dalam sesi diskusi di Jakarta, baru-baru ini. 

Peran Ibu Cegah DBD

dr. Sukamto menambahkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia ialah  meningkatnya risiko penyakit menular. Saat musim hujan, penyakit yang sering merebak salah satunya dengue, yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, gaya hidup, atau tempat tinggal. Menurutnya peran perempuan penting dalam menjaga kesehatan keluarga yang merupakan lingkup terkecil dalam masyarakat, baik sebagai individu, istri, maupun ibu. Melalui peran tersebut, perempuan tidak hanya merawat tetapi juga menjadi garda terdepan dalam upaya perlindungan keluarga, termasuk terhadap berbagai ancaman penyakit, salah satunya dengue. 

“Perempuan menjadi jembatan informasi dan penggerak aksi di lingkup rumah tangga maupun komunitas. Kita semua berisiko. Bahkan orang dewasa yang tampak sehat bisa membawa virus dengue tanpa disadari, dan berpotensi menularkan kepada orang lain melalui gigitan nyamuk,” ujar dia.

Ia meyakini dengan memberdayakan perempuan melalui akses terhadap edukasi dan perlindungan kesehatan, itu tidak hanya menjaga mereka, tetapi juga memperkuat perlindungan seluruh keluarga.

“Perempuan punya peran penting dalam menggerakkan langkah itu. Saat kita semua ambil bagian, kita bukan hanya menjaga keluarga, tapi juga membangun masa depan yang lebih sehat,” tutupnya.

Sementara itu, Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K) Spesialis Anak Konsultan, mengingatkan bahwa anak-anak justru berada dalam kelompok paling rentan.

Ia mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam tujuh tahun terakhir, kematian akibat dengue paling banyak terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5–14 tahun. 

“Ini menunjukkan bahwa anak-anak masih sangat rentan dan perlu dilindungi dengan serius,” jelasnya. 

Fase Demam DBD

Ia juga memaparkan gejala khas dengue, termasuk siklus demam DBD seperti pelana kuda, serta tanda bahaya yang harus diwaspadai. “Dengue memiliki tiga fase utama, yaitu fase demam tinggi, fase kritis (demam turun), dan fase penyembuhan (demam naik lagi). Gejala yang muncul biasanya meliputi demam tinggi, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit (petekie). 

Menurutnya tidak jarang orang tua datang membawa anaknya dalam kondisi yang cukup kritis, bahkan mengarah pada Dengue Shock Syndrome (DSS) yang berisiko tinggi menyebabkan kegagalan organ karena perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah secara drastis.

dr. Bernie mengingatkan bahwa satu kali terinfeksi dengue bukan berarti seseorang akan kebal selamanya. Seorang anak, kata dia, yang pernah terkena dengue tetap bisa terinfeksi kembali, dan yang perlu digarisbawahi, infeksi kedua justru berisiko menimbulkan gejala yang lebih berat dibanding infeksi pertama. 

“Inilah yang membuat pencegahan menjadi semakin penting,” jelasnya.

Menurut dr. Bernie, sampai saat ini masih belum ada pengobatan yang spesifik untuk menyembuhkan dengue. “Pengobatan yang tersedia bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi, seperti penurun panas, pengganti cairan, anti-radang, dan terapi pendukung lainnya.

“Pencegahan menjadi kunci, salah satunya melalui vaksinasi. Vaksinasi dengue sendiri telah direkomendasikan penggunaannya bagi anak dan orang dewasa, oleh asosiasi medis, termasuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),” tutupnya.

Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht menyampaikan bahwa perempuan ialah inti dari keluarga dan komunitas yang sehat. 

Ia menyebut ada banyak langkah yang bisa dilakukan mulai dari menjaga kebersihan rumah, aktif melakukan 3M Plus, mencari informasi yang tepat, dan mempertimbangkan perlindungan tambahan yang inovatif. (H-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya