Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh, Mengintip Kokohnya Masjid Raya Baiturrahman yang Jadi Saksi Bisu Bencana

Fajri Fatmawati
25/12/2024 18:00
Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh, Mengintip Kokohnya Masjid Raya Baiturrahman yang Jadi Saksi Bisu Bencana
Kokohnya Masjid Raya Baiturrahman yang Jadi Saksi Bisu Bencana Tsunami Aceh(Fajri Fatmawati)

BANDA Aceh, 26 Desember 2004, menjadi saksi bisu bencana tsunami dahsyat yang meluluhlantakkan kota ini. Gelombang raksasa menyapu bersih hampir seluruh bangunan, menelan ratusan ribu korban jiwa.

Namun, di tengah kepiluan itu, berdiri kokoh Masjid Raya Baiturrahman, ikon kebanggaan masyarakat Aceh.

Masjid bersejarah ini menjadi satu-satunya bangunan yang relatif utuh setelah diterjang tsunami.

Keutuhan Masjid Raya Baiturrahman bukan sekadar keajaiban, melainkan juga cerminan ketahanan dan semangat juang masyarakat Aceh.

Konstruksi bangunan yang kuat, ditambah dengan nilai-nilai keagamaan yang mendalam, membuat masjid ini mampu bertahan di tengah bencana dahsyat.

Sejarah Renovasi Masjid Raya Baiturrahman

Sebelum diterjang tsunami, Masjid Raya Baiturrahman telah mengalami beberapa kali renovasi.

Kemudian setelah tsunami, pada tahun 2017 masjid ini kembali direnovasi dengan tampilan yang lebih megah dan modern, menyerupai Masjid Nabawi di Madinah.

Meski mengalami transformasi besar-besaran, nilai-nilai sejarah dan budaya Aceh tetap dipertahankan.

Kolektor manuskrip kuno, Tarmizi Abdul Hamid, menegaskan bahwa ketegaran masjid ini merupakan bukti kebesaran Tuhan.

“Tidak ada mitos. Allah yang menentukannya. Masjid kokoh berdiri sebagai pertanda bahwa Yang Kuasa bisa menentukan apa saja atas kehendak-Nya,” kata Tarmizi, Rabu (25/12).

Tarmizi menjelaskan bahwa ketahanan bangunan masjid-masjid di Aceh, termasuk Masjid Raya Baiturrahman, tidak terlepas dari kualitas konstruksi dan nilai-nilai lokal yang dijunjung tinggi.

Masyarakat Aceh pada masa lalu sangat memperhatikan kualitas bangunan, terutama rumah ibadah.

“Orang-orang tua Aceh zaman dulu ketika membangun masjid harus dimulai dengan niat yang baik. Masyarakat secara bergotong royong bersama membangun rumah ibadah di desa mereka,” ujarnya.

Selain itu, proses pembangunan masjid pada zaman dahulu melibatkan tukang ahli di bidangnya masing-masing. Sebelum memulai pembangunan, selalu dilakukan kenduri sebagai bentuk syukur dan permohonan doa.

“Doa bersama meminta kepada Allah agar apa yang dibangun ini mendapat rahmat dan petunjuk-Nya,” jelasnya.

Transformasi dan Kemegahan Masjid Raya Baiturrahman

Setelah bencana tsunami, Masjid Raya Baiturrahman mengalami renovasi besar-besaran. Kini, masjid ini tampil lebih megah dengan arsitektur yang terinspirasi dari Masjid Nabawi.

Berlantai marmer dan dihiasi 12 payung raksasa, masjid ini semakin menjadi kebanggaan masyarakat Aceh.

Peresmian masjid yang dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 13 Maret 2017 semakin mengukuhkan status Masjid Raya Baiturrahman sebagai ikon Aceh dan destinasi wisata religi.

Masjid ini juga menjadi objek wisata religi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Simbol Ketegaran dan Kebangkitan

Masjid Raya Baiturrahman bukan hanya sebuah bangunan fisik, tetapi juga simbol ketegaran dan kebangkitan masyarakat Aceh. Keberadaannya menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan membangun kembali daerah yang hancur akibat bencana.

Masjid Raya Baiturrahman kini berdiri sebagai bukti kekuatan iman, kerja keras, dan semangat masyarakat Aceh untuk bangkit dari keterpurukan.

Keindahan dan keagungannya menjadikan masjid ini sebagai salah satu destinasi utama bagi siapa saja yang ingin menyaksikan sejarah, keajaiban, dan keindahan dalam satu tempat. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya