Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

20 Tahun Berlalu, Gedung Evakuasi Tsunami Aceh Terbengkalai

Amiruddin Abdullah Reubee
23/12/2024 18:35
20 Tahun Berlalu, Gedung Evakuasi Tsunami Aceh Terbengkalai
Gedung evakuasi tsunami (escape building) di Desa Sukon, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, yang rusak terbengkalai tidak terurus.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

GEMPA bumi berkekuatan sekitar 9,3 pada skala Richter (SR) di Samudera Hindia yang disusul gelombang tsunami dahsyat telah 20 tahun berlalu.

Fenomena alam pada 26 Desember 2004, yang berujung musibah besar itu telah meluluhlantakkan permukiman warga pesisir Samudera Hindia dan Selat Malaka di Provinsi Aceh hingga enam negara tetangga lainnya.

Tingginya korban jiwa hingga mencapai sekitar 250.000 kala itu penyebabnya ditenggarai karena kurangnya memahami mitigasi dan minim fasilitas tempat berlindung. Sayangnya pengalaman sejarah ini rasanya mudah sekali terlupakan. Itu terlihat dari banyaknya fasilitas yang dibangun pascatsunami melalui peran BRR Aceh-Nias terbengkalai tidak terurus.

Padahal sesuai perencanaan blue print adalah untuk mencegah atau mengurangi korban jiwa atau guna bersahabat dengan alam bila sewaktu-waktu fenomena itu terulang.

Pengamatan Media Indonesia, senin (23/12), gedung evakuasi tsunami (escape building) di Desa Sukon, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, dibiarkan terbengkalai tidak terurus.

Kondisi gedung berlantai tiga itu sangat memprihatinkan, misalnya lantai keramik banyak terkelupas, kusen pintu rusak dan hilang. Lalu dinding penuh coretan, dipenuhi sampah bekas makanan dan botol minuman plastik sekali pakai. Belum lagi berserakan kotoran hewan sehingga tampak kotor.

Sayangnya gedung yang dibangun menghabiskan dana puluhan miliar rupiah itu tidak ada penjaga sehingga seperti tanpa penanggung jawab. Seharusnya bangunan kokoh dipesisir pantai Selatan Malaka dan persis di pinggiran jalur Simpang Tiga-Kota Sigli itu perlu disematkan.

"Kalau sewaktu waktu diperlukan untuk evakuasi warga sekitar cukup bermanfaat sebagai tempat menyelamatkan diri," tutur Muksalmina, warga Kecamatan Simpang Tiga. (MR/J-3) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya