Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pernikahan Dini Penyebab Tertinggi Stunting di Bangka

Rendy Ferdiansyah
12/9/2024 17:00
Pernikahan Dini Penyebab Tertinggi Stunting di Bangka
Pemberian stunting kit di Posyandu Kota Denpasar.(MI/Ruta Suryana)

KASUS anak kurang gizi atau stunting di Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Babel), memang cendrung menurun. Kasus stunting di kabupaten tersebut paling banyak dipicu oleh pernikahan dini.

Penjabat Bupati Bangka, Muhammad Haris, mengatakan pernikahan dini di Bangka cukup tinggi, khususnya di desa-desa.

"Setiap saya turun ke desa, selalu bertanya usia, ternyata banyak sekali orangtua di desa itu kawin pada usia dini," kata Haris, Kamis (13/9).

Baca juga : Grup Mind Id PT Timah Tbk Gandeng Pelajar Jadi Agen Pencegahan Stunting

Padahal, menurut Haris, mereka belum siap untuk berumah tangga dan belum memahami mengurus anak. 

"Dari sini lah munculnya anak-anak kurang gizi atau stunting," ujarnya.

Ia menyebutkan saat ini di Bangka Masih tersisa 246 anak stunting. Selain itu, ada delapan desa yang menjadi lokus dengan 71 anak.

Baca juga : Pelajar Belitung Diminta Jadi Duta Pengentas Stunting

"Kami terus menghimbau khususnya anak-anak yang ada di desa jangan cepat-cepat menikah. Menikahlah di usia yang benar-benar matang," ujarnya.

Sementara itu, dokter Puskesmas Penagan, Siti Anisa, mengatakan untuk di Desa Penagan dan Desa Kota Kapur ada penurunan angka stunting.

"Di Penagan ada penurunan yang awalnya Desember lalu 11 anak turun tersisa 8 anak. Sedangkan Desa kota Kapur dari 10 anak, sembuh satu anak, tapi bertambah satu lagi jadi tetap 10," kata Siti.

Baca juga : Pemkab Bangka Fokus Turunkan Stunting di 10 Desa

Ia menyebutkan, pernikahan dini dominan dalam menyebabkan stunting disebabkan orangtua yang masih muda usianya belum memahami pola asuh anak. Selain pola asuh, mereka juga umumnya belum memahami tentang pola pemenuhan gizi yang baik bagi anak.

"kami juga menemukan masih ada orangtua hingga memberikan anaknya kental manis, padahal itu tidak bergizi," ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya memberikan pengetahuan dan edukasi terkait pola asuh dan pemenuhan gizi. "Kami sudah ke rumah-rumah untuk mengedukasi mana makan yang harus diberi dan yang tidak boleh diberikan kepada anak," imbuhnya. (RF/J-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya