Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kenaikan Harga Cabai Tidak Berimbas Kepada Petani Di Cianjur

Benny Bastiandy
05/6/2022 17:39
Kenaikan Harga Cabai Tidak Berimbas Kepada Petani Di Cianjur
Cabai(ANTARA)

NAIKNYA harga sejumlah komoditas cabai di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tak cukup berdampak terhadap pendapatan para petani. Penghasilan mereka relatif masih tetap stagnan lantaran berimbang dengan biaya produksi yang mesti dikeluarkan.

Ketua Kelompok Tani Bina Muda Lestari, Dadan Ramdani, menjelaskan informasi di lapangan, harga komoditas cabai merah keriting di pasaran saat ini sudah mencapai kisaran Rp60 ribu per kilogram. Namun, di tingkat petani, harga jualnya masih di kisaran Rp30 ribu per kilogram.

"Di tingkat petani, kisaran harga (cabai merah keriting) sebenarnya tidak terlalu tinggi-tinggi amat. Sekarang harganya kisaran Rp30 ribu-Rp35 ribu per kilogram. Tapi kalau sudah di pasaran harganya berlipat-lipat. Dengar-dengar sekarang di pengecer sudah Rp60 ribu," terang Dadan ditemui di Kampung Pasircina, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Minggu (5/6).

Bagi Dadan, berlipatnya harga jual komoditas cabai di pasaran tak berdampak apapun kepada para petani. Artinya, pendapatan para petani tak bertambah meskipun harga di pasar melonjak.

"Memang harga jual di tingkat petani juga naik. Tapi biaya produksi juga ikut naik, seperti pupuk, pestisida, dan lainnya. Kalau dihitung-hitung, tetap seimbang lah," ucapnya.

Dadan menuturkan berfluktuasinya harga cabai maupun komoditas lainnya dipengaruhi tingkat pasokan. Jika pasokan berkurang, maka harga dipastikan akan naik. Begitu juga sebaliknya. "Itu mah sih hukum pasar," jelasnya.

Ia tak memungkiri saat ini produksi cabai cenderung mengalami penurunan. Satu di antara faktor pemicunya yakni mulai berkurangnya petani yang menanam cabai.

"Dua tahun terakhir, harga cabai tidak menentu. Sempat turun. Mungkin petani mulai jenuh ditambah modal yang juga berkurang. Jadi, sekarang yang tanam cabai juga sedikit. Pasokan pun jadi sedikit," bebernya.

Dadan mencoba menyiasati besarnya biaya produksi dengan melakukan sistem tumpang sari pada tanaman cabai. Apalagi selama ini Dadan kebanyakan membeli pupuk nonsubsidi yang notabene harganya relatif cukup mahal lantaran pupuk subsidi kadang sulit diperoleh serta kuota pembeliannya terbatas.

"Untuk satu hektare, penggunaan pupuk kimia atau nonsubdisi bisa mencapai 500 kilogram-700 kilogram. Harganya Rp15 ribu per kilogram untuk jenis NPK. Kalau yang subsidi seperti pupuk ZA, kemarin saya beli itu Rp115 ribu per 50 kilogram. Harganya yang subsidi juga naik. Waktu itu saya beli Rp75 ribu," bebernya.

Pun dengan harga pestisida. Menurut Dadan, saat ini harganya ikut-ikutan naik.

"Awalnya Rp65 ribu per liter, sekarang jadi Rp100 ribu per liter. Makanya, biaya produksi sangat tinggi. Kami sih inginnya pemerintah bisa menstabilkan harga," pungkasnya. (OL-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya