KOLEKSI Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) di Kebun Raya Cibodas-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Desa Cimacan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mekar sempurna, Rabu (13/10) dinihari sekitar pukul 00.31 WIB.
Peristiwa ini tentu jadi sangat fenomenal mengingat mekarnya tumbuhan endemik asli Indonesia itu berinterval 2-3 tahun sekali bahkan lebih dengan perbungaan yang sangat besar.
Inisiasi pembukaan mekar kelopak sudah terlihat pada Selasa (15/10) sejak pukul 15.00 WIB. Hasil pengukuran terakhir, tinggi perbungaan mencapai 289 sentimeter, diameter 145,5 sentimeter, dan garis tengah kelopak (spatha) pada posisi mekar penuh sekitar 128 sentimeter.
"Tapi, ketika sudah mekar, umurnya juga cuma sebentar. Ada estimasi antara 2-5 hari," terang General Manager PT Mitra Natura Raya, Marga Anggrianto, Rabu (13/10).
Pada saat mekar penuh, perbungaan terlihat indah dengan tongkol atau spadiks berwarna kuning dikelilingi seludang bunga atau spatha yang berwarna merah keunguan. Ketika bunga betina masak, biasanya terjadi saat malam, akan mengeluarkan bau busuk seperti bangkai.
Baunya pun tercium dari jarak beberapa meter. Kondisi ini mengundang para polinator seperti kumbang dan lalat berdatangan.
"Menurut rekan kami, peneliti di KRC-BRIN, ibu Destri, apabila musim hujan atau hujan, itu mekarnya paling dua hari. Tapi kalau cuacanya panas, itu paling extend sampai lima hari," jelasnya.
Sampai saat ini, Kebun Raya Cibodas-BRIN memiliki 13 spesimen terdiri dari 1 spesimen yang merupakan induknya hasil pengoleksian berupa umbi dan 12 spesimen merupakan hasil perbanyakan dari biji. Sebanyak 12 spesimen yang berasal dari biji ditanam pada 2003 silam.
Dari 13 spesimen itu, 1 spesimen di antaranya memasuki fase generatif, 4 spesimen memasuki fase vegetatif, dan 8 spesimen memasuki fase dorman. Bunga Bangkai yang mekar sempurna saat ini merupakan fase generatif dengan nomor koleksi 76i.
Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) termasuk kategori tumbuhan langka berdasarkan klasifikasi dari International Union for Conservation of Nature (IUCN). Keberadaannya pun dilindungi Peraturan Pemerintah Nomor 7/1999.
"Jadi memang sangat langka dan momentumnya pun sangat sebentar. Bunga ini mekarnya mendadak dan tak bisa diprediksi," tuturnya. (OL-15)