Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Bekerja dari Rumah Tidak Naikkan Kehamilan di Sikka malah Stunting Meningkat

Gabriel Langga
13/10/2021 11:35
Bekerja dari Rumah Tidak Naikkan Kehamilan di Sikka malah Stunting Meningkat
Kepala Puskesmas Palue, Florida Longge.(MI/Gabriel Langga)

FENOMENA bekerja dari rumah saja atau biasa disebut Work from Home (WFH) akibat merebaknya virus korona, menaikkan angka kehamilan di sejumlah daerah. Namun, imbas tersebut tidak terjadi di Kabupaten Sikka, NTT.

Dari data yang dihimpun, empat desa yang ada di Kabupaten Sikka yakni Desa Maluriwu, Kesokoja, Reruwairere dan Desa Lidi, Kecamatan Palue, justru terbilang jumlah ibu hamil sangat rendah. Dari 200 lebih perempuan yang memiliki suami, hanya 28 yang hamil.

"Kalau tingkat kehamilan ibu hamil keempat desa itu sangat rendah. Total hanya 28 ibu hamil saat ini. Hal ini dikarenakan banyak suami-suami yang ada keempat desa itu banyak pergi merantau untuk mencari nafkah diluar," ungkap Kepala Puskesmas Palue, Florida Longge saat ditemui mediaindonesia.com, Rabu (13/10).

Ia menuturkan dalam pelayanan kesehatan itu, pihaknya menemukan setiap dusun itu hanya ada satu ibu hamil. Bahkan ada dusun yang tidak ditemukan ibu hamil karena banyak suami-suami mereka pergi merantau ke Malaysia, Batam, Kalimantan dan lain sebagainya.

"Yang kita temukan ibu hamil itu pasti suaminya kerja di sini sebagai petani. Jadi banyak suami mereka pergi merantau sehingga ibu-ibu yang lain fokus urus anak-anak yang masih mengenyam pendidikan," ungkap Florida

Jumlah Stunting Naik

Meski begitu, dia merasa kaget dengan jumlah anak yang alami stunting di keempat desa itu malah naik di masa pandemi. Semula hanya 23 anak di bulan Agustus 2021, kini sudah menjadi 61 anak yang alami stunting.

"February itu hanya 23 anak saja. Pengambilan data di bulan Agustus itu ada kenaikan sekitar 38 anak. Jadi total saat ini terdata ada 61 anak alami stunting tersebar di keempat desa itu," papar dia.

Florida menduga kenaikan stunting ini akibat adanya gangguan ekonomi para orang tua dimasa pandemi. Akibatnya asupan gizi makanan yang diberikan kepada anak mereka juga ikut berkurang.

Untuk itu, kata dia, pihaknya meminta kepada keempat desa itu agar menganggarkan dana desa dalam penanganan stunting. "Kita sudah sampaikan kepada kepala-kepala desanya agar alokasikan anggaran desa untuk penanganan stunting. Hal ini dikarenakan anggaran di Puskesmas Palue tidak ada," pungkas Florida. (OL-13)

Baca Juga: Jalankan Prokes, Siswa SDI Uwa Gunakan Air Asin untuk Cuci Tangan



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya