Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Harga BBM bagi Nelayan di Manggarai Barat Dua Kali Lebih Mahal

John Lewar
07/6/2021 02:15
Harga BBM bagi Nelayan di Manggarai Barat Dua Kali Lebih Mahal
Ribuan nelayan tradisional di Manggarai Barat NTT kesulitan mendapat pasokan bahan bakar berupa solar maupun bensin.(MI/John Lewar.)

NELAYAN di kawasan Taman Nasional Komodo dan seluruh wilayah pesisir Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur (NTT) mengeluhkan tingginya harga bahan bakar, baik solar maupun bensin, untuk mencari nafkah di laut. Untuk mendapat pasokan solar maupun bensin, mereka harus merogoh kocek dengan bayaran dua kali lipat  lebih tinggi dari harga normal.

Kondisi itu diduga akibat banyaknya aparat keamanan yang melakukan penyelundupan bahan bakar minyak baik dari Labuan Bajo maupun Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat untuk dijual dengan harga dua kali lipat lebih tinggi kepada para nelayan di kawasan Taman Nasional Komodo dan wilayah sekitar. Arifin Saleh Negara, Minggu (6/6), mengaku  maraknya kenaikan harga bahan bakar solar maupun bensin lebih banyak didominasi oleh para pedagang gelap yang diduga kuat dilindungi kelompok tertentu.

"Kamilah yang terus menjerit. Apalagi di tengah covid-19 untuk mendapatkan pasokan bahan bakar itu kami harus merogoh kocek lebih dalam,"  ucap Arifin. Para penjual bahan bakar solar maupun bensin, lanjutnya, kerap melakukan perdagangan secara gelap. Ada aparat yang tertangkap, menurut Arifin, tetapi tidak diproses secara hukum.

"Kami meminta agar aparat yang lebih di atasnya melihat hal ini sehingga nelayan tidak menderita dan menjerit di
tengah situasi pandemi virus korona," tegas Arifin.Di pihak lain, Arifin mengaku kesulitan untuk mendapatkan pasokan bahan bakar dari Yasa Mina yang mengelola solar untuk nelayan umumnya.

Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Kabupaten Manggarai Barat, Blasius Janu Pandur, saat dikonfirmasi, Minggu (6/6), mengatakan sudah sekian lama bahkan belasan tahun lebih para nelayan di kawasan pulau dan daratan di Manggarai Barat kesulitan mendapat pasokan bahan bakar berupa solar maupun bensin. "Kalaupun para nelayan itu mendapatkan bahan bakar mereka harus membayar dua kali lipat dari harga normal bahkan lebih," katanya.

 

"Di pulau-pulau sekarang banyak minyak datang dari kabupaten tetangga dengan harga Rp200.000 per jeriken atau 20 liter. Semua orang pada diam semua. Ada apa ini?" katanya.  Dia menerangkan sesuai aturan BPH Migas dan Pertamina harga soler sebesar Rp5.150/liter atau Rp103.000 per jeriken. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya