Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Janda Dua Anak Kelaparan selama Tiga Hari di Tasikmalaya

Kristiadi
10/3/2021 15:15
Janda Dua Anak Kelaparan selama Tiga Hari di Tasikmalaya
Wakil Bupati Tasikmalaya Deni Ramdani Sagara menyambangi rumah Emin, seorang janda anak dua, Selasa (9/3).(MI/Kristiadi.)

SUDAH 15 tahun seorang janda dengan dua anak di Kampung Jerukmipis, RT 01 RW 03, Desa Ciroyom, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, belum mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah, terutama rumah layak huni. Kini, keluarga tersebut sempat tiga hari tidak makan dan memenuhi kehidupannya dengan mengandalkan nasi ditaburi garam.
 
Ketiganya tinggal di rumah gubuk berukuran 3x4 meter beratap pohon kelapa dan dindingnya berbahan bambu (bilik). Rumah yang dibangun di lahan wakaf dihuni oleh Emin, 45, bersama kedua anaknya yang masih kecil yakni bernama Ratnasari, 15, dan Siti Nurazizah, 10.

Namun, anak paling kecil belum pernah melihat wajah ayahnya. Pasalnya, saat masih di kandungan, sang ayah telah meninggal dunia. Anak yang besar terpaksa harus drop out (DO) sejak naik kelas 3 SMPN 1 Taraju.

Tanah wakaf untuk rumah Emin selama puluhan tahun didirikan oleh tetangga dengan cara bergotong royong. Bangunan tersebut tampak reyot dan saat hujan turun mengalami bocor.

Untuk mencapai rumah Emin diperlukan waktu sekitar 3,5 jam dari Kota Tasikmalaya. Mereka hanya beralaskan tikar tanpa ada kasur. Kondisi ruangan juga sempit. Terdapat gulungan kayu bakar termasuk tungku.

"Kami tetap bertahan menghidupi kedua putri yang masih kecil setelah ayahnya meninggal dunia. Kondisi kehidupan di rumah selama ini mau makan dan tidak makan tergantung penghasilan. Jika tidak ada uang, semua terpaksa memakan daun singkong atau beras menir," katanya, Selasa (9/3).

Emin mengatakan, kehidupan yang dialaminya sekarang hanya bisa mengandalkan para tetangganya dengan terpaksa meminta pekerjaan serabutan atau bertani untuk makan agar tetap bertahan hidup bersama anak-anak. Uang yang diperoleh habis untuk membeli beras, lauk pauk, dan peralatan mandi. Untuk pakaian bagi kedua putrinya selama ini ia masih mengalami kesulitan.

"Memang uang itu setiap bulan didapatkan dari Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar Rp200 ribu. Setelah anak paling besar drop out (DO) dari sekolah, semua hilang. Kami hanya mengandalkan uang dari kerja harian untuk menafkahi kedua anak meski tidak semua kemauan yang diberikannya maksimal. Apalagi kedua anaknya ingin membeli pakaian, jajan, dan menabung yang belum terwujud," katanya sambil menangis. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya