Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Hutan Adat Rusak, Bencana Melanda

Denny Susanto
15/2/2021 07:52
Hutan Adat Rusak, Bencana Melanda
Musyawarah adat warga Desa Datar Ajab(MI/Denny Susanto)

PULUHAN warga berkumpul di Balai Adat Desa Datar Ajab, salah satu desa di kawasan puncak Pegunungan Meratus. Mereka yang hadir adalah para tokoh adat perwakilan dari sejumlah dusun (anak desa) pedalaman yang masuk wilayah Pantai Mangkiling (Desa Datar Ajab) Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Para tokoh adat berasal dari Dusun Bayuwana, Pantai Wang, Hinas Kanan serta dusun lain di wilayah Pantai Mangkiling yang ada di wilayah puncak Meratus ini rela turun dengan berjalan kaki berjam-jam untuk mengikuti pertemuan penting bagi kehidupan masyarakat adat yaitu membahas keberadaan hutan adat, batas wilayah, penebangan liar hingga ancaman bencana.

Namun, sebelum pertemuan digelar, puluhan warga bergotong-royong membersihkan wilayah desa dari sampah pohon dan kayu gelondongan yang hanyut terbawa arus banjir dari bagian hulu sungai dan menghantam permukiman warga desa. Sementara kaum perempuan mempersiapkan hidangan bagi warga yang bergotong-royong sekaligus sajian untuk pertemuan adat.

Desa Datar Ajab yang dihuni 52 keluarga ini merupakan salah satu desa terparah dihantam banjir bandang. Banjir menyebabkan puluhan rumah warga hancur dan tujuh orang tewas terseret banjir. Pada saat air bah setinggi tiga meter menghantam desa, sebagian besar warga tidak dapat menyelamatkan harta benda dan mereka lari ke ladang-ladang mereka yang ada di lereng bukit.

Balai Adat menjadi tempat berlindung bagi keluarga yang kehilangan tempat tinggal mereka akibat banjir bandang. Wilayah Desa Pantai Mangkiling ini sempat terisolasi hingga sepekan karena akses jalan melalui lereng-lereng pegunungan terputus akibat longsor.

Baca juga: Pembalakan Liar di Pegunungan Meratus masih Marak

Suasana haru dan isak tangis mewarnai pertemuan saat Kepala Desa Datar Ajab Yandi menceritakan kilas balik peristiwa bencana banjir bandang pada pertengahan Januari lalu. Warga seolah sadar jika hutan rusak maka bencana akan datang melanda.

Hukum Adat Lindungi Hutan

Masyarakat Suku Dayak Meratus yang bermukim di wilayah Pantai Mangkiling (Datar Ajab) secara turun temurun dan hingga kini masih memegang teguh adat istiadat mereka untuk melindungi dan melestarikan kawasan hutan Pegunungan Meratus yang masuk kawasan hutan lindung tersebut.

Sumiati, 65, tokoh masyarakat yang juga mantan pembakal (kepala desa) Pantai Mangkiling, menyayangkan masih adanya oknum warga yang melakukan penebangan pohon secara liar tanpa mengindahkan hukum adat. Di sisi lain, kawasan hutan di wilayah ini juga terus terancam aksi penebangan liar secara besar-besaran warga desa tetangga yang diduga melibatkan oknum aparat.

"Ayo kita jaga hutan adat warisan leluhur. Kita jangan mau diperalat untuk menebang pohon. Bencana banjir bandang ini adalah salah satu dampaknya yang kita rasakan. Hutan lestari justru lebih banyak manfaat bagi kita semua," ucap Sumiati yang pada era 89an menjadi tokoh sentral menentang masuknya HPH di kawasan Pegunungan Meratus.

Anggota Komisi II DPRD Hulu Sungai Tengah Yajid Fahmi mendesak Pemda Hulu Sungai Tengah dan TNI-Polri untuk dapat menindak tegas para pelaku illegal logging dan mengungkap para cukong dalam praktik pembalakan ini.

"Berdasarkan informasi masyarakat dan hasil penelusuran kami di lapangan, praktik ilegal logging masih marak dan ini harus diusut tuntas. Kita tidak ingin Meratus semakin rusak dan ancaman bencana semakin rawan terjadi," ungkapnya.

Dari pertemuan para tokoh adat ini kembali ditegaskan tentang komitmen menjaga hutan adat dan warisan leluhur dengan penerapan hukum adat bagi semua pihak yang melanggar.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya