Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pembalakan Liar di Pegunungan Meratus masih Marak

Denny Susanto
01/2/2021 10:49
Pembalakan Liar di Pegunungan Meratus masih Marak
Kayu temuan hasil penebangan liar di wilayah Hulu Sungai Tengah.(Istimewa)

PRAKTEK pembalakan liar (illegal logging) di wilayah Kalimantan Selatan terutama kawasan Pegunungan Meratus masih marak terjadi. Kerusakan lingkungan dan berkurangnya tutupan hutan diyakini menjadi penyebab utama bencana banjir besar dan tanah longsor di Kalsel disamping fenomena curah hujan yang tinggi.

"Praktek pembalakan liar sudah berlangsung lama terjadi di kawasan Pegunungan Meratus, baik yang dilakukan oleh masyarakat skala kecil maupun yang diduga dibekingi cukong serta aparat," tegas Joni Ronaldo, salah seorang tokoh pemuda Dayak Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Senin (1/2).

Menurutnya aktivitas pembalakan liar ini telah menyebabkan terjadinya kerusakan parah kawasan hutan di bagian hulu pegunungan Meratus. Warga sendiri sudah berulang kali melaporkan kasus pembalakan liar ini kepada pemerintah daerah maupun aparat keamanan namun sejauh ini belum ada tindakan tegas.

Kepala Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH) Hulu Sungai Rudiono Herlambang,yang membawahi wilayah sepanjang pegunungan Meratus mengakui masih maraknya praktik pembalakan liar di hutan Meratus. 

"Operasi penertiban terus kita lakukan, tetapi praktik pembalakan liar terus terjadi," ungkapnya.

Sebelumnya seperti yang pernah diutarakan Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan dan Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Kalsel, Eko Djatmiko Widodo bahwa pihaknya masih menghadapi berbagai tantangan dan kendala seperti kurangnya jumlah dan kualitas SDM personel, serta sarana dan prasarana untuk mengawal kawasan hutan seluas 1,7 juta hektar di Kalsel ini.

KPH dan Polisi Hutan yang bekerja sama dengan TNI-Polri berhasil menindak berbagai praktik kejahatan yang mengancam sumber daya kehutanan terutama pembalakan liar. Pada 2019 berhasil ditangani tujuh kasus perambahan kawasan hutan (perkebunan sawit), 37 kasus pembalakan liar dan tujuh kasus tambang ilegal dalam kawasan hutan. Sedangkan pada 2020 berhasil ditangani 27 kasus pembalakan liar.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir (2017-2020) berhasil ditemukan dan disita hampir 1.000 meter kubik kayu hasil pembalakan liar. Selain itu juga disita puluhan barang bukti berupa chainsaw, alat berat (exavator), truk dan sebagainya. Upaya lain dalam melindungi kawasan hutan adalah dengan membentuk Satgas Masyarakat Mitra Polisi Hutan.

baca juga: Luas Banjir Kalimantan Selatan Capai 200 Ribu Hektar

Berdasarkan hasil analisa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menggunakan data mosaik Landsat untuk mendeteksi penutup lahan tahun 2010 dan 2020 menyebutkan terjadi perubahan tutupan lahan di kawasan DAS Barito berupa penurunan luas hutan primer, hutan sekunder, sawah dan semak belukar. Yaitu masing-masing menurun sebesar 13 ribu hektar hutan primer, 116 ribu hektar hutan sekunder, 146 ribu hektar swwah, dan 47 ribu hektar semak. Deforestasi hutan di Kalsel ini dinilai banyak pihak menjadi pemicu bencana banjir besar dan longsor. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya