Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
LUASAN genangan bencana banjir di Provinsi Kalimantan Selatan diperkirakan mencapai 200 ribu hektar. Deforestasi dan kerusakan DAS Barito menjadi salah satu penyebab banjir terparah sejak 2006 di wilayah tersebut.
Data yang dirilis tim tanggap darurat bencana Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan analisa penyebab banjir Kalsel dengan data satelit Himawari-8, mendapatkan hasil total luasan genangan bencana banjir mencapai 200 ribu hektar.
Hasil perhitungan luas genangan tertinggi terdapat di Kabupaten Barito Kuala dengan luas mencapai 60 ribu hektar, Kabupaten Banjar sekitar 40 ribu hektar, Tanah Laut sekitar 29 ribu hektar, Hulu Sungai Tengah 12 ribu hektar, Hulu Sungai Selatan sekitar 11 ribu hektar, Tapin sekitar 11 ribu hektar, dan Kabupaten Tabalong sekitar 10 ribu hektar. Selain itu Kabupaten Balangan, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Murung Raya seluas 8 ribu hingga 10 ribu hektar.
"Luasan banjir sangat luas dan lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Kita juga mencatat ada sekitar 18 ribu hektar areal pertanian yang rusak atau puso," tutur Syamsir Rahman, Kepala Dinas Pertanian Kalsel, Senin (18/1).
LAPAN juga menganalisis perubahan tutupan lahan di DAS Barito menggunakan data mosaik Landsat untuk mendeteksi penutup lahan tahun 2010 dan 2020. Hasil yang didapat dalam kurun waktu 10 tahun tersebut menunjukkan adanya penurunan luas hutan primer, hutan sekunder, sawah dan semak belukar yaitu masing-masing menurun sebesar 13 ribu hektar, 116 ribu hektar, 146 ribu hektar dan 47 ribu hektar.
Sebaliknya, terjadi perluasan area perkebunan yang cukup signifikan sebesar 219 ribu hektar. Perubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran kemungkinan terjadinya banjir di DAS Barito.
Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono kembali menegaskan tentang kondisi Kalsel yang mengalami darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Selain tingginya curah hujan, banjir lebih disebabkan kondisi degradasi lingkungan akibat deforestasi dan ekspansi pertambangan dan perkebunan monokultur seperti kelapa sawit.
baca juga: Korban Banjir Kalimantan Selatan Terus Bertambah
Banyak laporan tentang masih maraknya praktek penebangan liar di bagian hulu Pegunungan Meratus yang menyebabkan banjir bandang di kawasan tersebut seperti dialami Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan. (OL-3)
Banjir yang merendam Pondok Pesantren Assirojul Munir merupakan dampak robohnya bangunan talud saluran air pada Senin (6/11).
Sedikitnya ada dua titik di ruas jalan protokol Kota Cirebon yang selama ini menjadi langganan banjir.
Banjir terjadi sekitar pukul 20:30 WIB diawali hujan intensitas tinggi sejak pukul 17:30 WIB
Sebanyak 7.027 jiwa di Kampung Lumajang Peuntas, Desa Cieuterup, harus mengungsi karena rumah mereka terendam air.
Di awal 2024 ini berbagai kejadian bencana di musim penghujan sudah terjadi di Kabupaten Cirebon. Mulai dari pohon tumbang akibat angin kencang, banjir, tanah longsor dan lainnya,
Anggaran yang telah disiapkan dapat digunakan sesuai hasil inventarisasi dan tepat sasaran
DI tangan Gubernur Sahbirin Noor ada angin perubahan yang diembuskan
HUTAN tidak hanya kayu. Para petani di pinggiran hutan di Kalimantan Selatan sudah membuktikannya
PROGRAM Revolusi Hijau tidak fokus pada satu soal. Selain penanaman pohon sebagai sebuah gerakan massal
PEGUNUNGAN Meratus merupakan gugusan gunung yang memanjang dari selatan ke utara melintasi 10 kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan
MENYAMBUT tibanya bulan suci Ramadan 1445 H, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali menggelar Ramadhan Cake Fair (Pasar Wadai).
Dalam rangka peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 75 pendakian puncak Pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan ditiadakan karena pandemi covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved