Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Harga Kedelai Tinggi, Pengolahan Tempe dan Tahu Kurangi Produksi

Kristiadi
05/1/2021 21:52
Harga Kedelai Tinggi, Pengolahan Tempe dan Tahu Kurangi Produksi
Pengrajin tahu di Yogyakarta.(ANTARA)

Pengrajin pengolahan tempe dan tahu Kampung Nangrog dan Koneng, Kelurahan Sukamaju Kidul, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, telah mengurangi produksi bahan baku kedelai karena telah mengalami kenaikan. Pembuatan tempe dan tahu, dilakukan setiap hari terpaksa mengurangi produksi karena kebutuhan bahan baku tinggi.

"Kenaikan bahan baku yang dialami oleh para perajin pabrik tahu dan tempe yang berada di Kota Tasikmalaya selama ini terpaksa harus mengurangi produksi setiap harinya. Karena, harga kedelai impor saat ini tercatat Rp9.200 hingga Rp10.000 per kilogram, sebelumnya itu di angka Rp6.800, Rp8.000 dan sekarang menjadi Rp9.000 per kg," kata pengrajin tempe dan tahu, Yanti, 35, warga Kampung Nagrog, Kecamatan Indihiang, Selasa (5/1/2020).

Yanti mengatakan, kebutuhan pembuatan tahu dan tempe selama ini biasanya 1,5 kwintal kedelai setiap harinya. Tapi sekarang terpaksa pembuatannya hanya satu kwintal. Sedangkan, penjualan tahu satu biji dijual antara Rp200, Rp300, dan Rp600 dan perubahan bentuk ukuran diperkecil meski awalnya 11-11 menjadi 11-12 dan 12-12 menjadi 12-13.

"Kenaikan kedelai yang terjadi sekarang ada perubahan bentuk tahu dan tempe. Jika bentuk ukuran tidak diubah dipastikan pengrajin akan mengalami kerugian cukup besar. Akan tetapi, pengurangan itu tetap dilakukan namun untuk harga masih masih normal dan kalau terlalu kecil dikhawatirkan para pelanggan dan konsumen di pasar tradisional Cikurubuk akan mengeluhkan," ujarnya.

Sementara itu, para perajin pabrik tempe, Ajat Sudrajat, 45, warga Kampung Sukamaju II, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya mengatakan, kenaikan yang terjadi pada bahan baku kedelai banyak para pengrajin mengeluhkan dengan kondisi sekarang apalagi kenaikannya sudah berlangsung satu bulan mulai dari Rp6.200 naik Rp6.500 naik lagi ke angka Rp7.000 hingga ke Rp9.000 per kg.

"Kenaikan kedelai yang terjadi selama ini, kami terpaksa harus menghentikan dua orang dari jumlah kesuluruh 8 orang. Karena, produksi tempe yang dilakukannya awalmya itu hanya 1,5 kwintal menjadi satu kwintal dan cetakan juga sekarang ada pengurangan mengingat harga plastik ada kenaikan semula harganya Rp7.300 menjadi Rp8.000 perkg," paparnya.

Pengrajin tempe lainnya, Aep Saepudin, 30, warga Panglayungan mengungkapkan, untuk produksi tempe maupun tahu yang beredar di wilayah Tasikmalaya semua bentuk ukurannya diperkecil tetapi harga jual masih tetap seharga Rp3 ribu, Rp4 ribu sampai Rp6 ribu. Namun, pengiriman tempe yang dilakukannya selama itu hanya ke Pasar Pancasila.

"Sebetulnya, para pengrajin tahu dan tempe di Tasikmalaya berencana akan melakukan aksi kenaikan dan mogok kerja. Akan tetapi, semua mengurungkan niatnya dan tetep melakukan usahanya demi kebutuhan sehari-hari namun jika bahan baku kedelai tidak turun dipastikan akan semakin banyak para perajin gulung tikar dan kami berharap pemerintah supaya dapat memprihatikan usaha kecil," pungkasnya. (AD/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya