Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
KAPOLRES Nias AKBP Deni Kurniawan membenarkan adanya penangkapan terhadap seorang caleg DPRD Provinsi Sumut dari Partai Gerindra di Kota Gunungsitoli, terkait dengan dugaan politik uang (money politic).
Penangkapan tersebut bermula dari informasi yang didapat personel Sat Reskrim Polres Nias soal adanya dugaan money politic untuk pemenangan seorang caleg DPRD Provinsi Sumut Dapil VIII (Kota Gunungsitoli, Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias Selatan).
"Caleg ini dari Partai Gerindra nomor urut 5 atad nama Damili R Gea," ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (16/4) siang.
Setelah mendapat informasi itu, lanjut Kapolres, petugas langsung menyelidiki kebenarannya dan ternyata memang ada aktivitas yang dinilai tidak wajar di posko relawan caleg bersangkutan. Polisi lantas berkoordinasi dengan Bawaslu Kota Gunungsitoli. Mereka pun segera mengikuti sebuah sepeda motor yang keluar dari posko relawan.
Motor itu dikendarai Meliedi Harefa alias Ama Wiwin, yang memboncengi Kesaktian Telaumbamua alias Kesa. Sesampainya di Simpang Jalan Sisingamangaraja (simpang Tandrawana) sepeda motor dihentikan. Petugas menyuruh pengemudi membuka jok sepeda motornya. Ternyata, di bawah jok ditemukan satu blok uang pecahan Rp20 ribu yang setelah dihitung senilai total Rp20 juta.
Baca juga: OTT Wabup Paluta, Amplop Uang Caleg Gerindra Disita Polisi
Menurut pengakuan mereka, uang tersebut berasal dari posko relawan Damili R Gea yang diserahkan oleh seseorang bernama Fatolosa Lase alias Ama Eva. Petugas pun membawa Ama Wiwin dan Kesa ke posko relawan, saat itu lah Damili mengakui telah memberikan uang tersebut. Bahkan Damili mengaku memberikan uang hingga Rp60 juta kepada Ama Eva.
"Uang itu untuk keperluan pemilihan dirinya sebagai Caleg DPRD Provinsi Sumatra Utara. Untuk pemilih di wilayah Kecamatan Namohalu Esiwa dan Lahewa Timur," tutur Kapolres.
Selanjutnya, petugas mencari Ama Eva dan berhasil mengetahui keberadaannya yang pada saat itu sedang mengendarai sepeda motor. Petugas pun segera menangkap Ama Eva sekaligus menyita uang tunai sebesar Rp40 juta.
Kepada petugas, Ama Eva mengaku uang itu berasal dari Damili R Gea yang diserahkan di posko relawan. Uang tersebut untuk pemenangan Damili sebagai Caleg DPRD Provinsi Sumut pada Pemilu 17 April 2019.
Uang akan dibagikan kepada pemilih di wilayah Kecamatan Namohalu Esiwa dan Kecamatan Lahewa Timur dengan jumlah pemilih sebanyak 2.400 orang. Adapun besaran uang yang akan dibagi sebesar Rp20 ribu per orang. Total uang untuk itu sebesar Rp48 juta, sedangkan Rp12 juta lainnya akan dibagi ke tim yang bekerja di lapangan.
Dari posko relawan, petugas juga menyita dokumen tanda terima uang kepada Ama Eva serta catatan jumlah, nama pemilih serta foto copy KTP pemilih di setiap desa di kecamatan Namohalu Esiwa dan Lahewa Timur.
"Selanjutnya keempat laki-laki tersebut beserta barang bukti dibawa ke Polres Nias untuk dilakukan interogasi awal dan selanjutnya diserahkan ke Bawaslu Kota Gunungsitoli," tukas Kapolres Nias.(OL-5)
PENGACARA mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri, Ian Iskandar membantah tudingan kliennya yang disebut membocorkan operasi tangkap tangan (OTT) Harun Masiku
Saut mengatakan saat itu ia langsung menolak permintaan Kejaksaan. Sebab, KPK yang melakukan operasi tangkap tangan (OTT).
Menurut Tessa, fakta soal kasus ini belum bisa dibuka sepenuhnya sebelum persidangan digelar. Masyarakat diharap bersabar.
Tessa belum bisa memastikan adanya kemungkinan percepatan pemeriksaan Hasto pascarumahnya digeledah kemarin, 7 Januari 2025.
Dia merupakan orang yang jabatannya di DPR diminta diganti oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto agar Harun menjadi anggota legislatif.
KPK menyita mobil Harun yang terparkir selama dua tahun di sebuah apartemen di Jakarta. Kendaraan itu ditemukan pada Juni 2024.
KPK menetapkan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka suap terkait buronan Harun Masiku. Hasto disebut aktif mengupayakan Harun memenangkan kursi anggota DPR pada Pemilu 2019.
Bagi Mahfud, batalnya memakai kemeja putih tersebut lima tahun lalu menyimpan pesan tersendiri.
PENDUKUNG Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kini berbalik mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto jelang Pilpres 2024.
Burhanuddin Muhtadi mengaku diserang akun yang menuduh dirinya sebagai dalang quick count palsu yang ditayangkan di televisi dan menerima bayaran Rp450 miliar.
Pengalaman nyoblos di Los Angeles kali ini, sangat menarik karena di KJRI-LA juga diadakan hiburan seperti live music dan kita juga bisa membeli makanan-makanan khas Indonesia.
Gerak-gerik pelaku dalam video rekaman yang beredar di media sosial juga dinilai amat tenang. Padahal, pelaku telah ketahuan sedang mencoblos surat suara salah satu pasangan calon.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved