Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Kemenkes Minta Masyarakat Waspada terhadap Penyakit Menular saat Mudik Lebaran

Devi Harahap
12/4/2024 15:51
Kemenkes Minta Masyarakat Waspada terhadap Penyakit Menular saat Mudik Lebaran
Kemenkes meminta para pemudik agar menjaga kesehatannya saat mudik lebaran karena cuaca sedang kondisi buruk(MI/ANDRI WIDIYANTO)

PERHELATAN mudik dan libur lebaran 1445 hijriah tengah berlangsung kurang lebih selama sepekan. Padatnya aktivitas dan cuaca pancaroba yang juga tengah berlangsung dapat menyebabkan potensi berbagai penularan penyakit seperti ISPA, Flu Singapura (HMFD) hingga Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) meminta masyarakat khususnya kepada para pemudik agar tetap mewaspadai penularan berbagai penyakit tersebut selama arus mudik dan balik libur Lebaran.

Terlebih, penyakit tersebut memiliki kecepatan penularan yang tinggi meski jarang menyebabkan sakit berat.

Baca juga : Warga Diminta Waspadai Kambuhnya Penyakit Kronis di Pekan Pertama Lebaran

“Pergerakan manusia selama perjalanan mudik berpotensi mempercepat penyebaran, terutama di kalangan bayi dan balita. Ada juga tren peningkatan, ditambah mudik dan libur panjang itu berpotensi terjadi peningkatan kasus flu Singapura,” kata Juru Bicara Kemenkes M Syahril di Jakarta pada Jum’at (12/4).

Pada pekan ke-13 tahun 2024, Kemenkes mencatat 6.500 kasus flu Singapura yang sebagian besar terjadi pada usia anak. Kasus terbanyak ada di Pulau Jawa, di antaranya Jawa Barat (2.119 kasus), disusul Banten (1.171 kasus) DI Yogyakarta (561 kasus), dan Jawa Tengah (464 kasus).

“Masyarakat (agar) tetap menjaga kesehatan dan kebersihan selama perjalanan mudik dengan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menerapkan etika batuk atau bersin. Selain itu, masyarakat diminta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi,” ujarnya.

Baca juga : Waspadai Penularan Penyakit HFMD dan DBD Selama Lebaran dan Arus Balik

Selain itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan adanya kenaikan kasus DBD pada periode mudik lebaran 2024. Dikatakan bahwa laporan terkait DBD pada pekan ke-14 tahun 2024 memperlihatkan terdapat 60.296 penderita di 213 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Saat ini sebanyak 455 penderita yang telah mengalami kematian. Jumlah itu terus bertambah dari pekan-pekan sebelumnya.

“Pemudik juga perlu tetap menjaga kebersihan di kampung halamannya untuk mengurangi risiko adanya DBD. Sekalian lakukan pemberantasan sarang nyamuk di kampung halaman, mengerjakan kebiasaan baik supaya tidak tertular DBD. Apalagi di wilayah yang angka kasus demam berdarahnya tinggi,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, terdapat 5 kabupaten/kota dengan kasus demam berdarah tertinggi tahun ini di antaranya Kabupaten Tangerang dengan 2.540 kasus, Kota Bandung 1.741 kasus, Kabupaten Bandung Barat 1,422 kasus, Kabupaten Lebak 1.326 kasus, dan Kota Depok 1.252 kasus

Baca juga : Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Sementara itu, kabupaten/kota dengan kematian DBD tertinggi pada 2024, di antaranya Kabupaten Bandung dengan 25 kematian, Kabupaten Jepara 21 kematian, Kabupaten Subang 18 kematian, Kabupaten Kendal 16 kematian, dan Kabupaten Bogor 13 kematian

Siti mengimbau kepada masyarakat yang memiliki gejala DBD saat musim mudik seperti muntah terus menerus, nyeri perut, kaki dan tangan pucat, nadi melemah, lesu, urine yang menurun, dan sebagainya. Serta gejala Flu Singapura maupun ISPA seperti flu batuk, pilek, demam dan panas segera melakukan pengecekan ke fasilitas kesehatan terdekat.

“Tetap menjaga kesehatan pribadi dan keluarga, pastikan perilaku cuci tangan dilakukan, gunakan masker pada tempat ramai, padat, bila sedang sakit batuk pilek dan pada lansia dan kelompok rentan. Pastikan kondisi kita dalam keadaan fit tuk melakikan mudik, tetap cukup istirahat jangan memaksakan diri dalam perjalanan mudik,” tuturnya.

Baca juga : Ini Perlengkapan Kesehatan yang Harus Anda Siapkan Sebelum Mudik

Menurut Siti, meningkatnya kasus DBD di Indonesia disebabkan karena faktor cuaca pancaroba yang mempengaruhi siklus kehidupan nyamuk sehingga populasinya kian meningkat.

Dijelaskan bahwa angka tersebut terbilang sangat tinggi bila dibandingkan dengan 2023. Pada pekan ke-12 tahun lalu kasus DBD hanya 17.434 kasus sehingga di 2024 meningkat dua kali lipat.

“Angka kematian yang meningkat di pekan ke-12 tahun lalu itu 118 kasus, sementara tahun ini di periode sama sudah 316 kasus. Saat ini tengah berlangsung musim pancaroba, pergerasam dari musim kemarau menuju musim hujan begitupun perubahan iklim dan El Nino. Hal itu menyebabkan telur nyamuk lebih cepat menjadi nyamuk dewasa.,” imbuhnya.

Terpisah, Dokter Spesialis Anak Konsultan RSUP Dr. Sardjito, Diagnostic Team Leader World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, sekaligus pengajar di FK-KMK UGM, dr. Eggi Arguni menyebutkan bahwa populasi Aedes aegypti yang merupakan vektor (hewan perantara) infeksi dengue, akan meningkat ketika musim hujan.

Pada musim hujan, telur akan terkena sehingga membuatnya menetas. Pada musim hujan juga akan banyak breeding site (tempat perkembangbiakan) akibat air yang tertampung di gelas-gelas plastik, kaleng-kaleng bekas, ban-ban bekas, talang air yang tidak lancar, dan tempat-tempat lain. Adanya kemungkinan peningkatan transmisi virus ke manusia perlu diwaspadai oleh masyarakat di musim ini.

“Terdapat empat stereotip virus dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4. Secara teori, apabila pada infeksi kedua (infeksi sekunder) kita terinfeksi jenis serotipe virus dengue yang berbeda dari yang pertama, maka ada kemungkinan manifestasi klinisnya akan lebih berat, seperti mengalami kebocoran plasma, hingga shock, bahkan sampai meninggal,” jelasnya.

Lebih lanjut, Egi menjelaskan bahwa jumlah orang yang terinfeksi dapat lebih besar dari pelaporan yang tercatat. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang asymptomatic atau mereka yang sudah terkena virus tetapi tidak menunjukkan gejala apapun.

Biasanya, mereka hanya mengalami demam yang ringan dan memilih untuk meminum obat penurun panas saja tanpa ada pikiran bahwa dirinya terkena virus demam berdarah.

Menurut Eggi Orang tua harus menjadi garda terdepan untuk melakukan upaya preventif supaya anak yang terkena virus demam berdarah segera dapat tertangani dan tidak menjadi berat.

Mengenali gejala yang timbul pada anak menjadi salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan.

“Pada anak yang symptomatic atau menunjukkan gejala, kita harus mencurigai virus dengue terutama ketika terdapat demam tinggi yang mendadak dan sifatnya kontinu atau terus-menerus. Ketika mereka diberikan obat penurun panas, biasanya panas tidak akan turun di bawah 38 derajat celcius. Gejala lainnya yaitu disertai tanda-tanda mual, muntah, badan yang lemas, bintik-bintik perdarahan di kulit, serta anak yang tidak terlihat ceria,” ucap Eggi.

Lebih lanjut Eggi menjelaskan orang dewasa harus sadar perbedaan respons dari gejala yang timbul pada dirinya dan anak-anak. Ketika orang dewasa dapat mengeluhkan nyeri sendi dan otot, anak-anak tidak karena mereka belum memiliki kemampuan untuk dapat mengkomunikasikan sakit yang dirasakan.

“Sifat seperti lebih rewel, tidak nafsu makan dan minum, dan muntah dapat menjadi pertanda bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja sehingga harus segera dibawa ke puskesmas terdekat. Pada spektrum infeksi dengue yang lebih berat, disaat jumlah trombositnya sudah rendah, anak dapat mengalami mimisan atau gusi yang berdarah ketika sikat gigi,” tuturnya.

Eggi menyebutkan pula bahwa secara umum, infeksi dengue terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase penyembuhan. Pada akhir fase demam, atau saat memasuki fase kritis, ada beberapa tanda peringatan (warning sign) yang harus diwaspadai, yaitu misal ada nyeri perut, mual dan muntah-muntah, anak lemas, atau tanda perdarahan. Bila ada tanda bahaya ini, anak harus segera dibawa ke dokter.

“Pasien dengue yang dinyatakan oleh petugas kesehatan memiliki kondisi yang masih baik tidak perlu rawat inap, namun dengan syarat untuk tetap membawa anaknya ke rumah sakit atau puskesmas setiap hari (selama fase kritis) untuk menjalani pemeriksaan oleh dokter dan dilakukan pemeriksaan darah. Nanti setiap hari akan dilakukan pemantauan kadar hematokrit dan trombosit, hingga fase kritis terlewati” paparnya.

Bagi orang tua yang melakukan pengobatan di rumah, terdapat edukasi yang penting untuk diketahui menurut Eggi. Pertama, memberikan obat penurun panas yang paling aman yaitu paracetamol.

Hindari obat-obatan golongan lain seperti nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) karena dapat mempengaruhi fungsi trombosit sehingga akan meningkatkan kecenderungan pendarahan yang hebat.

Kedua, pastikan anak mendapatkan asupan air yang cukup. Ketiga, menjaga anak untuk istirahat dan tidak keluar terlebih dahulu.

“Masyarakat harus tetap waspada terhadap warning sign pada anak seperti nyeri perut, muntah dan bintik-bintik perdarahan di kulit. Pentingnya kehadiran orang tua dalam menjaga anak dari infeksi virus dengue di musim hujan tidak bisa diabaikan,” ungkapnya.

Selain upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN), lanjut Eggi, lingkungan luar dan di dalam rumah dan membersihkan lingkungan untuk menghilangkan sarang nyamuk Aedes aegypti, orang tua juga dapat melakukan upaya pencegahan gigitan nyamuk.

“Misalnya dengan memakaikan pakaian tertutup yang berwarna terang atau menggunakan repelen.Ketika anak terkena infeksi dengue segera kenali gejala dan segera berobat ke pelayanan kesehatan terdekat sehingga dapat ditangani secara medis,” pungkasnya. (DEV)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Reynaldi
Berita Lainnya