Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Anies Sebut Penurunan Emisi GRK di Jakarta 26%

Putri Anisa Yuliani
18/3/2021 09:46
 Anies Sebut Penurunan Emisi GRK di Jakarta  26%
Pengadaan transportasi publik terintegrasi seperti Transjakarta menjadi salah satu upaya menurunkan polusi udara di Jakarta.(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi salah satu pembicara dalam Zero Carbon City International Forum, yang diselenggarakan oleh Institute For Global Environmental Strategies (IGES) secara daring pada Rabu (17/3). Forum diskusi yang diikuti perwakilan dari berbagai kota dan organisasi terkait dari berbagai negara tersebut bertujuan untuk meningkatkan upaya kota-kota dunia mencapai nol emisi gas rumah kaca.

Dalam sambutannya, Anies menjelaskan bahwa Jakarta tengah dalam usaha untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 50% pada tahun 2030, hingga mencapai nol emisi pada tahun 2050. Dan mengembangkan ketahanan masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan iklim.

"Jakarta tengah bekerja menunaikan komitmennya untuk menjadi kota berketahanan dan kini kami telah menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26%. Ini akan terus kami kerjakan hingga target tersebut terpenuhi, bahkan terlampaui," ucap Anies di Forum yang juga dihadiri Wali Kota Yokohama tersebut.

Terobosan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca ini sudah dikerjakan serius oleh Pemprov DKI, bahkan kolaborasi juga telah dilakukan dengan berbagai pihak melalui pembentukan gugus tugas iklim pada tahun 2020, yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan antara lain lembaga publik, entitas swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan universitas. Selain itu Jakarta juga terus mengembangkan Zona Rendah Emisi atau Low Emission Zone (LEZ) dengan mentransformasi sektor transportasi umum dan mengubah paradigma pembangunan kota berorientasi mobil menjadi pembangunan berorientasi transit.

"Kami telah mengubah paradigma pembangunan kota berorientasi mobil menjadi pembangunan berorientasi transit dengan melakukan integrasi sistem transportasi umum massal, hingga akhirnya kami mendapatkan penghargaan Sustainable Transport Award 2020," ungkapnya.

"Selain itu kami juga menetapkan kota tua sebagai zona rendah emisi, mewajibkan setiap kendaraan pribadi lolos uji emisi, merevitalisasi trotoar, menyiapkan jalur sepeda dan tempat parkir sepeda, serta masih banyak lagi," lanjutnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga mengakui, usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terbantu dengan adanya pandemi Covid-19. Sebab, pandemi yang memberikan dampak negatif utamanya di bidang kesehatan, ternyata juga memiliki dampak positif dengan keluarnya Jakarta sebagai 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index. Sehingga secara langsung membuat peningkatan kualitas udara di Jakarta.

baca juga: Anies Sebut Kendaraan di Jakarta Melebihi Jumlah Warga

Lebih lanjut, Anies menyampaikan bahwa menjadi kota berketahanan tidak dapat dilakukan oleh Jakarta saja. Melainkan perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak dan para pemangku kepentingan, saling berbagi ilmu dan pengalaman dengan berbagai kota lain di dunia. Maka dari itu Jakarta telah menetapkan dirinya sebagai kota kolaborasi sehingga semua warganya memiliki perasaan kepemilikan atas suatu masalah dan akan diselesaikan juga secara bersama-sama.

"Kami menyediakan platform Jakarta Development Collaboration Network (JDCN) di mana merupakan model kolaborasi lintas sektor, bahkan kami juga memperkuat kolaborasi dengan berbagai kota di dunia," pungkas Anies. (OL-3)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya