Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
BERBICARA tentang perempuan sebagai agen perubahan, seringkali membuat kita teringat pada sosok-sosok perempuan terkenal yang membawa dampak besar di berbagai bidang.
Namun, di balik nama-nama tersebut, ada perempuan-perempuan yang melakukan perubahan secara senyap, di jalur sunyi, dan terkadang tidak terlihat. Mereka hadir di arus bawah, berjuang melewati berbagai tantangan, dari keterbatasan hingga ketidakadilan.
Mari kita kenali mereka dengan menjelajahi wilayah-wilayah terpencil dan komunitas adat di pelosok Indonesia, seperti di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Di sana, perempuan-perempuan ini secara konsisten memperjuangkan hak-hak mereka, mulai dari diri sendiri, keluarga, hingga komunitas mereka.
Baca juga : Peran Strategis Perempuan Desa dalam Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian SDGs
Mereka memulai perubahan dengan mengubah cara pandang dan pola pikir yang telah lama dianut masyarakat, menantang norma-norma yang menekan perempuan agar tetap pasif. Mereka mulai berpikir kritis, mempertanyakan, menggugat, dan memperjuangkan hak-hak asasi mereka. Perubahan ini tak hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga untuk komunitasnya, dengan mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan dan memperjuangkan kebijakan publik yang adil.
Di Selong, Lombok Timur, Ririn Hayudiani telah mengabdikan dirinya selama 19 tahun menjelajahi desa-desa di kaki gunung Rinjani dan pesisir Lombok Utara. Dia percaya pengorganisasian dan pendidikan kritis dapat memperkuat kepemimpinan perempuan dan membantu mereka keluar dari belenggu patriarki. Tak hanya bekerja di lingkup desa, Ririn juga menjadi rujukan pemerintah daerah dalam mengembangkan kebijakan yang responsif gender.
Di lembaga tempatnya bekerja, LPSDM (Lembaga Sumber Daya Mitra), Ririn mempromosikan nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan kesetaraan gender. Meskipun tantangan berat dan teror mental sering ia hadapi, Ririn tak gentar untuk melawan norma-norma patriarkis, fanatisme, dan diskriminasi. Ia terus mengorganisir perempuan untuk melawan segala bentuk penindasan.
Baca juga : Hari Perempuan Pedesaan Internasional: Memahami Perbedaan dan Tantangan Perempuan Desa dan Kota
Indotang, seorang pedagang keliling dari pulau terpencil di Sulawesi Selatan, memutuskan untuk melawan KDRT dan masalah sosial lainnya, termasuk sunat perempuan. Meski hidup dalam kemiskinan dan hanya berpendidikan dasar, ia gigih menyuarakan hak-hak perempuan. Pengalaman KDRT yang ia alami menjadi kekuatannya untuk memberdayakan perempuan lain agar hidup bebas dari kekerasan. Ia juga berani menentang praktik sunat perempuan yang dianggap sebagai perintah agama di komunitasnya.
Indotang tak hanya peduli pada kekerasan terhadap perempuan, tetapi juga memperjuangkan hak-hak masyarakat miskin. Ia membantu masyarakat mengakses program-program bantuan sosial dan terlibat dalam pengambilan keputusan di desa. Meski kerap dituduh sesat, Indotang tetap teguh dalam menyuarakan kesetaraan gender dan melawan praktik-praktik yang merugikan perempuan.
Di Desa Noelbaki, Kupang, NTT, Mama Theresia Dhey memimpin Sekolah Perempuan Citra Kasih. Di usia 51 tahun, ia telah berhasil mendorong lahirnya Peraturan Desa yang memastikan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan desa.
Baca juga : Memperingati Hari Perempuan Pedesaan Internasional: Mengakui Peran dan Tantangan Perempuan Pedesaan
Ini merupakan pencapaian besar di wilayah yang sebelumnya hanya mengakui laki-laki sebagai pengambil keputusan. Theresia juga menginisiasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) khusus perempuan, membuka jalan bagi pemenuhan hak-hak perempuan di desanya.
Musriyah, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, Jakarta, tak pernah tamat sekolah dasar, tetapi ia berhasil menjadi ketua Sekolah Perempuan di komunitas miskin kota Jakarta. Selama 15 tahun, Musriyah mengelola Posko Perempuan Tanggap Bencana, di mana ia menerapkan transparansi dan akuntabilitas. Meski juga menjadi korban banjir, Musriyah tetap berada di garis depan, membantu warga yang terkena dampak, terutama lansia, balita, ibu hamil, dan perempuan.
Keberanian dan kepemimpinannya menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan di sekitarnya untuk lebih berani dan kritis. Ia juga gigih melawan diskriminasi terhadap perempuan dan minoritas, sembari tetap turun langsung menangani masalah-masalah komunitas, termasuk KDRT dan hak-hak pekerja rumah tangga.
Baca juga : Diet Mediterania Diyakini Bisa Memperpanjang Usia Perempuan, Terbukti lewat Studi 25 Tahun
Suharni, seorang pemeluk agama Buddha, memimpin Sekolah Perempuan di desa Sokong, Lombok Utara, NTB, di tengah komunitas yang mayoritas Muslim. Keberanian Suharni sebagai minoritas yang memimpin mayoritas adalah hal yang langka, terutama di tengah masyarakat yang sarat dengan isu agama dan identitas. Suharni berpendirian bahwa semua perbedaan harus dihormati, dan ia menerapkan prinsip ini dalam keluarga dan komunitasnya.
Sebelumnya dikenal sebagai sosok yang pendiam dan kurang percaya diri, Suharni mengalami transformasi melalui Sekolah Perempuan. Ia mulai mengadvokasi hak-hak warga miskin, terutama untuk mendapatkan jaminan kesehatan.
Meski mendapat tantangan berat, termasuk tuduhan menyebarkan ajaran sesat, Suharni terus berjuang dan berhasil membantu ratusan warga miskin mendapatkan jaminan kesehatan gratis.
Setiap perempuan ini, dengan cara mereka masing-masing, telah membuktikan bahwa perubahan besar seringkali dimulai dari langkah-langkah kecil di komunitas dan keluarga mereka sendiri. (DW/Z-3)
Melalui pemberian keterampilan praktis, wawasan bisnis tajam, dan akses tanpa batas ke pasar global, SheHacks menjadi tonggak penting dalam mempercepat inklusivitas gender.
Pesenggiri Festival 2025 menggabungkan pameran karya seni tapis kuno dengan berbagai aktivitas kreatif lainnya.
Kompetisi ini dirancang dengan tiga tahapan utama yaitu menyusun proposal ilmiah, menyampaikan ide melalui video singkat, dan mempresentasikan solusi
PEREDARAN narkoba kini banyak menargetkan perempuan ataupun ibu rumah tangga sebagai kurir narkoba. Perempuan kerap menjadi sasaran sindikat narkoba karena rentan secara sosial dan ekonomi.
DI tengah krisis iklim yang kian nyata dan ketidakadilan sistemis terhadap perempuan yang terus menganga, Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar kepemimpinan yang cerdas dan tegas.
Menstruasi yang normal dan teratur adalah tanda bahwa reproduksi perempuan dalam kondisi baik, dan tubuh secara keseluruhan dalam keadaan sehat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved