Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BUNDA, pernah meninggalkan anak untuk pergi ke kamar mandi namun berbuntut tangisan? Memang wajar bagi anak-anak terutama balita cenderung menangis atau merengek ketika ditinggal oleh orangtua. Namun, patut diwaspadai juga jika respons anak terasa berlebih, apakah gejala separation anxiety disorder (SAD)? Sebagai orangtua, sangat penting paham gejalanya agar dapat membantu anak melewati kondisi tersebut.
Separation anxiety disorder (SAD) ialah gangguan kecemasan pada anak-anak ketika berpisah atau ditinggal orangtua, meski hanya sebentar. Kondisi ini terutama terjadi saat masih bayi atau di bawah usia 5 tahun.
Dalam kondisi normal, ketika memasuki usia 3 tahun, sebagian besar anak biasanya sudah terbiasa berpisah dengan orangtua dan dapat menyesuaikan diri seiring berjalannya waktu.
Baca juga : Amankan Membiarkan Anak Bermain Sepeda Listrik?
Melansir dari situs resmi Rumah Sakit Siloam Hospitals, Psikiater dr. Rayinda Raumanen Mamahit, SpKJ menjelaskan beberapa gejala separation anxiety disorder sebagai berikut;
1. Menangis hingga meraung-raung meskipun hanya berpisah sebentar dengan orangtua.
2. Merasa ketakutan dan khawatir berlebihan ketika salah satu atau kedua orangtua sedang pergi ke luar rumah.
Baca juga : Sepeda Listrik Dipertanyakan Keamanannya, Ini yang Perlu Diketahui Orangtua
3. Mengalami tantrum dan marah setiap kali akan ditinggal orangtua, misalnya untuk bekerja.
4. Tidak mau ditinggal sendiri saat sekolah dan harus ditemani terus oleh orangtua.
5. Selalu berusaha mengirim pesan atau menelepon ketika orangtua pergi.
Baca juga : Ini Tips Memilih Daycare dari Psikolog
6. Tidur tidak nyenyak dan sering mengalami mimpi buruk terkait terjadinya hal buruk kepada keluarga.
7. Muncul gejala fisik seperti pusing, sakit kepala, hingga sakit perut.
8. Enggan bermain dengan teman-temannya karena mau selalu di rumah bersama orangtua.(M-3)
Langkah yang dapat dilakukan orangtua dalam mendorong anak supaya terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi antara lain melalui pembelajaran dari kebiasaan sehari-hari.
Orangtua dianjurkan untuk menyajikan camilan sehat seperti buah potong segar, jagung rebus, ubi kukus, bola-bola tempe, puding susu tanpa gula tambahan, atau dadar sayur mini.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Instansi pendidikan berperan dalam menyediakan ruang aman bagi anak untuk dapat mengembangkan diri dan meningkatkan pengetahuan.
Meski berguna untuk hal positif seperti belajar jarak jauh, ponsel ini juga kerap menjadi pintu masuk untuk berbagai masalah terkait dengan era digital ini.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Olahraga tidak hanya berfungsi untuk menjaga kebugaran fisik, tetapi juga memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan mental.
Anak-anak di era modern cenderung mengalami tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Ini penyebab, dampak dan solusi yang efektif untuk mengatasinya.
Faktor yang memengaruhi kesehatan mental antara lain genetik, pengalaman traumatis, stres, tekanan hidup, isolasi sosial, ketidaksetaraan sosial-ekonomi, dan sebagainya.
Remaja yang dibesarkan dalam keluarga dengan kontrol ketat dan kurang komunikasi cenderung mengalami masalah mental.
Sekitar 54% dari semua remaja perempuan di dunia, tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap tubuh mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved