Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Utusan AS Temui Keluarga Sandera di Tel Aviv, Seruan Gencatan Senjata Kembali Menggema

Ferdian Ananda Majni
03/8/2025 15:34
Utusan AS Temui Keluarga Sandera di Tel Aviv, Seruan Gencatan Senjata Kembali Menggema
Ilustrasi.(AFP/JACK GUEZ)

UTUSAN khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff bertemu dengan keluarga sandera Israel di Tel Aviv pada Sabtu (2/8), di tengah demonstrasi besar-besaran yang menuntut kesepakatan gencatan senjata guna menjamin pembebasan para tawanan dari Jalur Gaza

Kunjungan ini merupakan yang ketiga kalinya bagi Witkoff ke Hostage Square sejak perang dimulai, demikian menurut laporan Haaretz.

Pertemuan tersebut berlangsung tak lama setelah Hamas dan Jihad Islam merilis video terbaru yang memperlihatkan kondisi dua sandera Israel, Evyatar David dan Rom Braslavski, dalam keadaan sangat lemah. Publik Israel merespons video itu dengan kemarahan yang meluas.

Berbicara di hadapan para demonstran, Witkoff menyatakan bahwa sebagian besar warga Israel ingin para sandera pulang dan sebagian besar warga Gaza juga ingin para sandera pulang, mereka ingin Gaza dibangun kembali.

Dia juga menyebut bahwa proses negosiasi untuk membebaskan sekitar 50 sandera yang tersisa dan mengakhiri konflik masih berlangsung.

Namun, setelah pertemuan tersebut, sejumlah keluarga sandera mengungkapkan kekecewaan mereka. Seperti dilaporkan Yedioth Ahronoth, banyak dari mereka merasa semakin tidak pasti dan memiliki lebih banyak pertanyaan dibanding jawaban.

Sehari sebelumnya, Witkoff juga mengunjungi pusat bantuan di Gaza selatan milik Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi yang menuai kontroversi karena metode distribusi bantuannya. 

Witkoff menjelaskan bahwa kunjungannya bertujuan memberikan Presiden AS Donald Trump pemahaman yang jelas tentang situasi kemanusiaan dan membantu menyusun rencana untuk mengirimkan bantuan makanan dan medis kepada rakyat Gaza.

Namun, kunjungan itu menuai kritik keras dari berbagai pihak. 

Hamas mengecamnya sebagai aksi propaganda untuk mengalihkan perhatian dunia dari tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel. Kelompok ini menyoroti bahwa lebih dari 1.300 warga Palestina tewas sejak Mei saat mencoba mengakses bantuan kemanusiaan, yang mereka sebut sebagai jebakan maut.

Sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina, mayoritas wanita dan anak-anak. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 163 orang, termasuk 93 anak-anak, telah meninggal karena kelaparan.

Meski tekanan internasional untuk melakukan gencatan senjata terus meningkat, militer Israel tetap melanjutkan serangan. 

Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. 

Israel juga saat ini menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional terkait konflik di Gaza. (Anadolu/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya