Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Hizbullah tidak akan Letakkan Senjata selama Israel Terus Menyerang

Wisnu Arto Subari
29/6/2025 20:37
Hizbullah tidak akan Letakkan Senjata selama Israel Terus Menyerang
Hizbullah.(Dok Al-Jazeera)

SEKRETARIS Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyatakan pada Sabtu (28/6) bahwa kelompoknya tidak akan meletakkan senjata selama Israel terus melakukan serangan di Libanon selatan.

Menurut laporan oleh Kantor Berita Nasional Libanon (NNA), Qassem, mengatakan gencatan senjata dengan Israel akan membebankan tanggung jawab bagi negara. Namun Hizbullah siap menghadapi serangan yang terus dilakukan
oleh Israel.

"Siapa yang waras akan menyerahkan kekuasaan mereka? Kami tidak akan menyerahkan kekuasaan kami selama Israel terus melancarkan serangannya," katanya di wilayah Dahieh, selatan Beirut.

Qassem mengatakan Israel yang menyasar warga sipil di Nabatieh tidak dapat diterima dan negara harus mengambil peran dalam mengatasi situasi tersebut.

Ia menegaskan bahwa kelompok perlawanan Libanon tidak akan tinggal diam dalam menghadapi serangan tersebut.

"Apakah kalian pikir kami akan terus diam selamanya? Itu tidak benar. Kalian sudah pernah menguji kami dan kami tidak punya pilihan selain mempertahankan kehormatan kami," tegasnya.

Hizbullah sering menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerahkan senjata dalam konteks menjaga menjaga kedaulatan nasional.

Pemimpin Druz Libanon yang juga mantan ketua Partai Sosialis Progresif Walid Jumblatt dan pemimpin Partaki Kekuatan Kristen Libanon Samir Geagea juga mengatakan bahwa senjata seharusnya hanya berada di tangan negara.

Pasukan Israel telah melancarkan serangan hampir setiap hari di Libanon selatan dengan klaim menargetkan aktivitas Hizbullah. Padahal gencatan senjata antara Israel dan Libanon disepakati sejak November lalu.

Kesepakatan tersebut mengakhiri perang lintas batas selama berbulan-bulan antara Israel dan kelompok perlawanan Libanon.

Otoritas Libanon melaporkan hampir 3.000 pelanggaran gencatan senjata dilakukan oleh Israel, termasuk tewasnya setidaknya 224 orang dan lebih dari 500 orang terluka sejak perjanjian tersebut ditandatangani.

Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata tersebut, Israel seharusnya sepenuhnya menarik pasukannya dari Libanon selatan paling lambat 26 Januari. 

Namun, tenggat waktu itu diperpanjang hingga 18 Februari setelah Tel Aviv menolak mematuhi. Israel masih mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan. (Anadolu/Ant/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya