Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Langgar Gencatan Senjata, Israel Serang Selatan Beirut Libanon

Wisnu Arto Subari
06/6/2025 16:39
Langgar Gencatan Senjata, Israel Serang Selatan Beirut Libanon
Serangan Israel di Libanon.(Dok Al-Jazeera)

BEBERAPA jet tempur Israel melancarkan serangan udara di wilayah pinggiran selatan Beirut pada Kamis (5/6) malam. Kantor berita resmi Libanon melaporkan itu.

Menurut kantor berita itu, serangan Israel menyasar salah satu bangunan di dekat Masjid Al-Qaem setelah mengeluarkan peringatan.

Israel kemudian melancarkan lima serangan udara lagi, salah satunya sangat dahsyat hingga menimbulkan kepulan asap tebal. Ini dikatakan kantor berita itu tanpa menyebutkan lokasi yang menjadi sasaran.

Setelah itu, militer Israel mengeluarkan peringatan baru kepada penduduk Nabatieh, Libanon selatan, agar mengungsi dari wilayah tersebut sebelum serangan udara dilakukan.

Dalam suatu pernyataan, Israel meminta penduduk agar menjauh setidaknya 500 meter dari beberapa bangunan di desa Ain Qana.

Pernyataan itu dilengkapi peta lokasi yang menjadi sasaran dan Israel mengatakan akan menyerang sejumlah lokasi yang mereka klaim sebagai milik kelompok perlawanan Hizbullah.

Sebelumnya, warga Libanon di Hadath, Haret Hreik, dan Borj al-Barajneh diminta Israel untuk mengungsi sebelum serangan udara dilancarkan.

Tindakan Israel itu menandai serangan keempat mereka di wilayah tersebut sejak gencatan senjata diberlakukan pada 27 November 2024.

Israel hampir setiap hari melakukan serangan di Libanon selatan dengan dalih menumpas Hizbullah meski ada gencatan senjata.

Gencatan senjata itu seharusnya mengakhiri berbulan-bulan peperangan di perbatasan yang pecah menjadi konflik besar pada September sebelumnya.

Libanon telah melaporkan hampir 3.000 pelanggaran gencatan senjata oleh Israel, yang menelan sedikitnya 208 korban jiwa dan 500 korban luka-luka sejak perjanjian itu tercapai.

Menurut perjanjian tersebut, Israel seharusnya menarik semua tentara mereka dari Libanon selatan paling lambat 26 Januari, tetapi diperpanjang hingga 18 Februari setelah Israel menolak mematuhinya.

Israel masih mempertahankan keberadaan militernya di lima pos perbatasan. (Anadolu/Ant/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya