Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Seorang Pria Didakwa Bunuh Legislator dan Rencanakan Serangan Besar ke Politikus Lain di Minnesota

Thalatie K Yani
17/6/2025 06:13
Seorang Pria Didakwa Bunuh Legislator dan Rencanakan Serangan Besar ke Politikus Lain di Minnesota
Vance Luther Boelter menyamar menjadi polisi(Media Sosial X)

PRIA bernama Vance Luther Boelter, 57, didakwa atas pembunuhan terhadap legislator Partai Demokrat Minnesota, Melissa Hortman, dan suaminya, Mark Hortman, serta penembakan terhadap senator negara bagian John Hoffman dan istrinya, Yvette Hoffman. Boelter juga disebut berencana menyerang dua legislator negara bagian lainnya dalam rangkaian aksi yang digambarkan pihak berwenang sebagai "serangan politik yang sangat mengerikan".

Jaksa Federal AS, Joseph H. Thompson, mengatakan Boelter melakukan pengintaian terhadap para korban, termasuk mencatat alamat rumah mereka, dan berencana melancarkan serangan berskala lebih besar yang berhasil digagalkan polisi.

Boelter hadir di pengadilan federal St. Paul pada Senin (17/6) dengan mengenakan baju tahanan oranye. Dalam sidang singkat itu, ia mengaku tidak mampu membayar pengacara dan akan menggunakan pengacara pembela dari negara. Meski begitu, ia menyatakan memiliki tujuh mobil dan tabungan sekitar US$20.000 hingga US$30.000.

Serangan Terencana dengan Penyamar Sebagai Polisi

Menurut penyelidikan awal, Boelter memulai aksinya pada Sabtu dini hari dengan mendatangi rumah Senator John Hoffman di pinggiran Minneapolis. Ia datang dengan mobil besar berlampu darurat dan menyamar sebagai polisi, lengkap dengan masker silikon realistis.

Rekaman kamera keamanan menunjukkan ia membunyikan bel dan berteriak, “Ini polisi, buka pintunya!” Setelah pintu dibuka, Boelter menyorotkan senter ke wajah pasangan tersebut dan mengatakan ada laporan penembakan di rumah itu. Namun ketika Hoffman menyadari  ia bukan petugas asli dan mencoba mengusirnya, Boelter melepaskan tembakan berkali-kali sebelum melarikan diri.

Yvette Hoffman tertembak delapan kali, sedangkan John Hoffman sembilan kali. Keduanya kini masih dirawat di rumah sakit, namun Gubernur Minnesota Tim Walz menyatakan keduanya diperkirakan akan pulih.

Target Lain dan Penangkapan Pelaku

Setelah penembakan di rumah Hoffman, Boelter dilaporkan mendatangi rumah seorang legislator lain. Rumah tersebut kosong karena penghuninya sedang berlibur. Ia kemudian melanjutkan ke rumah target ketiga, namun seorang petugas polisi yang tengah melakukan pemeriksaan melihat Boelter di lokasi dan salah mengira ia adalah rekan petugas lain.

Boelter lalu menuju rumah Melissa dan Mark Hortman, tempat ia diduga menembak dan membunuh pasangan tersebut. Polisi tiba di lokasi dan sempat baku tembak, tapi Boelter berhasil kabur. Ia baru ditemukan dua hari kemudian di area hutan terpencil sebelah barat Minneapolis dan menyerah tanpa perlawanan.

Dalam penggeledahan mobilnya, polisi menemukan lima senjata api tambahan, termasuk senapan bergaya militer, ribuan butir amunisi, dan daftar lebih dari 45 pejabat negara bagian dan federal yang menjadi target potensial.

“Serangan ini sangat terencana,” ujar Thompson. “Ia mengamati rumah para korban dan menyusun catatan lokasi mereka.”

Kepala Polisi Brooklyn Park, Mark Bruley, mengatakan kehadiran cepat petugas di rumah Hortman telah menggagalkan rencana yang lebih besar. “Kami berhasil menyita kendaraan yang berisi peta, daftar nama, dan persenjataannya. Jika tidak, situasinya bisa jauh lebih buruk,” ujar Bruley.

Ancaman Ekstremisme Politik

Boelter kini menghadapi enam dakwaan federal, termasuk dua dakwaan pembunuhan, dua dakwaan penguntitan, dan dua pelanggaran senjata api. Beberapa dakwaan ini memungkinkan dijatuhkannya hukuman mati jika terbukti bersalah. Di tingkat negara bagian, ia juga didakwa dua pembunuhan tingkat dua dan dua percobaan pembunuhan.

"Ini adalah serangan mengerikan terhadap demokrasi kita," kata Jaksa Thompson. "Ini bukan kasus tunggal, tetapi bagian dari tren meningkatnya ekstremisme politik yang harus jadi peringatan bagi kita semua. Orang bisa berbeda pandangan politik tanpa harus dibenci, dilukai, atau dibunuh."

Boelter dijadwalkan kembali menjalani sidang pada 27 Juni mendatang. (BBc/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya