Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

2 Perempuan Tewas Dampak Banjir Queensland, Australia Utara

Thalatie K Yani
05/2/2025 06:28
2 Perempuan Tewas Dampak Banjir Queensland, Australia Utara
Banjir hebat di Queensland Utara, Australia, mengakibatkan dua perempuan tewas.(Queensland Fire Department)

BANJIR yang melanda Queensland, Australia mengakibatkan dua perempuan. Jenazah perempuan kedua diketahui berusia 82 tahun itu ditemukan di ladang tebu di Queensland, Selasa. Dua hari sebelumnya, seorang perempuan berusia 63 tahun meninggal ketika perahu karet yang ditumpanginya terbalik saat upaya penyelamatan.

Wilayah tersebut telah dilanda banjir sejak Sabtu, dengan beberapa bagian di Queensland utara menerima hujan hampir 2 meter.

Pada hari Selasa, kondisi mulai mereda. Meskipun Perdana Menteri Queensland David Crisafulli memperingatkan bahwa ini masih merupakan "bencana yang akan menguji keteguhan hati masyarakat" dalam wawancara dengan penyiar ABC.

Dia menggambarkan kehancuran tersebut sebagai "luar biasa", tetapi mencatat kondisi cuaca belakangan ini telah "sangat baik". Ribuan orang mulai kembali ke rumah mereka.

Di Townsville, penduduk setempat terbangun pada hari Selasa dengan langit abu-abu dan gerimis, serta kabar bahwa tingkat banjir yang diperkirakan tidak terjadi di sana. Ini adalah kontras yang tajam dengan hujan lebat yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir.

"Kami percaya bahwa bahaya telah berlalu," kata Ketua Kelompok Manajemen Bencana Lokal Townsville Andrew Robinson kepada para wartawan.

Dengan merujuk pada perkiraan sebelumnya yang menyebutkan hingga 2.000 rumah di Townsville dapat menghadapi risiko banjir, Crisafulli mengatakan "kota ini telah menghindari bencana".

Warga setempat Jo Berry mengatakan kepada BBC, dia dan keluarganya termasuk di antara mereka yang kembali ke rumah pada hari Selasa, setelah menghabiskan malam tanpa tidur memantau curah hujan.

"Orang-orang berbicara tentang PTSD saat hujan di sini dan saya sepenuhnya memahaminya," kata Berry, yang sebelumnya berasal dari Leicester di Inggris.

"Kami telah tinggal di rumah ini selama lebih dari 20 tahun, dan telah melalui beberapa peristiwa siklon dan banjir 2019, jadi ini bukan kali pertama kami mengalaminya," tambahnya, merujuk pada bencana banjir yang menyebabkan kerusakan senilai A$1,24 miliar (US$770 juta). (BBC/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya