Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
RASA takut dan ketidakpastian melanda komunitas imigran di AS seiring dengan meningkatnya penangkapan imigran tanpa dokumen oleh pemerintahan Donald Trump. Penangkapan itu menargetkan baik pelaku kriminal maupun mereka yang tidak memiliki catatan kriminal.
Petugas federal menangkap ribuan imigran tanpa dokumen sejak Donald Trump kembali menjabat pada 20 Januari. Peningkatan razia terjadi di berbagai kota, termasuk Chicago, New York, Denver, dan Los Angeles.
Pada Selasa, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyatakan meskipun prioritas utama adalah menangkap pelaku kriminal, tidak ada seorang pun yang berada di negara itu secara ilegal yang "dikecualikan" dari kemungkinan penangkapan.
Di beberapa komunitas, penangkapan ini menyebabkan banyak imigran memilih untuk tidak pergi bekerja atau tidak mengizinkan anak-anak mereka bersekolah.
Sejak Trump kembali ke Gedung Putih, lebih dari 3.500 imigran tanpa dokumen telah ditangkap, termasuk lebih dari 1.000 orang pada Selasa, 969 pada Senin, dan 1.179 pada Minggu, menurut data harian dari Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE).
Sebagai perbandingan, rata-rata hanya 310 penangkapan dilakukan selama tahun fiskal 2024 di bawah pemerintahan Joe Biden.
Pejabat imigrasi menggambarkan razia ini sebagai "operasi penegakan hukum yang terarah" yang telah menghasilkan penangkapan anggota geng berbahaya dan tersangka kriminal. Agen dari lembaga penegak hukum federal lainnya juga telah dikerahkan untuk membantu meningkatkan jumlah penangkapan.
"Saya belum pernah melihat sesuatu seperti ini, dan ini baru beberapa hari pertama kepresidenan," kata Gina Amato Lough, direktur proyek hak imigran di California. "Tidak ada yang sebesar ini."
Lough menambahkan bahwa "niat yang dinyatakan adalah menciptakan efek kejut dan kekaguman." "Itu berhasil," katanya. "Tapi juga menciptakan teror di komunitas."
Gedung Putih dan ICE telah mempublikasikan beberapa penangkapan ini, menampilkan foto tersangka serta rincian negara asal dan kejahatan mereka, termasuk kejahatan seksual, penyerangan, dan perdagangan narkoba.
Namun, Gedung Putih menegaskan siapa pun yang tertangkap dalam razia ini dapat ditangkap dan dideportasi, meskipun keberadaan ilegal di AS adalah pelanggaran perdata, bukan kriminal.
Awal pekan ini, Karoline Leavitt mengklaim bahwa "semua dari mereka" adalah kriminal. "Mereka secara ilegal melanggar hukum negara kita, dan oleh karena itu, mereka adalah kriminal di mata pemerintahan ini," katanya kepada wartawan.
Efek dari penangkapan ini sudah terasa di banyak komunitas imigran di seluruh AS.
Menurut Lough, klien imigrannya menjadi takut untuk pergi ke kantor pemerintahan, bahkan hanya untuk mendapatkan SIM, atau mencari perawatan medis di rumah sakit.
Michael Lukens, direktur eksekutif Amica Center for Immigrant Rights, mengatakan bahwa organisasinya menerima banyak telepon dari imigran yang ketakutan. "Orang-orang takut pergi bekerja atau mengirim anak mereka ke sekolah," katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintahan Trump telah menghalangi organisasinya untuk masuk ke pusat penahanan guna bertemu dengan para tahanan.
"Itulah yang diinginkan Gedung Putih—menanamkan ketakutan agar mereka pergi," katanya. "Ini belum pernah terjadi sebelumnya."
Gabriela, seorang imigran dari Bolivia yang telah berada di AS selama lebih dari 20 tahun, mengaku takut setelah melihat operasi ICE di komunitas terdekat.
"Banyak orang di gedung apartemen saya berhenti mengirim anak-anak mereka ke sekolah. Tidak ada yang pergi ke gereja sekarang," katanya kepada BBC. "Kami mengikuti misa secara online."
Gabriela bahkan mulai mengemas barang-barangnya dengan harapan, jika ditangkap dan dideportasi, ada kenalannya yang bisa mengirimkan barang-barang itu kembali ke Bolivia.
Carlos, seorang imigran asal Meksiko yang tinggal di New York City, juga mengalami ketakutan serupa. "Kami mendengar ICE datang ke sebuah gedung tidak jauh dari tempat saya," katanya.
Seperti Gabriela, Carlos awalnya optimis dengan kemenangan Trump, berharap ia akan mendapat manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan. "Ini menakutkan. Saya berusaha untuk tidak berada di jalan lebih dari yang diperlukan," tambahnya. "Saya tidak masalah jika kriminal ditangkap. Tapi kami terus mendengar bahwa pekerja juga ikut ditangkap."
Baik Gabriela maupun Carlos meminta agar hanya nama depan mereka yang digunakan untuk menghindari perhatian dari pihak berwenang.
Razia ICE ini merupakan bagian dari upaya lebih besar pemerintahan Trump untuk menekan imigrasi ilegal, termasuk deklarasi darurat di perbatasan selatan dan proses ekspulsi cepat.
Pada Kamis, Trump menandatangani undang-undang yang disebut "Laken Riley Act," yang mewajibkan imigran tanpa dokumen yang ditangkap atas tuduhan pencurian atau kejahatan kekerasan untuk ditahan di penjara hingga persidangan.
RUU ini dinamai Laken Riley, seorang mahasiswa keperawatan di Georgia yang dibunuh tahun lalu oleh seorang pria asal Venezuela. RUU ini disahkan oleh Kongres minggu lalu, menjadi kemenangan legislatif awal bagi pemerintahan Trump.
Saat penandatanganan, Trump mengatakan bahwa pemerintah akan membangun fasilitas baru berkapasitas 30.000 orang untuk menahan imigran tanpa dokumen, menggandakan kapasitas penahanan saat ini, dan membawa AS "satu langkah lebih dekat untuk menghilangkan ancaman kejahatan imigran." (BBC/Z-3)
FEMA siapkan leih dari US$600 juta untuk negara bagian dan pemerintah lokal menahan imigran ilegal.
Polandia memberlakukan pemeriksaan tambahan di perbatasan Jerman dan Lithuania mulai awal pekan ini di tengah meningkatnya kecemasan gelombang imigran ilegal
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan bahwa sudah ada 58 warga negara Indonesia (WNI) yang terdampak operasi penindakan imigran di Amerika Serikat hingga saat ini.
PEMERINTAHAN Presiden Donald Trump tengah mendorong pelaksanaan deportasi massal dengan target ambisius yaitu mendeportasi satu juta imigran tanpa dokumen.
AKSI penggerebekan imigrasi oleh otoritas federal di berbagai titik di Los Angeles, Amerika Serikat, telah menyulut kecemasan luas di kalangan warga imigran.
Lebih dari 100 imigran ilegal dan lebih dari selusin anggota militer aktif ditahan setelah serangan terhadap sebuah klub malam bawah tanah di Colorado Springs.
Militer AS mengumumkan pemimpin senior ISIS Dhiya’ Zawba Muslih al-Hardani dan kedua putranya tewas dalam serangan di Suriah.
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
AS menuduh Hamas tidak menunjukkan keseriusan dalam merespons proposal gencatan senjata yang telah dibahas selama lebih dari dua pekan.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
PEMERINTAH Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyusun protokol keamanan dalam menjaga data pribadi warga negara Indonesia (WNI)
Hingga kini Amerika Serikat belum memiliki undang-undang perlindungan data pribadi yang setara dengan regulasi Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved