Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Hamas Setujui Pembebasan Enam Sandera, Israel Izinkan Warga Gaza Kembali ke Utara

Thalatie K Yani
27/1/2025 08:13
Hamas Setujui Pembebasan Enam Sandera, Israel Izinkan Warga Gaza Kembali ke Utara
PM Israel, Benjamin Netanyahu, mengumumkan Hamas akan melepaskan enam sandera pada minggu ini. Sebagai imbalan, Israel akan memperbolehkan warga Gaza kembali ke utara Gaza.(Media Sosial X)

HAMAS akan melepaskan enam sandera minggu ini, dan Israel akan membolehkan warga Gaza kembali ke rumah mereka di utara mulai Senin, kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Sandera yang dimaksud termasuk Arbel Yehud, seorang warga sipil yang menjadi pusat perselisihan yang menyebabkan Israel menunda kepulangan warga Gaza ke utara Gaza.

Hamas telah melepaskan empat tentara pada hari Sabtu, namun tidak termasuk Yehud. Israel menuduh Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata yang menyatakan warga sipil Israel harus dibebaskan terlebih dahulu sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina.

Sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan, tujuh sandera dan lebih dari 200 tahanan telah dibebaskan.

Ribuan warga Palestina yang terpaksa mengungsi berusaha mencapai utara Gaza telah berkumpul di barikade militer yang menghalangi kemajuan mereka selama dua hari.

Kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera serta tahanan mulai berlaku pada 19 Januari. Dua pertukaran telah selesai.

Pada yang ketiga, Hamas akan melepaskan Yehud dan dua sandera lainnya pada hari Jumat, diikuti tiga sandera lagi pada hari Sabtu, kata Netanyahu dan Qatar, yang telah memediasi pembicaraan tersebut.

Israel akan mulai membolehkan warga Palestina bergerak ke utara pada Senin, serta membebaskan lebih banyak tahanan Palestina pada akhir pekan.

Di bawah ketentuan kesepakatan gencatan senjata, warga Palestina dijadwalkan diperbolehkan untuk bepergian ke utara dari Koridor Netzarim, sebuah strip tanah sepanjang tujuh kilometer yang dikuasai Israel yang memisahkan utara Gaza dari wilayah lainnya, pada hari Sabtu.

Gambar menunjukkan kerumunan besar yang menunggu untuk melintas.

"Kami tidur di jalan," kata Nireem Musabeh kepada BBC di pos pemeriksaan pada hari Minggu. "Kami tidak bisa pulang dan setiap kali kami mencoba pulang, mereka menembaki kami."

Perempuan berusia 42 tahun ini telah melakukan perjalanan dari Deir al-Balah di Gaza tengah, namun terpaksa mengungsi dari rumahnya di Shejaiya, di selatan.

Diab Shehbari mengatakan ia sudah berada di pos pemeriksaan sejak pukul 20:30 waktu setempat (18:30 GMT) pada hari Sabtu.

"Sepanjang malam, anak-anak berteriak karena kedinginan - kami menyalakan api dan menutupi mereka," katanya.

Israel kini mengatakan akan membolehkan penduduk kembali ke Jalur Gaza utara mulai pukul 07:00 (09:00 GMT) pada Senin, dan menggunakan kendaraan dua jam kemudian, setelah perselisihan mengenai Yehud diselesaikan.

Mediator dari Qatar dan Mesir yang telah memfasilitasi pembicaraan antara Israel dan Hamas terlibat dalam upaya untuk mengakhiri perselisihan ini. Juru bicara kementerian luar negeri Qatar mengumumkan terobosan tersebut beberapa saat sebelum pernyataan Perdana Menteri Israel.

Israel telah meminta mediator untuk mendapatkan bukti dari Hamas, Yehud masih hidup. Tampaknya bukti tersebut diberikan kepada pihak Mesir sejak Sabtu malam, menurut pemahaman BBC.

Pada Minggu pagi, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia ingin Mesir dan Yordania menerima warga Palestina dari Gaza, yang ia sebut sebagai "tempat penghancuran."

Baik Hamas maupun Otoritas Palestina mengutuk ide tersebut, sementara Yordania dan Mesir juga menolak usulan itu.

Kesepakatan gencatan senjata Januari menghentikan perang yang dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Sekitar 1.200 orang tewas dan 251 dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera.

Lebih dari 47.200 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, telah tewas dalam serangan Israel, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. (BBC/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya